Bab 9: Alam Liar

Saat fajar tiba, Delegasi itu memulai perjalanannya ke Irot.

 

“Dan?”

 

Si Pria Bertopeng menyodok sisi tubuh Haruhiro dan berbisik padanya.

 

“Apa kau berakhir cinta-cintaan dengannya kemarin?”

 

“Hah?”

 

Haruhiro dengan cepat menggosok-gosokkan punggung tangannya di sekitar mulut.

 

Mata si Pria bertopeng jadi berkilauan.

 

Tentu saja, tidak mungkin matanya benar-benar berkilauan. Itu hanya lah imajinasinya semata.

 

“Jadi...? Apa yang terjadi, Paruhite?”

 

“Apa itu Paruhite?”

 

“Aku sangat yakin bahwa kau tak akan melakukan atau pun menyelesaikan apa pun dengannya karena kau adalah seorang bajingan tengik penakut, tapi yang terjadi kok malah gini? Sekarang kau telah melakukannya, kan? Serius nih? Apa kau serius? Sungguh serius? Sangat-sangat serius? Pasti itu cuma omong kosong, kan? Kau gak lagi ngebodohin aku, kan, Parupiro? Mungkin kah itu benar? Gak mungkin lah. Gak mungkin, kan? Tapi! Aku beneran gak bisa mikirin hal lain selain itu!” bisik si Pria Bertopeng dengan cepat.

 

Kemudian dia menggenggam kedua bahu Haruhiro dengan erat.

 

“Apa kau memasukkannya? Apa kau memasukkan lidahmu padanya? Apa kau melakukannya? Kau melakukannya, kan? Setidaknya kau memasukkan lidahmu pada mulutnya, kan? Benar, kan? Tentu saja aku benar, kau setuju? Sialan, jangan diam saja! Seberapa jauh kau sudah melakukannya!? Ayo lah jawab aku! Aku kan hanya mencoba mencari tahu seberapa jauh kau sudah melakukannya, dasar sialan!”

 

Haruhiro diam saja. Dia sudah bersiap-siap untuk terus diam saja. Ini adalah kontes menahan sabar terhadap si Pria Bertopeng yang masih belum menyerah. Ini bukan lah kontes yang menguntungkan dia. Tapi Haruhiro tetap punya alasan untuk melakukan ini. Dia harus menang memakai cara apa pun itu. Jika dia memberitahu kejadian kemarin pada si Pria Bertopeng sedikit saja, maka sudah pasti si Pria Bertopeng akan terus mendesaknya dengan pertanyaan yang lebih jauh lagi.

 

Pada akhirnya, Haruhiro menang. Dia mengabaikan semua ucapan serta tindakan si Pria Bertopeng dan membuatnya menyerah.

 

Namun, dia masih tidak bisa tenang. Ini Ranta, lho. Mungkin dia akan menyerangnya lagi tidak lama setelah ini, kemudian pertempurannya berlanjut, dan mungkin akan terus berlangsung seperti selamanya, lalu pada titik tertentu, Haruhiro kehilangan kesabarannya dan memberitahukan padanya kejadian kemarin sampai tingkatan tertentu.

 

Jika saja Haruhiro memberitahunya, maka ini akan berakhir.

 

Entah kenapa, Haruhiro merasa ingin curhat padanya, yang dia sendiri terheran-heran, tapi dia tidak bisa menahan perasaan tersebut.

 

Curhat ke ‘dia’?

 

Ke si Ranta yang itu?

 

Mustahil. Jika aku curhat padanya, maka berakhir sudah. Tapi jika aku punya kesempatan berbicara dengan Ranta, mungkin saja aku akan tak sengaja memberitahunya. Mungkin kah aku memang ingin membicarakan kejadian itu padanya dengan sukarela? Tidak, tidak sama sekali. Aku tidak merasa seperti itu.

 

Setelah melewati beberapa bukit kecil, dia bisa melihat kilauan permukaan sungai di depannya. Ini masih belum siang. Permukaan sungai itu tetap sangat berkilauan meski di pagi hari. Aliran Sungai Irot seperti ular raksasa yang berbalutkan dengan cahaya.

 

Delegasi itu berhenti di sana sebentar.

 

Jika mereka mengikuti Irot dari sini, maka mereka akan sampai ke Pegunungan Kurogane. Mereka juga tidak akan tersesat.

 

“Tapi saat ketika kita akan mendekati sungai itu hanya ketika kita akan mengisi ulang persediaan air saja.”

 

Irot adalah sungai terbesar dan terpanjang di perbatasan. Daerah yang terkena aliran dari air sungai nya merupakan tanah yang subur. Meskipun demikian, tidak hanya manusia, ras Elf dan Orc juga belum menetap di Irot. Bahkan jika mereka mau, mereka tidak bisa melakukannya.

 

Menurut Itsukushima, Irot merupakan rumah bagi hiu yang kecil namun sangat ganas dan ular macan hitam-putih, yang punya racun mematikan.

 

Ketika hiu sungai mencium bau darah, mereka akan berkumpul dan menyerang mangsannya sekaligus. Gigitan dari hiu sungai akan membuat seluruh tubuh mati rasa dan membuatmu tidak bisa bernafas, yang menyebabkan kematian. Terkadang-kadang mereka berkumpul di tepi sungai. Bahkan di perairan yang dangkal, jika jarimu terluka sedikit dan mengeluarkan darah karena apa pun itu, hiu-hiu sungai akan mengerumunimu dalam sekejap. Bahkan mengambil air saja bisa berbahaya jika kau tidak terlalu berhati-hati.

 

Daerah tepi sungai juga dikatakan sebagai tempat umum untuk melihat berang-berang raksasa (yang paling besar ukurannya bisa melebihi 3 meter), Buaya berekor belut (si pejantan panjangnya bisa melebihi 5 meter), dan Kuda nil bertanduk besar, yang biasa bergerak secara berkelompok. Semua mahluk itu adalah karnivora atau pun omnivora, dan mereka saling memangsa satu sama lain. Masing-masing dari mahluk itu adalah binatang yang akan berevolusi dengan memakan satu sama lain.

 

Tentu saja, mereka tidak hanya makan satu sama lain saja. Pada dasarnya, mereka akan memakan apa pun yang dilihat selama bisa muat di perut. Di mata mereka, manusia hanya lah mahluk yang sangat lemah sehingga membuat manusia jadi mangsa yang gampang didapat.

 

“Mahluk apa pun yang mendekati Irot agar bisa mendapatkan air adalah mangsa mereka. Kau lebih baik berasumsi kalau hanya sedikit yang bisa kau lakukan terhadap mereka ketika berada di dekat air.”

 

“Ehh, padahal Yume pengen banget liat mereka.” Kata Yume sambil mengembungkan pipinya.

 

“Yah, bisa aja kita ketemu mereka, toh kita juga bakalan isi ulang persediaan air kita cepat atau lambat.” Kata Itsukuhima sambil mengangkat bahunya. “Aku juga akan pergi menemanimu. Aku sih gak berharap ketemu mahluk apa pun, tapi itu tidak akan mudah. Kuda Nil bertubuh besar dan bergerak dalam kelompok, jadi aku yakin kita akan bisa melihat mereka.”

 

Di hari kedua perjalanan mereka di Irot, mereka punya kesempatan untuk melakukan itu.

 

Delegasi itu memutuskan untuk meninggalkan Vicky Sand, Neil, Kuzaku, Setora, Merry, dan kuda mereka di belakang sedangkan Itsukushima, Pochi si Anjing Serigala, Yume, Haruhiro, dan Ranta pergi untuk mengisi ulang persediaan air. Masing-masing dari mereka hanya punya persediaan air yang sedikit, jadi mereka ingin mengisinya sebelum keadaan menjadi gawat.

 

“Berhati-hati lah.” Kata Vicky Sand.

 

Dia terlihat peduli. Raut muka dan nada bicaranya mengatakan demikian.

 

“Aku juga pengen ikut...” kata Kuzaku.

 

Si Pria Bertopeng menendang bokong Kuzaku.

 

“Diam! Kau ngehalangin jalanku, jadi minggir lah!”

 

“Hm? Kok gak sakit, ya? Bahkan aku gak ngerasain apa-apa.”

 

“Kau...!”

“Berhentiiii...!”

 

Yume melangkah di antara Kuzaku dan Ranta.

 

“Hm! Yume gak akan biarin kalian bertengkar!”*

 

(Gak tahu dah apa artinya, dah tanya-tanya tp pada gak tau juga, nanti klo versi inggrisnya dah rilis, bakal di benerin)

 

Entah karena apa, Neal mendengus. Ketika Haruhiro mulai melihatnya, Neal sudah membalikkan wajahnya yang kemerahan dan kotor darinya.

 

Ekspresi Kuzaku tiba-tiba jadi kosong.

 

“Yume-san, tadi itu imut banget, lho.”

 

Yume tersentak dan matanya langsung melebar.

 

“Imut?”

“Benar.”

 

Setora mengangguk.

 

“Kau tidak menyadarinya. Itu membuatku ingin menjadikanmu sebagai peliharaanku.”

 

“Benar kah? Tapi kayaknya enak jadi peliharaan Setora-chan. Setora-chan keliatan bisa diandalakan. Benar, kan?”

 

Haruhiro tahu kalau Merry sedang tersenyum. Vicky Sand menatap Yume dengan hangat. Tapi tatapan Neil dari samping ke arah Yume sambil mencengkram dadanya merupakan pemandangan lumayan mengejutkan, Haruhiro penasaran apa yang sedang dia pikirkan.

 

“Hati-hati, ya.” Kata Merry dengan lembut sambil memegang pergelangan tangan kiri Haruhiro.

 

Jika saja yang ada di sini hanya mereka berdua, maka Haruhiro pasti tak akan melepaskannya. Mungkin saja dia akan memeluknya. Itu membuat Haruhiro muak pada dirinya sendiri, tapi dia tak bisa menyangkalnya.

 

Karena, Haruhiro menyukai Merry. Dia menyukai Merry kemarin lebih banyak dari hari kemarin nya lagi. Dia menyukai Merry hari ini lebih banyak dari kemarin. Jadi dia tak bisa menyalahkan dirinya karena berpikir seperti itu.

 

Kemudian, mereka pun berpisah.

 

“Jadi?”

 

Si Pria Bertopeng mulai menyerangnya lagi.

 

“Apa kau melakukan sesuatu kemaren? Kau dah nyampe ke mana?”

 

“Kau sungguh menyebalkan...”

 

“Barusan saja, dia sangat nempel padamu. Apa kau berpacaran dengannya? Kalian berdua keliatan kek pasangan cinta, lho. Apa kau sudah melakukannya? Kau pasti sudah melakukannya, kan? Apa yang begitu aneh jika hanya memberitahunya sedikit? Oi!”

 

Haruhiro menatap Itsukushima, yang berjalan di depan Pochi, dan Yume, yang mengikutinya di belakang. Yah, si bangsat ini emang berisik. Dia terus saja mengoceh pada Haruhiro. Haruhiro berharap mereka berdua menolongnya, tapi kelihatannya mereka tak punya waktu untuk itu. Area ini sangat lah berbahaya.

 

“Haah, itu lah hal yang sangat menyebalkan darimu. Berbelit-belit melulu, jujur aja napa? Jika kau sudah melakukannya, katakan saja iya. Maka kelar sudah. Sialan. Aku capek bertanya-tanya daritadi. Katakan saja itu padaku, bangsat! Ayo kasih tau informasinya, bung. Kita ini kawan, kan? Gimana? Kita juga dah kenal lama, kan? Ya, kan?”

 

Ocehan Ranta membuatnya gila, tapi nada suaranya dieksekusi dengan baik. Meskipun sulit untuk mengetahuinya. Tapi Haruhiro bisa mendengarnya. Mungkin karena profesinya sebagai Thief, Haruhiro punya pendengaran yang bagus. Ranta telah mengatur nada suaranya ketika berbicara dengannya. Dia sangat jago dalam hal itu.

“Kalau gitu gimana denganmu...?”

 

Ini tidak akan berakhir jika Haruhiro diam saja, jadi dia memutuskan untuk melawan balik.

 

“Hah? Aku? Gimana apanya?”

 

“Gimana perkembanganmu dengan Yume? Ada progres?”

 

“Progres? Ahh, kukira apa, ternyata itu aja, ya? Progres. Progres berarti awal yang baru, kan? Hm...”

 

“Apa? Kau sudah memberitahu Yume? Ehh? Masih belum, kah?”

 

“A-Apa sih yang kau bicarakan...?”

 

“Mengatakan ‘Aku menyukaimu’.”

 

“Whoa, whoa, whoa, whoa, apa kau mengatakan itu pada Merry? Gak mungkin lah kau mengatakan itu, lagian juga ini kau lho yang sedang dibicarakan, tapi...”

 

“Aku emang mengatakannya.”

 

“Kau...?”

 

“Aku emang mengatakan itu padanya.”

 

“Kau... mengatakannya? Kau benar-benar mengatakan itu langsung padanya? Jadi kau lah yang menembaknya?”

 

“Ya, kau benar.”

 

“Kau bohong, bohong, bohong, tentu saja itu bohong. Aku gak percaya kamu. Aku gak percaya kamu karena kau adalah Parupirurun.”

 

“Aku hanya jujur dan memberitahumu apa adanya. Aku juga bisa melakukan itu, kau tahu?”

 

“Meskipun kau hanya Parupiroron...?”

 

“Aku juga bisa melakukan itu lho...”

 

“Jadi... kau bilang kalau kau sudah menciumnya...?”

 

“Aku tak akan berkomentar soal itu. Kau juga tahu kan kalo itu bukan lah hal yang bisa kau umbar kan seenaknya.”

 

“Kau... bersikap seperti orang dewasa.”

 

“Setidaknya aku tidak kekanak-kanakan sepertimu.”

 

“Kuh...”

 

Aku berhasil. Rasakan itu.

 

Dia merasa sedikit kasihan padanya. Ranta sangat lah agresif terhadap kebanyakan orang, tapi tidak kepada Yume. Haruhiro penasaran apakah kelemahannya adalah cinta saja.

 

“Hey...”

 

“Apa-apaan ini?”

 

“Lebih baik kau mengatakannya lebih detail.”

 

“Diam lah, dasar bajingan 100 tahun!”

 

“Kau tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bahkan jika aku tidak memberitahu mu ini, kau punya perasaan itu, kesiapan terhadap hal tersebut.”

 

“Tentu saja kau benar.”

 

“Ini sekarang atau tidak selamanya.”

 

“Sombong juga kau...”

 

“Aku juga bisa gitu lho.”

 

Ranta mulai meninju ke arah sisi kepala Haruhiro. Haruhiro menduga bahwa serangannya akan cukup kuat, tapi dia bahkan tidak berniat untuk menghindarinya. Seperti yang telah dia duga, itu lumayan menyakitkan. Saat dia mencoba untuk tetap tenang dan berwajah kosong, Ranta terbatuk pelan.

 

“Yah... kau mungkin benar...”

 

Itu lah momen ketika Itsukushima berhenti.

 

“Apa?”

 

Yume menatap Itsukushima.

 

“Omong-omong...”

 

Itsukushima berbalik dan membelai kepala Pochi si Anjing Serigala.

 

“Aku tak bisa mengalahkan Pochi, tapi pendengaranku cukup bagus untuk seukuran manusia.”

 

“Apa yang kau dengar?” tanya Haruhiro dengan hati-hati.

 

Dia terbatuk sambil terlihat tidak nyaman.

 

“Aku hampir bisa mendengar semuanya. Mungkin kalian berpikir sedang berbicara secara pribadi, tapi...”

 

“Apa?”

Yume menatap Masternya, Haruhiro dan si Pria Bertopeng secara bergiliran.

 

“Apa yang Haru-kun dan Ranta bicarakan? Yume sih cuma mikir mereka banyak ngebuat kebisingan. Dia gak bisa denger mereka dengan jelas, kau tahu? Emang apa sih yang kalian bicarakan?”

 

“Tidak, ini bukan apa-apa...” balas Ranta.

 

Mulut Yume berkedut. Jika kau membalasnya ini bukan apa-apa, maka sudah menjadi sifat manusia untuk menjadi lebih penasaran. Yume hendak menanyai Ranta. Begitu dia menunjukkan tanda-tanda akan melakukannya, Ranta mengambil inisiatif duluan.

 

“Nanti saja... Aku akan memberitahukannya padamu nanti saja. Kalau sekarang sih, masih belum waktunya. Aku lagi punya banyak masalah. Jadi, aku akan memberitahukannya padamu nanti saja...”

 

“Fwuh...”

 

Yume mengangguk dengan enggan.

 

“Hmm, oke lah kalo gitu. Yume gak keberatan, kok.”

 

Tatapan yang Itsukuhima arahkan pada Yume penuh kasih sayang. Namun, dia dengan cepat menundukkan kepalanya dan mengangguk seolah telah memutuskan sesuatu, kemudian dia pun melihat ke depan.

 

Pasti pikirannya sedang kacau karena situasi ini, pikir Haruhiro.

 

Itsukushima sangat peduli pada Yume seperti seorang Ayah. Suatu hari, anak burung akan meninggalkan sarangnya dan menemukan pasangannya. Tapi bagaimana jadinya kalau yang jadi pasangannya adalah si Pria Bertopeng dari semua orang?

 

Jika Haruhiro berada pada posisi Itsukushima, maka itu pasti sangat sulit. Tentu saja Ranta punya hal yang bagus tentang dirinya. Sebagai rekan sih, Haruhiro mempercayainya. Namun, ada juga hal yang buruk, atau lebih tepatnya, mengerikan tentang dirinya.

 

Kelompok itu terus bergerak maju. Jarak mereka dari Irot kisaran 100 m atau lebih. Ada pohon-pohon tinggi tapi tipis, bebatuan yang berlumut berserakan di sekitar, dan pakis berdaun bonggol tumbuh lebat. Udaranya lembab, dan terasa lebih ke dingin ketimbang sejuk.

 

Itsukushima mengangkat tangan kanannya dan menyuruh mereka berhenti. Dia menunjuk ke selatan. Haruhiro menatap ke arah yang dia tuju.

 

Ada sesuatu.

 

“Whoa...” kata Ranta dengan suara sangat rendah dari balik topeng.

 

Jaraknya cukup jauh, tapi dia tetap bisa melihatnya dengan samar, jadi pastinya sesuatu itu adalah mahluk yang sangat besar. Jumlahnya lebih dari 1. Mahluk itu ada banyak. Mereka adalah mahluk berkaki 4, dan memiliki tanduk di kepala. Tidak, tidak hanya di kepala. Mereka juga memiliki semacam bonjolan di punggung.

Gerombolan Kuda Nil Bertanduk. Mereka bergerak ke arah Irot.

 

“Wow... jadi itu, ya?”

 

Yume terlihat senang. Dia mengatakan ingin melihat mereka. Haruhiro ingin mengatakan dia turut bahagia padanya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.

 

“Apa yang kau pikirkan...?” bisik Ranta.

 

“Mungkin akan baik-baik saja pada jarak sejauh ini...” balas Itsukushima lalu mulai berjalan lagi.

 

“Mungkin...”

 

Ranta tidak terlihat senang. Bukannya Haruhiro juga tidak takut, tapi dia harus mempercayai keputusan Itsukushima di sini.

 

Kelompok itu melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di tepi sungai Irot. Tepi sungainya sempit, setelah berjalan di atas beberapa batu basah dan pasir, mereka pun menemukan air bersih.

 

“Ada gundukan pasir di sana.”

 

Ketika Haruhiro menunjuk ke sana, Itsukushima menggelengkan kepalanya.

 

“Tidak, itu bukan gundukan pasir.”

 

“Apa? Tapi kelihatannya emang begitu.”

 

Saat Haruhiro memeriksanya, jarak di antara sisi yang sedang mereka tempati ke seberang adalah kisaran beberapa ratus meter, mungkin 1 kilometer, dan di tengah-tengahnya ada semacam pulau   yang dia maksud sebagai gundukan pasir tadi.

 

“Haru-kun! Lihat itu, lihat itu!”

 

Atas desakan Yume, Haruhiro menatap ke sesuatu yang dia duga sebagai pulau. Awalnya dia tidak merasa ada yang aneh. Namun, semakin lama dia menatapnya, dia mulai merasa tidak nyaman.

 

“Hmm...?”

 

“Emang apa sih...?”

 

Ranta menggeser topengnya.

 

“Apakah... itu bergerak? Pulau itu kelihatan kek bergerak-gerak di sungai, kan? Atau enggak?”

 

Ya, Ranta benar. Pulau itu bergerak-gerak di sungai, meskipun sangat lambat.

 

“Dia akan menunjukkan wajahnya.” Kata Itsukushima.

 

Segera setelah itu. Pulau itu jadi terlihat lebih jelas. Sesuatu muncul dari ujung pulau tersebut. Dari pandangan Haruhiro, telihat seolah-olah daratan di sana terangkat sedikit sebagai tanggapan karena hal tersebut.

Jaraknya kisaran 200-300 meter jauhnya, jadi dia tak bisa melihatnya dengan jelas. Namun, yang barusan terangkat pasti adalah kepalanya. Apa yang Haruhiro duga sebagai pulau mungkin adalah tubuhnya.

 

“Maksudmu... itu adalah mahluk hidup?”

 

Jika memang benar begitu, maka pasti tingginya lebih dari 100 meter.

 

“Kura-kura raksasa Irot.”

 

Dia tak pernah melihat sesuatu seperti ini. Dia kagum dan terkejut akan betapa bodohnya dia karena tidak menyadari mahluk sebesar itu di depannya, yah, bukan di depannya juga sih, tapi pada jarak pandangnya.

 

“Menurut cerita, mereka hidup selama ratusan tahun dan terus tumbuh. Mereka tak punya musuh alami dan mahluk yang jinak. Aku bahkan pernah mendengar cerita tentang orang-orang menaiki punggung mahluk itu tanpa masalah.

 

“Wooooow...”

 

Mata Yume melebar.

 

“Kereen banget. Bisakah kita juga naik?”

 

Itsukushima tersenyum.

 

“Bahkan sebelum bisa sampai di sana, kau akan dimakan oleh hiu sungai, ular macan putih, atau buaya Irot.”

 

“Bener juga, ya.”

 

“Mungkin lain kali saja, oke? Untuk sekarang kita menyerah saja.”

 

Haruhiro lega Yume bisa menyerah dengan cepat. Dia berharap Ranta bisa membantu Yume meraih mimpinya menaiki si Kura-kura raksasa suatu hari nanti.

 

Haruhiro dan yang lainnya balik lagi ke misi utama dan mulai mengisi persediaan air. Mereka pergi ke tepi sungai dan mengisi botol air mereka satu per satu. Hanya itu lah yang mereka lakukan, misi yang mudah. Buaya dan berang-berang berukuran besar, jadi dia yakin Itsukushima, Yume, atau pun Pochi akan menyadarinya dengan cepat dan memperingati mereka jika jaraknya sudah terlalu dekat. Ular macan hitam-putih juga gampang di kenali karen warna tubuhnya mudah di identifikasi manusia. Yang jadi masalah adalah hiu Irot. Ukuran normal mereka kisaran 15 – 30 cm dan 40 cm yang paling besar. Warna mereka seperti lumpur, kecuali kalau kau punya mata yang sangat jeli, kau tidak akan menyadari mereka sekilas. Selain itu, mereka sangat cepat, jadi mereka dapat mendekat dengan cepat.

 

Kelompok itu sedang berjongkok di tepi sungai sambil mengisi air, tapi mereka terus-terusan mengamati perairan. Mereka menyerahkan pengawasan daerah sekitar pada Pochi.

 

Haruhiro sangat gugup sampai-sampai yang bisa dia lakukan hanya lah menghela nafas.

 

“Heh, penakut...”

 

Ranta menertawakan Haruhiro, tapi dia sendiri benar-benar ketakutan juga. Ketika mengisi botol air, dia hanya meregankan tangannya hampir ke permukaan air, tapi tidak dengan anggota tubuh lainnya.

 

Pada akhir hari, Yume mendekat ke arah Ranta dengan cepat lalu memasukkan tangannya ke dalam air. Haruhiro bertanya-tanya apa yang sedang Yume lakukan, kemudian dia mengangkat tangannya yang telah memegang hiu sungai sebesar 20 cm dari air. Mulut hiu tersebut dipenuhi taring tajam, matanya berkaca-kaca, dan tubuhnya pun bergerak-gerak.

 

“Hiiie...!”

 

Ranta terjatuh dengan pantatnya lebih dulu.

 

“Kau harus lebih berhati-hati!”

 

Yume melemparkan hiu itu ke udara. Lengan Yume seperti campuk. Dia punya bahu yang luar biasa. Hiu itu melayang jauh di udara, lalu jatuh ke sungai.

 

“Jika salah satu dari mereka menggigitmu, maka yang lainnya akan menyusul. Lalu, kau tahu? Yume mungkin gak bisa menolongmu kalo gitu jadinya, benar kan?”

 

Haruhiro mendorong punggung Ranta.

 

“Setidaknya ngomong terima kasih padanya lah. Dia telah menolongmu, lho.”

 

“A-Aku terselamatkan...”

 

Ranta menunduk dan berdeham.

 

“Terima kasih.”

 

Yume tersenyum lebar.

 

“Sama-sama!”

 

Ranta meliriknya dan menggumamkan sesuatu dengan suara sangat kecil.

 

Kau adalah matahariku, atau sesuatu mirip seperti itu.

 

Haruhiro mendengarnya, tapi memutuskan untuk diam saja. Dia penasaran apakah Ranta bisa juga jadi penyair, tapi dia memutuskan untuk menyimpan pemikiran itu pada dirinya sendiri.

 

Terkadang ketika kau mencintainya seseorang, maka kau akan menjadi penyair atau setidaknya itu lah menurut Haruhiro. Puisi tersebut tentunya pada seleramu sendiri. Tentu saja Haruhiro sama sekali tidak mengerti.

 

“Waktunya pergi.” Kata Itsukushima sambil menyimpan botol airnya di tas.

 

“Ayo kita akhiri ini.”

Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Haruhiro (Hai to Gensou no Grimgar), Yume (Hai to Gensou no Grimgar), Ranta (Hai to Gensou no Grimgar), Official Art, Novel Illustration, Grimgar Of Fantasy And Ash

Jika Itsukushima mengatakan sudah waktunya pergi, maka mereka tinggal menurutinya. Jika Yume tidak menyelamatkannya, Ranta mungkin sudah tergigit oleh Hiu Sungai. Masalah itu telah terhindari, tapi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

 

Kelompok itu meninggalkan Irot. Yang harus mereka lakukan untuk kembali hanya lah berjalan melalui jalur yang mereka lewati tadi. Itu lah yang Haruhiro pikirkan. Namun, Itsukushima memilih jalur yang berbeda.

 

Haruhiro mengoreksinya dengan lembut.

 

“Bukankah ini jalur yang salah?”

 

Itsukushima mengangkat bahunya, tapi tidak mengatakan apa pun. Kelihatannya dia tidak mood menjawabnya.

 

“Dinginya. Yume penasaran kenapa, ya?”

 

Yume banyak melihat-lihat ke sekitar, jadi Haruhiro hanya bisa berasumsi ada yang salah dengan Yume.

 

Setelah beberapa saat berjalan melalui hutan kecil, Pochi berhenti dan melolong. Dia melihat ke utara. Haruhiro penasaran ada apa di sana, tapi tak peduli sekerasa apa pun dia memeriksanya, dia tak bisa menemukan sesuatu yang aneh.

 

“Master?” tanya Yume.

 

“Itu...”

 

Itsukushima merenung sejenak, lalu menepuk-nepuk kepala Pochi dan membiarkannya pergi memimpin.

 

Dia mencium bau amis. Haruhiro meningkatkan penjagaannya sambil mengikuti Pochi, Itsukushima, dan Yume dalam diam. Si Pria Bertopeng juga tidak berisik. Bukannya dia tidak bisa membaca suasana, tapi terkadang dia berani memaksa dirinya untuk tidak mengetahui suasananya. Ranta adalah orang bodoh seperti itu.

 

Namun, dia bertanya-tanya apakah dia telah melewatkan sesuatu. Akhirnya, mereka bisa melihat kelompok lain yang tersisa. Ada 4 kuda, jadi dia yakin bahwa dia tidak salah. Tidak ada tanda-tanda Kuzaku dan yang lain, tapi kelihatannya Vicky Sand sedang merawat para kuda.

 

Haruhiro sangat lega sampai-sampai hampir menurunkan penjagaannya. Pada saat-saat seperti ini, dia langsung sadar kembali.

 

Tidak boleh. Masih belum. Jangan biarkan penjagaanmu turun.

 

Pochi berhenti lagi. Telinganya terangkat ke atas, dan dia melihat-lihat ke sekitar.

 

Ranta memiringkan kepalanya.

 

“Apa...?”

 

Haruhiro menempelkan jari telunjuk pada mulutnya dengan ‘shuu’. Ranta mengangguk.

 

Itsukushima berbalik dan memberi isyarat pada Haruhiro. Haruhiro mendekat pada Itsukushima sambil menyembunyikan suara langkah kakinya. Itsukushima berbisik padanya.

 

“Ikuti aku.”

 

Sebelum Haruhiro bisa membalas, Itsukushima memberi isyarat lagi pada Yume memakai gerakan tangan. Kelihatannya dia menyuruh Yume mengajak Pochi dan Ranta gabung ke kelompok lainnya.

 

Itsukushima mulai berjalan. Haruhiro mengikutinya. Bahkan Thief paling terampil pun akan kagum jika melihat gerakan Stealth Itsukushima. Pria ini mengagumkan. Kemampuannya luar biasa dalam banyak hal, dan dia bisa saja jadi Thief, Warrior, Mage, atau pun Priest kelas kakap. Tapi mungkin dia tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Pria ini mencintai alam, binatang, dan orang yang dicintainya, menerima mereka apa adanya, dan dapat bertahan hidup di lingkungan apa pun.

 

Itsukushima berhenti di bayangan suatu pohon. Dia menunjuk ke arah barat laut.

 

Ada semak-semak belukar di sebelah sana. Jaraknya kisaran 15 meter. Kelihatannya Itsukushima menunjuk ke arah semak-semak itu.

 

Haruhiro terus menatap semak-semak itu.

 

Tiba-tiba, semak-semaknya bergetar.

 

Ada sesuatu keluar. Tubuhnya tertutupi oleh sisik-sisik hijau, itu bukan buaya. Kepalanya terlalu tinggi untuk seukuran buaya. Dia bertanya-tanya apakah itu adalah kadal.

 

Itsukushima menyuruh Haruhiro membaca gerakan mulutnya dengan tangan.

 

(Lizardman) kata Itsukushima tanpa mengeluarkan suara.

 

Haruhiro juga pernah mendengarnya. Lizardman. Dengan kata lain, mahluk humanoid. Mereka tidak sepintar manusia, elf, dwarf, atau pun orc. Namun, mereka dikatakan cukup pintar untuk bisa membuat peralatan simpel dan membangun kelompok yang lebih kompleks seperti masyarakat.

 

(Dia sedang mengintai. Bisakah kau menyingkirkannya tanpa diketahui?) tanya Itsukushima.

 

Haruhiro mengangguk.

 

Itu bukan lah sesuatu yang dia banggakan, tapi merupakan keahliannya.

 

Dia membiarkan dirinya tenggelam ke tanah, dan bergerak tanpa suara. Progesnya berjalan lancar tanpa masalah. Setelah ini terjadi, maka tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi.

 

Dia melihat dirinya di bawah dan sekitarnya dari pandangan atas. Tentu saja, dia tidak benar-benar ada di atas, dia hanya merasa seperti itu.

 

Itsukushima ada di sana. Di sana ada semak-semak tempat si Lizardman Pengintai bersembunyi. Haruhiro sedang merayap ke sana. Pohon. Semak-semak. Adakah Lizardman lain selain yang tadi? Tidak ada. Hanya 1 Lizardman yang ada di area ini.

Si Lizardman menyembulkan setengah kepalanya keluar dari semak-semak dan mengarah ke selatan. Posisi bola matanya, yang terpisah dari kanan dan kiri, mengindikasikan kalau Lizardman mempunyai bidang penglihatan lebih luas dari manusia. Posisi Haruhiro saat ini sangat lah susah di perhatikan, dia sedang mencari cara yang paling aman dengan hati-hati agar bisa berada di belakang si Lizardman. Setelah berhasil menemukan dan berada di belakangnya, dia pun menghunuskan belatinya dengan tangan kanan dalam posisi backhand. Dia meluncur mendekat padanya lalu mencengram dagunya dengan tangan kiri, dan pada saat yang sama dia menusukkan belatinya ke tenggorokan si Lizardman, kemudian dia tarik belatinya yang telah merobek trakea dan pembuluh darah si Lizardman lalu segera menusuknya lagi pada mata kanan bersamaan dengan otaknya. Dia penasaran seberapa dalam dia harus menusukkan belatinya dan seberapa parah kah kerusakan otak yang harus dia lakukan untuk mengakhiri hidup mahluk ini sesingkat mungkin. Telalu lambat jika dia hanya menggunkan otaknya. Jadi dia membiarkan tubuhnya bergerak dengan sendiri.

 

Ketika si Lizardman berhenti bergerak dan terjatuh di semak-semak, Haruhiro kembali ke tempat Itsukushima.

 

“Bagus juga kau...” kata Itsukushima dengan rendah dan tercengang.

 

Haruhiro menggelengkan kepalanya.

 

“Masih ada yang lain, kan?”

 

“Ya.”

 

Itsukushima mengerutkan kening.

 

“Harusnya Lizardman hidup lebih jauh ke utara dari sini. Aneh. Jadi pasukan itu sudah... Maaf karena aku mengoceh sendiri.”

 

“Apa tadi itu?”

 

“Ini tentang Pasukan Ekspedesi Selatan. Mereka tersebar di seluruh bagian selatan Pegunungan Kurogane.”

 

“Di sekitar tempat Lizardman tinggal?”

 

“Ya. Para Lizardman mungkin diancam atau ditahan oleh mereka dan dipaksa pindah ke selatan.”

 

Dia menghela nafas dan memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan. Kemudian menghela nafas lagi.

 

“Kalau begitu maka kita tak punya pilihan lain selain mengganti rute perjalanan. Kita akan meninggalkan Irot untuk sekarang dan maju ke Utara. Aku tidak suka ide ini, tapi sepertinya kita harus pergi melalui Grey Marshes (Rawa Abu-Abu).”

 

“Apakah itu tempat yang berbahaya...?”

 

“Tidak ada tempat yang tidak berbahaya.”

 

Itsukushima mengangkat salah satu sudut mulutnya.

 

“Hanya saja cuaca Grey Marshes sangat dingin kali ini. Dan juga ada banyak lintah. Keadaan itu akan sangat sulit apalagi terhadap para kuda. Ada juga lintah terbang yang melompat dari rawa, jadi kita manusia harus sangat berhati-hati.”

 

 “Itu...”

 

Dia hendak mengatakan ‘itu tidak mungkin, kan?’, tapi terputus karena bahunya tiba-tiba dipukul ringan oleh Itsukushima.

 

Itsukushima sudah mulai berlari. Jadi Haruhiro juga ikut berlari. Dia tak perlu repot-repot bertanya apa yang terjadi atau pun apa yang salah. Ini situasi darurat. Mustahil bukan.

 

Yume, yang bergabung dengan mereka awalnya, pasti telah dikasih instruksi tertentu oleh Itsukushima. Anggota lainnya telah memuat barang bawaan mereka di atas kuda dan siap pergi.

 

“Oke, kita akan pergi dari sini! Cepat lah pergi dari sini!”

 

Segera setelah Itsukushima mengatakan itu, dia pergi ke barat bersama Pochi.

 

“Ikuti aku! Jangan berlama-lama atau mereka akan menangkapmu!”

 

“Mereka siapa!?” teriak Ranta.

 

“Lizardman!”

 

Haruhiro menoleh kebelakang yang merupakan jalur yang barusan dia lewati. Kau bisa mendengar suara gemerisik dedaunan dan suara lainnya dari sana. Dia tidak bisa melihatnya. Tapi dia bisa tahu kalau mereka sedang mendekat. Mereka pasti akan datang. Jumlahnya pun juga tidak sedikit.

 

Vicky Sand melompat ke kudanya.

 

“Neil, Yume-kun, Setora-kun! Naiklah! Ayo cepat!”

 

Bahkan tanpa dikasih tahu pun, Neil sudah mulai menunggangi kudanya. Yume membalas dengan suara ‘huff huff’ sedangkan Setora diam saja selagi masing-masing dari mereka menunggangi kudanya.

 

“Cepat lah!”

 

Haruhiro membiarkan Kuzaku dan Merry naik terlebih dahulu. Vicky Sand dan yang lainnya mulai melaju dengan kuda mereka.

 

“Ayo lanjutkan pertarungan antara aku si Ranta-sama dan kau Parupiron! Yeahhh!”

 

Ranta menghunuskan pedangnya.

 

“Kau terlalu kurang bertenaga, tapi biarlah!”

 

“Diam lah!”

 

Haruhiro melompat ke samping saat berbicara. Ada 2 atau 3 objek kecil melayang ke arah mereka secara bersamaan dari arah pepohonan di sana. Panah. Dia menghindar dan melihat objek yang tertancap di tanah, tapi objek itu tidak tidak memiliki bulu yang biasa dimiliki panah. Ujungnya mungkin terbuat dari batu, bukan dari besi atau bahan logam lainnya. Itu adalah objek primitif, tapi yang pasti itu adalah panah.

 

Beberapa panah menembak ke arahnya. Ranta tidak menghindarinya, tapi membelah mereka jadi 2 dengan gampang.

 

“Haha! Aku sungguh keren, bahkan bisa membelah panah secepat itu!”

 

Haruhiro menghunus belati dengan tangan kanan dan belati api dengan tangan kiri lalu menghebuskan nafas dengan pelan namun dalam dengan ‘wooosh’... Kau tidak boleh memfokus kan pandanganmu pada 1 poin saja. Lihat lah semua yang ada di bidang penglihatanmu. Lebih baik juga jika kau menggunakan indra pendengaranmu dan indra lainnya.

 

Hanya dalam 1 atau 2 detik saja, Haruhiro melihat 10 Lizardman. Tentu saja, jumlahnya tidak hanya segitu, masih ada lebih banyak Lizardman dari arah timur dan timur laut. Mereka merengsek maju.

 

Ranta hendak melompat ke arah kerumunan musuh.

 

“Ayo bertarung...!”

 

“Tidak! Kita harus mundur dulu!”

 

Haruhiro berjongkok begitu dia telah mengatakan itu. Ranta menurutinya kali ini dengan melompat-lompat seperti serangga.

 

Panah-panah terbang ke arah mereka, tapi meleset semua. Lizardman bertombak batu mengejar Haruhiro dan yang lainnya. Beberapa dari Lizardman itu memakai perisai kayu. Beberapa dari Lizardman itu tidak memakai pakaian, tapi ada juga yang memakainya seperti ornamen yang kelihatannya terbuat dari tulang binatang, taring, atau batu poles.

 

“Hahahaha!”

 

Ranta tertawa saat dia berlari.

 

“Ayo kita bersenang-senang...!”

 

Sekalinya idiot, akan tetap menjadi idiot.

 

Haruhiro menerka-nerka jarak antara dia dan Lizardman bertombak. Lizardman tidak lah lambat. Yang terjadi di sini bukan hanya kejar-kejaran, jadi mereka tidak boleh lengah. Kelompok itu kalah jumlah dan pastinya tidak boleh meremehkan ras seperti Lizardman. Mungkin saja mereka adalah pemburu seperti hewan. Jika memang begitu, maka mereka mungkin akan menggunakan strategi yang mirip seperti yang juga digunakan hewan.

 

Jalur mereka dipersempit oleh bukit-bukit terjal. Jika ingin melarikan diri, maka mereka lebih baik melakukan pukulan keras sekali pada Lizardman untuk menakut-nakuti mereka.

 

“Ranta! Kita akan bersiap-siap di sana!”

“Haha! Akhirnya...!”

 

Ranta mempercepat langkahnya. Dia pasti mencoba mendapatkan posisi yang menguntungkan agar bisa mencegat Lizardman jika terjadi sesuatu.

 

Haruhiro menoleh ke belakang. Sebuah panah terbang ke arahnya, tapi momentum dan lintasannya membuatnya mustahil untuk menangkisnya. Jadi dia lari saja tanpa peduli. Ranta berlari ke atas bukit. Orang bodoh dan asap naik tinggi, kata mereka. Ini persis seperti yang dia pikirkan, Haruhiro juga mempersiapkan dirinya. Dia berniat membunuh atau melukai mereka dengan cepat dan efisien jika perlu, lalu kabur dari sana.

 

Sekarang, ayo kita bekerja.

Komentar