Bab 10: Hidup Dan Mati

Kiyoe (ピーター) on Twitter: "Hai to Gensou no Grimgar Volume 15 illust.  https://t.co/sN7sls1ohT" / Twitter

Gunung itu tidak terlalu curam, dan cuacanya juga bagus pada saat itu. Perjalanannya akan seperti pendakian biasa kecuali jika ada naga yang muncul. Ketika seribu atau lebih orang berbaris dalam barisan, binatang buas cenderung tidak akan mendekat. Kecuali jika itu adalah hewan yang terkuat dari semua hewan, yaitu naga, dan dikatakan tidak memiliki pemangsa selain dari jenisnya sendiri.

 

Butuh waktu hingga malam untuk mencapai puncak, untungnya tidak ada naga yang muncul pada saat itu.

 

Melihat ke timur, ada kota besar yang terlihat. Bukan Altana, tapi Damuro. Pada saat Kerajaan Arabakia masih makmur di utara Pegunungan Tenryu, Damuro adalah kota pusat di wilayah paling selatan. Dan ketika Damuro jatuh, kemenangan dari Aliansi Raja dan kekalahan umat manusia tercantum di batu nisan.

 

Setelah kejadian itu, Damuro menjadi sarang goblin, kota itu dibagi dua menjadi Kota Baru di barat, dan Kota Tua di timur. Kota Tua telah diabaikan selama lebih dari 100 tahun, dan masih berada dalam kondisi dengan banyaknya reruntuhan. Menurut Merry, tempat itu dihuni oleh para goblin yang kalah dalam faksi tertentu, bersama dengan orang buangan lainnya. Kota Baru yang telah dibangun kembali oleh para goblin terlihat aneh. Tempat itu lebih mirip seperti sarang semut besar daripada kota, dan gedung-gedung tinggi dicampur di tengahnya.

 

Pasukan Ekspedisi menuju ke timur untuk bisa menuruni gunung, dan beristirahat di sepanjang jalan. Mereka tidak ingin bermalam di lereng gunung, jadi bahkan pada saat matahari terbenam di sepanjang jalan, mereka terus berjalan dan berdoa agar tidak ada naga yang muncul.

 

Para prajurit yang suka bermain-main sendiri, sekarang sedang bergerak maju dalam diam. Bahkan jika mereka mulai merengek, "Aku lelah, aku tidak tahan lagi," tidak ada yang akan  menggendong mereka, atau pun membantu mereka dengan cara apa pun itu. Jika mereka tidak berjalan dengan kedua kaki mereka sendiri, mereka akan ditinggalkan di sisi gunung ini di tempat para naga tinggal.

 

Begitu mereka berada di atas gunung, Pasukan Ekspedisi mulai bertindak sedikit lebih seperti prajurit yang sebenarnya. Mungkinkah itu sebabnya Jenderal Jin Mogis memilih rute ini? Dia tidak tahu.

 

Betul sekali.

 

Tidak ada naga yang muncul.

 

Pasukan Ekspedisi akhirnya selesai menuruni gunung pada saat larut malam, dan sebagian besar dari mereka pingsan segera setelah menuruni pegunungan dan tidur seperti batu.

 

Haruhiro dan kelompoknya juga kelelahan, tetapi mereka tidak langsung tidur. Mereka perlu menyiapkan tempat tidur terlebih dahulu, tidak peduli seberapa minimnya itu, dan beristirahat dengan benar. Jika mereka tidur dalam keadaan lapar dan kehausan, tidur mereka akan terasa tidak nyaman, dan mereka juga tidak akan mendaptkan kualitas tidur yang baik, jadi mereka harus makan dan minum sesuatu dulu.

 

Sementara Haruhiro dan yang lainnya bersiap untuk tidur, Jenderal Mogis berjalan dengan tenang di antara para prajurit. Sebagian besar prajurit kedinginan dan tidak bergerak. Cara sang jenderal yang tampak seperti sedang berjalan melalui lapangan orang mati agak menakutkan.

Tidak, bukan agak, tapi itu memang menakutkan.

 

Sang Jenderal bersenandung saat dia berjalan-jalan seperti itu.

 

Dia terang-terangan menikmati dirinya sendiri ketika melakukan itu.

 

“...Apa kau yakin kalau pria itu tidak gila?” Kuzaku berbisik.

 

Sang Jenderal telah memilih untuk menyeberangi gunung, dan bertaruh tidak ada naga yang muncul untuk melatih anak buahnya. Mungkin bukan itu yang diinginkannya. Dia akan baik-baik saja jika naga muncul. Faktanya, dia ingin mereka muncul. Naga akan menyerang mereka, dan orang-orang akan berlari ke kiri dan kanan dengan panik karena mereka dibunuh satu per satu. Apakah Jin Mogis ingin menonton adegan itu? Tersenyum dan bersenandung saat dia melihat kejadian tersebut...

 

Itu tidak masuk akal.

 

Haruhiro cukup lelah, jadi itu mungkin hanya fantasi konyolnya saja.

 

Ketika matahari terbit, Haruhiro langsung terbangun, tapi butuh beberapa saat bagi para prajurit Pasukan Ekspedisi untuk bangun.

 

Mereka bergerak lagi menjelang tengah hari, dan pada saat mereka telah berjalan sejauh empat kilometer ke arah tenggara, matahari sudah mulai terbenam.

 

Altana berada sekitar sepuluh kilometer ke arah timur dari sini.

 

Sejak saat itu, sebagian besar daerah didepan mereka terdiri dari rerimbunan pohon, dataran terbuka, dan tanah rawa. Jika mereka bergerak maju dengan pasukan sebanyak ini, mereka akan terlihat dari jarak jauh. Jika mereka ingin meluncurkan serangan mendadak ke Altana, mereka harus mengirim beberapa orang di malam hari untuk melintasi daratan ke Altana untuk melakukannya.

 

Jenderal Mogis memerintahkan para prajurit untuk bersiap-siap, kemudian memanggil Neal si scout, Anthony, dan kelompok Haruhiro.

 

“Aku punya misi penting untuk kalian laksanakan. Aku ingin kalian melakukan kontak dengan agen kami yang seharusnya bersembunyi di wilayah musuh, dan juga untuk mengumpulkan informasi.”

 

"Bersembunyi?" tanya Haruhiro. “...Di wilayah musuh, maksudmu Altana, kan? Apakah itu artinya masih ada orang di Altana?”

 

Jenderal itu hanya menatap Haruhiro, dan tidak mengatakan apa-apa.

 

“Jika Altana diduduki oleh musuh, sejumlah kecil orang diwajibkan tetap berada di dalam kota untuk menunggu bala bantuan.” Jawab Anthony.

 

"Itu hanyalah asumsi jika mereka mengikuti aturan tersebut," tambah Neal.

 

"Mengkonfirmasi tentang itu juga merupakan bagian dari misimu," kata sang jenderal dengan acuh tak acuh, tapi tampaknya misi ini berbahaya.

 

Bukan tampaknya, tapi itu memang tidak diragukan lagi akan sangat berbahaya.

Sejujurnya, dia tidak menyukainya. Tetapi jika itu adalah perintah sang jenderal, dia tidak bisa menolaknya. Haruhiro berpikir sejenak sebelum membuka mulutnya.

 

"Mungkin kita harus menjaga jumlah kita seminimal mungkin?"

 

Sang Jenderal terdiam. Dia sedang menatap Haruhiro.

 

“Aku sangat cocok dengan misi ini, tetapi jika aku membawa orang-orang yang tidak cocok denganku, maka mereka hanya akan menjadi penghambat.”

 

"Aku seorang priest," kata Merry. “Jika ada yang terluka, aku akan berguna. Aku pikir aku juga harus pergi.”

 

Merry mungkin bukan orang yang ahli dalam operasi penyamaran, tapi ada juga masalah tentang ingatan mereka. Pada akhirnya, dia akan membutuhkannya untuk ikut dengannya.

 

“Aku…” Kuzaku mulai mengatakan sesuatu, lalu mengerang. “Aku ingin pergi, tapi aku mungkin hanya akan menyebabkan masalah padamu…”

 

Mereka juga tidak punya alasan membuat Setora dan Kiichi untuk ikut dengan mereka.

 

"Oke, jadi aku, Merry... Anthony-san, dan Neal-san." Haruhiro menatap sang jenderal. "Bagaimana dengan itu?"

 

Ketika Haruhiro menatap mata Jendral Mogis yang berkarat, entah kenapa dia merasa gelisah. Ekspresi pria itu sulit dibaca. Apakah dia merencanakan sesuatu yang mengerikan? Haruhiro tidak bisa tidak mencurigainya.

 

Sang Jenderal mengangguk.

 

"Baiklah, kalau begitu cepatlah berangkat.”

 

Saat mereka hendak pergi, Kuzaku mengeluh.

 

“Kita ditinggalkan, ya? Aku juga ingin pergi.”

 

"Kau sendiri yang mengatakan kalau kau mungkin hanya akan menyebabkan masalah."

 

"Yah, begitulah. Aku mungkin menyebabkan masalah bagimu, tetapi aku masih ingin pergi ke sana. Aku tahu itu lumayan bertentangan. Tapi aku masih bisa ke sana, kan?”

 

"Tidak." Setora mengatakan itu tanpa ragu-ragu. “Kiichi dan aku mungkin tidak apa-apa, tapi kau dan Shihoru bisa saja membebani mereka. Haruhiro membuat keputusan yang tepat.”

 

“Tapi Setora-san, kurasa bukan itulah alasan Haruhiro melakukannya. Bukannya kita akan menjadi penghambat, dia hanya mengkhawatirkan kita dari lubuk hatinya yang paling dalam. Itu adalah dorongan kebapakan untuk menjauhkan kita dari bahaya, kau tahu? Ohh, kurasa dia bukan ayah kita, ya? Kalau begitu itu hanyalah kekhawatiran biasa. ”

 

“Tidak, Bung,” Haruhiro memberitahunya. “Itu karena kau hanya akan menghambat. Kau memiliki perawakan yang sangat besar.”

"Oh ayolah. ...Hah? Apa kau serius? Maksudku, aku juga tahu kalau aku sangat besar, tapi tetap saja!”

 

Shihoru menarik lengan baju Haruhiro.

 

"...Hati-hati."

 

Haruhiro merasa sedikit malu, jadi dia mengalihkan pandangannya dari Shihoru.

 

"...Ya."

 

“Kau juga, Merry,” tambah Shihoru.

 

"Tentu saja," kata Merry, bibirnya berkedut untuk memberinya sedikit senyuman. "...Terima kasih."

 

Kelompok empat orang tersebut berangkat segera setelah itu.

 

Ada peternakan dan padang rumput yang tersebar di selatan Altana, serta rumah pertanian di sana-sini, meskipun tidak cukup untuk bisa disebut desa. Sekarang setelah Altana jatuh, ladang-ladang telah dihancurkan, dan tidak ada ternak yang terlihat. Para petani telah melarikan diri atau terbunuh. Semua rumah-rumah itu kosong, dan juga tidak ada tanda-tanda goblin mengintai di sekitar mereka.

 

Setelah matahari terbenam, Haruhiro dan yang lainnya menginjakkan kaki di salah satu rumah pertanian. Itu adalah rumah kayu yang kokoh dengan atap jerami, tetapi tampak tidak berbeda dari rumah yang lain. Bagian dalamnya telah terkoyak. Tidak diragukan lagi kalau itu adalah perbuatan goblin atau orc.

 

"Dimana letaknya?" Haruhiro bertanya pada Anthony.

 

Anthony berkata, "Di sini," dan membawa Haruhiro ke dapur. Ruangan itu tidak terpisah dengan sisa ruangan lainnya yang ada di rumah tersebut. Hanya ada oven dan meja untuk menyiapkan makanan di salah satu sudut ruangan di dapur.

 

Anthony membantu Haruhiro memindahkan meja dapur ke samping. Ada pintu rahasia yang tersembunyi di bawah di meja tersebut.

 

Ketika mereka membuka pintu itu, ada sebuah ruangan kecil sempit yang berbau debu dan jamur. Barel, kardus, dan peralatan lama ditinggalkan di sana, tapi itu pasti hanyalah umpan semata.

 

Anthony dan Haruhiro mengeluarkan tong dan barang-barang lainnya dari ruangan itu, dan mencabut semua ubin batu dari lantai. Akhirnya, sebuah pintu masuk yang menyerupai sumur muncul.

 

“Dari apa yang kudengar, usia sumur ini 50 tahun,” kata Anthony sambil menyeka keringat dari keningnya. “Seharusnya ada juga sesuatu yang seperti ini di tempat lain, tapi hanya tempat inilah yang kutahu.”

 

"Terasa seperti ada sesuatu yang akan keluar dari sumur tersebut." Neal menunjuk ke sumur dengan dagunya. "Kau duluan."

 

Anthony, Haruhiro, Merry, kemudian Neal berbaris dengan urutan seperti itu saat mereka turun.

Ada benda logam menempel di dinding yang berfungsi sebagai pegangan tangan dan pijakan kaki, mereka terus menurun ke bawah untuk sementara waktu. Tempat ini benar-benar seperti sumur, dan hanya cukup besar untuk dimasuki oleh satu orang pada satu waktu.

 

“Benda-benda logam ini sudah mulai longgar di beberapa tempat. Hati-hati." Tidak lama setelah Anthony mengatakan itu, "Whoa!" dia berteriak kaget. “...Baru saja itu berbahaya. Salah satu benda logam itu lepas.”

 

Meskipun begitu, mereka semua berhasil menuruni sumur tersebut, dan setelah itu ada terowongan yang tingginya kurang dari satu meter, cukup rendah sampai-sampai Haruhiro yang tidak terlalu tinggi, harus menundukkan kepalanya. Dia dipaksa untuk berjongkok saat dia berjalan, dan itu cukup mengganggunya.

 

Anthony, yang berada di depan rombongan, membawa lentera kecil, dan itulah satu-satunya cahaya yang mereka miliki.

 

“Mereka bersembunyi, dan menunggu bala bantuan yang bahkan tidak mereka yakin akan datang, ya?” Neal mendengus. “Aku tidak pernah mendengar tentang peran seperti itu. Aku juga tidak akan melakukannya. Semoga saja orang-orang perbatasan memiliki lebih banyak keberanian dari kita.”

 

“Orang-orang perbatasan,” kata Anthony dengan nada tegas, “memiliki keberanian yang lebih kuat daripada kalian, orang-orang daratan utama. Itu sudah pasti.”

 

Nael tertawa kecil.

 

“Kau mungkin benar.”

 

"Aku memang benar," jawab Anthony.

 

Terowongan itu pasti menghindari tempat-tempat di mana batu-batu sulit untuk digali, jadi jalannya berputar-putar, dan tidak ada yang tahu kapan itu akan berakhir.

 

Haruhiro sesekali memeriksa keadaan Merry. Setiap kali dia melakukannya, Merry akan mengangguk padanya, seolah mengatakan dia baik-baik saja.

 

"Ke mana terowongan ini akan mengarahkan kita?" Haruhiro bertanya pada Anthony.

 

"Guild Dark Knight di Distrik Barat."

 

“Dark Knight. Distrik Barat...” ulang Haruhiro sambil merenung.

 

Seingatnya, Merry telah memberi tahu mereka bahwa mantan rekan mereka, Ranta, adalah seorang Dark Knight. Distrik Barat. Mungkin sudah jelas kalau itu adalah sisi barat dari Altana.

 

“Menilai dari seberapa jauh kita telah berjalan, kita seharusnya berada di bawah Altana sekarang,” kata Anthony.

 

Mereka berjalan cukup jauh setelah itu. Ketika mereka sampai di depan dinding batu, Anthony berhenti.

 

Neal tertawa pahit.

"Oh ayolah..."

 

“Jangan langsung mengambil kesimpulan.” Anthony berdiri dan meregangkan punggungnya. Sepertinya langit-langit di sana lebih tinggi.

 

Anthony mengaitkan lentera si pinggangnya.

 

“Oke, kita akan naik ke atas dari sini. Ikuti aku."

 

Tidak seperti di pintu masuk, tidak ada benda logam yang teretempel di sisinya, jadi mereka harus mendorongkan tangan dan kaki mereka ke dinding dan perlahan-lahan naik ke atas.

 

Setelah naik sekitar dua meter, ada lubang yang menyamping di sisi mereka. Itu bahkan lebih sempit dari terowongan yang mereka lewati sebelumnya, tapi terowongan itu dilapisi dengan batu.

 

"Ini pintu keluarnya," kata Anthony, lalu mulai menggedor sesuatu.

 

Apakah itu diblokir hanya dengan penghalang tipis dari batu? Anthony menggendornya dengan keras.

 

Ketika mereka keluar dari terowongan tersebut, mereka berada di sebuah ruangan besar dan terbuka yang terbuat dari batu.

 

Anthony mengambil lentera dari pinggangnya untuk menyinari area di sekitarnya.

 

Ada patung-patung yang tampak melapisi dinding, dan sosok yang bukan manusia atau binatang berdiri di atas alas. Ukuran mereka bervariasi. Beberapa seukuran manusia, sementara yang lain setengahnya.

 

Lalu ada hal menyeramkan yang awalnya tidak bisa dia identifikasi; dia mengira itu adalah mayat sejenis makhluk, tapi ternyata itu adalah lilin. Lilin yang tak terhitung jumlahnya telah meleleh, kemudian mengeras, dan bentuknya berubah menjadi sesuatu yang tampak menakutkan serta memberikan atmosfir seperti sesuatu yang mendominasi lantai ruangan ini.

 

"Pemuja Skullhell, ya?" Neal memandangi salah satu patung dan mengangkat bahu. “Aku tak menyukainya. Manusia menyembah dewa kematian.”

 

Anthony tampak seperti hendak mengatakan sesuatu.

 

“Apakah…” Haruhiro menegang, dan telah menarik belatinya tanpa dia sadari "...Ada seseorang disana?"

 

Jauh di belakang ruangan. Apakah itu patung juga?

 

Tidak. Itu bukan patung.

 

Sesuatu itu bergerak.

 

“O-O-O-O Kegelapan, O-O-O-O L-Lord V-V-Vice.”

 

Sesuatu itu berbicara.

Itu adalah suara manusia.

 

"... Seseorang yang selamat?!" Neal menghunuskan belatinya dan besiap-siap untuk bertarung.

 

“Bukan itu…” Anthony menurunkan lenteranya ke tanah dan menghunuskan pedangnya.

 

"Itu bukan manusia!" teriak Merry.

 

"D-D-Demon C-C-Call," kata seseorang dengan suara yang sangat serak.

 

Sesuatu seperti awan ungu mulai membentuk pusaran dalam kegelapan.

 

Sesuatu yang berputar-putar itu dengan cepat berubah menjadi bentuk tertentu.

 

Sesuatu itu berkepala seperti rusa berwarna putih bersih, dan dengan tubuh manusia kurus yang tertutup oleh jubah gelap. Mahluk apa itu?

 

“Demon!” Teriak Merry. "Familiar Dark Knight!"

 

"Apa yang sedang terjadi?!" teriak Neal.

 

Merry tidak menjawabnya.

 

“Hentikan Demon itu supaya aku bisa memurnikannya!”

 

Memurnikannya.

 

Zombie, ya?

 

Kutukan No-Life King telah mengubah Dark Knight itu menjadi zombie. Itu bukanlah orang yang selamat. Dia sudah mati.

 

"Ueahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh."

 

Demon itu mengeluarkan teriakan yang menakutkan saat menyerang. Lengan putih seperti tulang yang disembunyikan di balik jubahnya mulai terlihat. Pada dasarnya tanganya seperti sabit besar.

 

“Hahh!” Anthony berteriak saat dia memukul mundur iblis itu dengan pedangnya.

 

Haruhiro dan Merry saling berpandangan. Apa yang Merry coba lakukan? dan apa yang dia inginkan dari Haruhiro? Haruhiro mengerti dalam sekejap.

 

Haruhiro berlari melewati Anthony yang sedang bertukar serangan dengan iblis itu.

 

Zombie Dark Knight tersebut menyadari kalau Haruhiro datang ke arahnya.

 

“Ah, ah, ah, ah.”

 

Zombie itu memegang dua pedang melengkung. Seorang pengguna pedang ganda, ya?

 

Ketika zombie itu melangkah maju, Haruhiro merasakan sensasi dingin di sekujur tubuhnya.

Dia berasumsi karena lawannya hanyalah zombie, gerakannya akan lambat dan tidak berbobot, atau setidaknya tidak secepat pada saat mereka masih hidup. Mungkin zombie yang dilawannya bahkan lebih cepat saat masih hidup, tapi zombie ini masih terbilang cukup cepat meskipun sudah mati.

 

Tubuhnya begerak dengan sendirinya. Dia memblokir kedua pedang itu dengan belatinya dan membelokkan serangan tersebut, tetapi dia tidak tahu bagaimana dia bisa melakukan itu.

 

Zombie itu terus menyerangnya.

 

Oh sial. Sial. Sial. Sial. Siaaal.

 

Haruhiro menarik belatinya yang lain dengan bilahnya yang bergelombang seperti api. Dia menangkis pedang zombie itu. Nyaris saja dia gagal melakukan itu. Bahkan dia menangkisnya ketika dia berpikir dengan terkejut, Wow, ternyata aku bisa melakukan itu, ya?

 

Namun, zombie itu tiba-tiba menghilang di depan matanya.

 

"Hah...?"

 

Kiri.

 

Dia tidak tahu apakah itu insting, atau apa, tapi Haruhiro melihat ke kiri.

 

Itu dia.

 

Zombienya.

 

Apakah itu teleportasi? Tidak mungkin, itu tidak masuk akal. Uh oh. Pedang itu. aku tidak bisa menghindarinya, dan juga tidak bisa menangkisnya. Aku tidak akan sempat.

 

"O Cahaya, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamu."

 

Merry datang ke arah zombie itu.

 

Sebenarnya inilah yang ingin mereka lakukan dari awal. Niat mereka selama ini adalah menjadikan Haruhiro sebagai sebagai umpan dan menarik perhatian zombie itu, kemudian Merry akan memurnikannya dengan sihir.

 

"Purify...!"

 

Ada ledakan cahaya, dan cahaya itu juga menelan zombie tersebut.

 

Ketika zombie itu terjatuh, iblisnya juga menghilang.

 

“Haru!” Merry bergegas menghampirinya dengan ekspresi mengerikan di wajahnya. "Apakah kamu terluka?!”

 

"Ohh." Cara dia meraih lengannya erat-erat dan menyentuh wajahnya membuatnya sedikit terkejut. "...Aku baik-baik saja. Terima kasih."

 

Merry menghela nafas.

"Syukurlah."

 

"Jadi ini adalah zombie dari yang pernah kudengar itu?" Neal menendang zombie yang terjatuh itu untuk mencoba membalikkan tubuhnya.

 

"Jangan lakukan itu," Anthony menghentikan Neal. “Dia dimanipulasi oleh kutukan."

 

"Hah," Neal tertawa mengejek. "Kutukan, atau apapun itu telah hancur. Sekarang tubuh itu hanyalah mayat semata."

 

"Apa kalian orang-orang daratan utama tidak menghormati orang mati?"

 

“Para penyembah Skullhell tidak pantas mendapatkan apa pun selain penghinaan bahkan setelah mereka mati. Mereka adalah orang-orang keji, oke?”

 

“Dari apa yang kutahu, dia adalah Master guild Dark Knight. Dia tinggal di Altana dan berjuang sampai akhir. Apa yang keji tentang itu?”

 

Neal melambaikan tangannya untuk memotong pembicaraan, bertindak seolah-olah itu terlalu merepotkan.

 

Merry berlutut di samping mayat itu dan memanjatkan doa. Anthony juga mengucapkan doa dalam hati.

 

Haruhiro mencoba meniru mereka berdua, tapi apakah ada gunanya melakukan itu ketika dia sendiri tidak benar-benar meratapi pria tersebut?

 

“Kau sama sepertiku, ya?” Neal memberinya tamparan ramah di punggung.

 

Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia merasa dia tidak akan pernah menyukai Neal. Ya, dia mungkin sangat membenci pria itu.

 

"Ayo pergi." Anthony mengambil lentera yang dia letakkan di tanah. “Kita masih mempunyai bisnis di guild thief. Tempat itu juga berada Distrik Barat, jadi tidak jauh dari sini.”

 

Guild Dark Knight berada di bawah rumah terbengkalai yang sepertinya bisa runtuh kapan saja.

 

Bagian dalam rumah itu sekilas terlihat rusak, tapi strukturnya kokoh, aulanya rumit, dan ada banyak kamar kecil. Rumah itu juga memiliki banyak kamar tersembunyi, dan salah satunya berisi lorong menuju ke bawah tanah.

 

Master guild itu kemungkinan telah terluka dalam pertempuran, dan melarikan diri ke guild Dark Knight, tetapi meninggal di sana.

 

Namun, bahkan setelah menduduki kota, musuh masih belum bisa menemukan guild itu. Mereka mencari di atas dan di bawah tanah hanya untuk memastikan apakah ada orang yang selamat, dan zombie lain atau pun mayat, tetapi tidak menemukan satu pun dari hal-hal tersebut.

 

Master guild itu adalah satu-satunya orang yang mati di bawah tanah dan diubah menjadi salah satu zombie oleh kutukan No-Life King yang mengakibatkan dia berada di sana ketika Haruhiro dan yang lainnya tiba.

“Sepertinya kita melakukan perbuatan baik sebagai pengikut Dewa Cahaya Lumiaris, ”kata Neal dengan berani. “Orang-orang biadab yang menyembah Skullhell itu telah berubah menjadi sesuatu yang sangat dibenci hukum kehidupan ini. Mereka adalah mahluk keji yang perlu dihancurkan. Aku yakin Lumiaris pasti sangat senang."

 

"Bisakah kau diam?" Anthony memelototi Neal. “Aku tidak berpikir ada musuh sekarang, tapi kita tetap tidak bisa memastikan tidak ada musuh dengan tepat.”

 

Neal tersenyum lemah dan mengangkat tangannya sambil berpura-pura menyerah.

 

Matahari terbit sudah dekat karena daerah di sekitar mereka remang-remang.

 

Distrik Barat adalah daerah yang kumuh, dan gedung-gedungnya tampak tua dan bobrok, rusak, atau di ambang kehancuran, tetapi entah kenapa gedung-gedung tersebut masih bisa bertahan.

 

Kelompok itu masih belum pernah melihat satu pun goblin sejak datang di permukaan.

 

Apakah tidak ada goblin di Distrik Barat? Bukan itu, mereka mungkin hanya berada di dalam bangunan, dan sedang tidur. Mereka harus pergi ke tempat yang mereka tuju sebelum para goblin terbangun.

 

"... Seharusnya ada di sekitar sini." Anthony menatap Haruhiro. "Kenapa kita belum sampai di sana?”

 

Jangan tanya aku, itulah perasaan Haruhiro yang sebenarnya, tapi dia adalah seorang thief. Dia tidak bisa mengatakan kalau itu tidak mungkin untuk memberitahukannya pada mereka di mana Guild Thief berada.

 

"Karena... itu adalah Guild Thief?" Jawab Haruhiro.

 

"Karena... ini sudah sudah pagi?" Merry menawarkan bantuan, tetapi Haruhiro tidak begitu yakin kalau itu banyak membantu.

 

Haruhiro mengerutkan keningnya.

 

"Ini sudah ... agak lama, kau tahu ...?"

 

Neal melihat sekeliling.

 

"Tempat ini sangat mencurigakan."

 

Kelompok itu memusatkan perhatian mereka pada sebuah bangunan aneh yang merupakan campuran kompleks dari konstruksi batu dan kayu, dan mereka mencoba untuk mengelilinginya untuk menemukan pintu masuk.

 

Masalahnya, mereka tidak bisa melakukan itu.

 

Mereka berakhir menemukan tembok dan pagar, dan sepertinya tidak bisa menemukan cara untuk berkeliling ke samping atau pun ke belakang bangunan itu.

 

Mereka mencoba menuju ke gang-gang terdekat, tetapi masih tidak dapat melewati ke sisi lain dari

bangunan tersebut, dan akhirnya harus kembali.

 

"Tunggu dulu..."

 

Kita tersesat, kan?

 

Mereka berada di jalan sempit yang membentang di sebelah gedung yang dimaksud, tapi Haruhiro tidak tahu di mana mereka berada.

 

Jika dia ingin kembali ke, katakanlah, Guild Dark Knight dari sini, dia mungkin akan mengalami waktu yang sangat sulit untuk melakukannya. Setidaknya, itu tidak akan mudah.

 

Anthony menghela napas.

 

"Ini buruk."

 

Bahkan sekarang, waktu masih terus berjalan. Haruhiro memegang telinganya. Dia merasakan rasa terdesak yang tidak kalah dari Anthony, tetapi semakin dia mencoba untuk buru-buru, semakin besar kemungkinan dia melewatkan sesuatu, dan juga akan semakin menumpulkan pemikirannya, jadi dia harus tetap tenang.

 

Saat itulah, tiba-tiba, "Apa kalian membutuhkan sesuatu?" kata sebuah suara dari belakangnya yang membuat Haruhiro sangat terkejut.

 

Itu adalah suara seorang wanita.

 

Jika itu datang dari belakang mereka, artinya wanita itu berada di gang yang baru saja dilewati kelompok itu. Kapan dia sampai di sana? Dari mana dia muncul? Dia tidak memperhatikannya sama sekali. Haruhiro berbalik.

 

Itu adalah seorang wanita, seperti yang dia pikirkan. Dia manusia. Rambutnya yang panjang menutupi separuh wajahnya.

 

Tubuhnya, di sisi lain, tidak disembunyikan. Dia tidak telanjang, tapi akan lebih tepat jika sesuatu yang dia kenakan menutupi terlalu sedikit bagian tubuhnya.

 

"Oh ..." Neal menarik napas dalam-dalam.

 

Anthony menelan ludah.

 

“...!” Merry mencoba mengatakan sesuatu, tetapi wanita itu berbicara lebih dulu.

 

"Kucing Tua," katanya.

 

Mata wanita itu melebar saat dia menatap Haruhiro. Dia terlihat terkejut. 

https://www.baka-tsuki.org/project/images/6/6f/Grimgar_Vol_15_%287%29.jpg

Akulah yang terkejut di sini, oke?

 

"...Hah?" Haruhiro menunjuk dirinya sendiri. “...Kucing Tua...?"

 

Wanita itu menyisir rambutnya ke belakang telinganya dan menghela nafas.

 

“Kau masih hidup?”

 

"Hidup..."

 

Kucing Tua?

 

Tidak jelas siapa yang dimaksud wanita itu, tapi dia mungkin tahu siapa Haruhiro.

 

Tapi Haruhiro tidak mengenalnya. Dia tidak mengingatnya.

 

“Hidup...” Haruhiro menurunkan pandangannya.

 

Untuk saat ini, yang terbaik adalah tidak menyebutkan apa pun yang tidak seharusnya dia katakan. Tetapi di di sisi lain, tidak baik juga jika wanita itu mengira dia menyembunyikan sesuatu atau pun mencoba untuk tidak mengatakan sesuatu.

 

“Entah bagaimana aku berhasil bertahan hidup, terima kasih...”

 

“Kudengar kau menghilang. Aku yakin kalau kau sudah mati saat itu.”

 

"... Sesuatu terjadi."

 

“Namaku Anthony Justin, dan aku seorang komandan resimen di Brigade 1 dari Tentara Perbatasan Kerajaan Arabakia,” Anthony memperkenalkan dirinya. “Kau dari Guild Thief, kan? Jadi kau berhasil melewatinya dengan baik-baik saja ..."

 

“Baik-baik saja, ya…? Aku tidak tahu tentang itu , ”bisik wanita itu, lalu menyilangkan tangannya. “Namaku Barbara. Aku seorang thief, dan itu hanyalah nama julukan.”

 

Merry membungkuk dan berbisik di telinga Haruhiro.

 

“...Orang itu, dia mungkin seorang guru. Kau memanggilnya Sensei. Tapi itu hanya tebakanku.”

 

“Sensei...”

 

Ini semakin tidak masuk akal.

 

Barbara menatap Haruhiro lagi. Jika dia terlalu bingung atau memalingkan muka, Barbara mungkin akan curiga, tetapi untuk beberapa alasan dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk melihatnya secara langsung.

 

Mengapa thief ini, Barbara, yang seharusnya adalah gurunya, tidak memakai pakaian yang pantas? Apa yang dia ajarkan padanya?

 

Terlalu banyak misteri disini.

Komentar