Kuzaku menyandarkan punggungnya ke dinding Kota Baru, menekuk lututnya dan menyatukan kedua tangannya. Kiichi menggunakan bahu dan kepala Kuzaku sebagai batu loncatan saat dia memanjat dinding. Haruhiro meletakkan kaki kanannya di tangan Kuzaku, lalu dengan cepat dia mendorongnya ke atas.
Mereka melintasi dinding ke Kota Baru pada malam hari, lalu berjalan di sepanjang langit-langit jalan terowongan. Kiichi sedang ada di dunianya sendiri. Dia dengan mudah melompati lubang di atap saat dia memimpin di depan, kadang-kadang dengan cepat memanjat bangunan untuk melihat-lihat, dan di waktu tertentu mengikutinya di belakang untuk mengawasi bagian belakang. Haruhiro bahkan tidak perlu memberi perintah. Kiichi adalah nyaa yang sangat pintar. Itu sangat membantu Haruhiro karena tidak perlu berbicara dengannya. Haruhiro lebih suka diam sebanyak mungkin. Bukannya dia membenci orang-orang, atau sesuatu seperti itu.
Mereka menuju ke Ahsvasin.
Mereka mencoba turun ke jalanan yang mereka yakini mengarah ke sana, tapi seperti yang telah diduga, ada banyak goblin yang berlalu-lalang di sana. Bahkan jika dia menggunakan Stealth, dia tidak yakin bisa melewati mereka.
Haruhiro dan Kiichi kembali ke langit-langit jalan terowongan. Bangunan-bangunan di sekitar Ahsvasin menjulang di atas mereka seperti tebing ketika mereka mendekat. Masing-masing dari bangunan itu penuh dengan lubang, yang bisa dikatakan sebagai jendela, dan semuanya berbeda-beda bentuk. Itu membuat jumlah dindingnya sulit di hitung.
Dia mengambil risiko, dan mencoba masuk ke salah satu jendela itu. Tata letaknya cukup rumit. Beberapa kamar memiliki pintu, sementara yang lain tidak. Terkadang, ada gob yang tidur di tempat tidur yang terlihat seperti tumpukan tanah di tengah koridor.
Kiichi telah pergi beberapa saat yang lalu, tapi Haruhiro tidak mengkhawatirkannya. Saat dia menjelajahi bangunan tersebut, nyaa itu kembali. Kiichi berbalik ke arahnya, dan sedikit mengibaskan ekornya. Haruhiro berasumsi kalau Kiichi meminta dia untuk mengikutinya.
Setelah mengikuti Kiichi, dia tiba di sebuah ruangan yang terasa seperti ruang bawah tanah meskipun tidak berada di bawah tanah. Ada pot-pot besar dan kecil yang disusun berjajar dan bertumpuk di dalamnya. Apa ini? dia bertanya-tanya. Ada bau busuk yang tidak terlalu menyengat, tapi unik, memenuhi ruangan itu. Baunya berjamur dan manis.
Dia membuka salah satu pot tersebut, dan melihat kalau itu diisi dengan sesuatu yang hanya bisa dia asumsikan sebagai sekumpulan jamur, dan baunya seratus kali lebih buruk daripada apa yang dia cium sebelumnya. Dia buru-buru menutup tutupnya, tapi untungnya dia merasa kalau indra penciumannya akan pulih dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Ada sejumlah jendela di bagian atas ruang bawah tanah. Tampaknya segera lagi fajar akan datang. Tempat ini mungkin merupakan gudang. Apakah barang-barang di dalam pot adalah sesuatu semacam makanan? Apa mereka memakan itu? Jika difermentasi, sepertinya itu mungkin.
Haruhiro memutuskan untuk bersembunyi di bagian paling belakang gudang dan menunggu malam datang. Dia kadang-kadang merasakan kehadiran gob sesekali, tetapi mereka hanya melewati gudang, dan tidak pernah memasukinya. Kiichi tidur meringkuk di kaki Haruhiro. Jika Kiichi, yang memiliki indra berkali-kali lebih sensitif daripada manusia, bisa tidur di sini, maka itu pasti berarti situasinya aman. Tapi Haruhiro tetap tidak bisa lengah. Namun, jika dia terlalu memaksakan diri, maka itu juga tidak baik. Dia perlu mempertahankan fokusnya sementara dia beristirahat. Alihkan perhatiannya ke hal-hal yang penting saja. Dia memunggungi dinding, dan setengah tertidur, tapi tidak melewatkan suara sedikit pun saat dia sedang melakukan itu.
Kiichi sesekali bangun, dan meninggalkan gudang.
Haruhiro berdiri sesekali untuk melakukan peregangan. Dia makan jatah portabelnya dua kali, dan berbagi dengan Kiichi.
Matahari terbenam, dan para gob pergi tidur. Haruhiro dan Kiichi meninggalkan gudang.
Kiichi telah berjalan-jalan di sekitar tempat ini pada siang hari, jadi dia mempunyai pemahaman yang baik tentang tata letak bangunan ini. Setelah mengikuti nyaa yang membimbingnya, Haruhiro bisa menemukan jalan keluar dari bangunan ini, tapi ada gob di sana jadi dia tidak bisa mendekat. Dia juga mencari tahu mengapa desain bangunan itu terasa rumit baginya. Mungkin itu karena fitur unik dari bangunan ini, tetapi tidak memiliki tangga. Karena itu, tidak ada perbedaan yang jelas antara lantai satu, dua, tiga, dan seterusnya. Setiap kamar memiliki ukuran dan tinggi langit-langit yang bervariasi, dan sebagian besar koridor posisinya miring. Tidak ada tangga yang bisa dia lihat di mana pun itu. Kamar-kamar yang lebih tinggi terhubung ke kamar-kamar yang lebih rendah dengan lubang-lubang sebagai jalurnya, dan terkadang ada tali yang tergantung pada lubang-lubang tersebut.
Haruhiro memutuskan untuk terus bergerak naik ke atas dan semakin ke atas. Dia harus berhati-hati terhadap para gob saat dia melaju. Itu butuh waktu. Tapi perlahan-lahan, tanpa terburu-buru, dia menuju ke atas. Dan terus ke atas.

Sepertinya dia tidak lagi bisa naik lebih tinggi. Dia melihat sebuah jendela, lalu keluar melalui jendela tersebut.
Dia mungkin berada pada ketinggian 14-15 meter sekarang. Anginnya cukup kuat, dan itu membuat kakinya sedikit melemah. Kiichi dengan mulus memanjat dinding. Apakah mereka akan berhasil mencapai puncak? Tempat dimana Kiichi berada sekarang mungkin akan menjadi titik tertinggi di bangunan ini.
Oh. Sepertinya Kiichi telah menunjukkan kepada Haruhiro rute yang juga bisa dia gunakan. Haruhiro mencobanya, dan meskipun itu tidak bekerja baik baginya tidak seperti Kiichi, dia masih berhasil naik ke atap.
Atapnya tidak rata. Bentuk atap tersebut tampak seperti pangsit yang coba kau ratakan. Tidak ada tonjolan di tepinya, jadi jika dia terpeleset di sini, itu akan menjadi akhir baginya. Haruhiro dengan hati-hati berlutut saat dia menatap Ahsvasin, Highest Heaven. Itu menjulang di atas bangunan ini. Tingginya pasti lebih dari tiga puluh meter. Salah satu dari lima struktur mirip lengan yang tumbuh disana membentang di atas bangunan yang sekarang ditempati Haruhiro dan Kiichi.
"Itu besar...!"
Dia berbicara dengan keras untuk pertama kalinya setelah beberapa saat. Kiichi mengelus-ngelus kan kepalanya ke lutut Haruhiro. Haruhiro memberinya tepukan di kepala, dan menyempitkan matanya dengan gembira.
“Maaf karena membuatmu ikut denganku. Kupikir aku akan merasa sangat putus asa jika sendirian saja saat ini. Jadi kau benar-benar membantuku dengan berada di sini. ”
Seolah mengatakan "Jangan khawatir tentang itu," Kiichi mengeong pendek.
Haruhiro menarik napas dalam-dalam beberapa kali.
Oke. Ayo pergi.
Haruhiro mulai menuruni atap. Ke sisi yang berlawanan dari arah dia naik tadi. Ke sisi menghadap ke Ahsvasin. Sama seperti ketika dia memanjat, tidak banyak juga tempat yang bisa dia gunakan sebagai pijakan untuk turun. Dia dipaksa untuk menjatuhkan dirinya dari jendela ke jendela. Jika dia tidak bisa turun dari tempatnya, dia akan masuk melalui jendela untuk sementara.
Dia akan merasa putus asa jika sendirian. Sebenarnya, itu bahkan akan jauh lebih buruk dari itu. Tanpa bantuan Kiichi, misi ini akan memakan waktu lebih lama. Dan bahkan, dia mungkin masih belum bisa membuat banyak kemajuan.
Ketika langit mulai cerah, dia sudah hampir turun ke lantai lantai paling bawah. Kiichi telah memastikan bahwa jalurnya dalam keadaan yang aman, jadi Haruhiro masuk melalui jendela. Dia menyipitkan matanya ke arah Ahsvasin.
Aku tidak berharap itu akan terlihat seperti itu.
Area yang dikelilingi oleh bangunan besar pastilah tempat Ahsvasin berada. Itu adalah area dengan tanah datar, pagar, dinding, dan jalan terowongan yang mengarah ke dalam bangunannya. Atau setidaknya, itulah yang Haruhiro pikirkan sebelumnya, tapi ternyata bukan itu.
Sebuah parit yang dalam telah digali ke dalam tanah.
Tampaknya itu tidak diisi dengan air. Sebuah parit kering? Atau mungkin mereka telah menggali lubang besar, dan membangun Ahsvasin di dasarnya?
Parit itu mungkin sedalam sepuluh meter. Lebarnya bahkan lebih besar dari itu. Haruhiro melihatnya dari jarak sekitar dua puluh meter.
Bukannya tidak mungkin untuk menyeberangi parit itu, pikirnya. Itu hanyalah parit kering, jadi aku bisa memanjat ke bawah dan berjalan menyebrang di bawah sana. Masalahnya adalah apa yang datang setelah itu. Bagaimana cara aku masuk ke Ahsvasin?
Haruskah aku turun dan melihat apa yang terjadi? Tidak, sekarang bukan waktunya untuk berjudi. Matahari akan segera terbit. Jadi aku harus menahan diri untuk saat ini.
Haruhiro memutuskan untuk menunggu di dalam salah satu bangunan sampai malam. Kiichi sepertinya mengerti itu, dan membawanya ke tempat yang aman. Kali ini tampak seperti tempat dengan banyak lemari yang penuh dengan berbagai macam barang-barang. Itu berdebu, tapi mudah untuk tinggal di sana dibandingkan dengan tempat terakhir. Dia hampir tidak pernah merasakan adanya kehadiran gob, dan bahkan memutuskan untuk berbaring dan tidur.
Hari itu panjang. Dia punya banyak waktu untuk memikirkan banyak hal.
Saat malam tiba lagi, Haruhiro memutuskan untuk memeriksa seberapa jauh dia bisa masuk ke dalam bangunan ini. Dia memiliki perasaan samar bahwa mungkin ada menjadi ruangan di bawah parit. Jika ada, bisakah dia masuk ke dalamnya melalui bangunan ini?
Begitu dia telah turun sangat jauh, dia menemukan pintu jalan keluar. Tidak ada gob di sekitarnya. Dia ragu-ragu sedikit, tapi tetap mengambil keputusan.
Dia berjalan ke arah pintu itu, lalu mencoba mendorong dan menarik pegangannya, tapi itu tidak bergeming. Kemudian dia mencoba memutar pegangannya. Itu membuat pintunya bergerak, lalu dia perlahan-lahan membukanya. Dia telah mencoba yang terbaik untuk tetap tidak bersuara, tapi tidak mungkin untuk membuka pintu itu tanpa membuat suara. Pintu itu berderit saat dia membukanya.
Dia mengintip melalui celahnya, dan Kiichi dengan gesit menyelinap melewati celah tersebut.
Itu adalah jalan terowongan. Keadaannya sedikit cerah. Sedikit lebih jauh ke bawah, ada pertigaan. Sepertinya ada cahaya lampu yang lewat di sana.
Dia mendengar sesuatu bergerak di belakangnya. Gob? Ada gob mendekat dari dalam bangunan.
Sebenarnya akan lebih berbahaya untuk kembali sekarang. Haruhiro membuka pintunya sedikit lagi, lalu pergi ke dalamnya. Dia menutupkan pintunya di belakang dia. Itu membuat suara yang sangat gaduh, dan dia berkeringat dingin. Apakah para gob di dalam bangunan mendengar itu? Dia tidak tahu. Dia sudah menutup pintunya, jadi dia tidak punya cara untuk memastikannya.
Dia pasti menjadi tidak sabar, meskipun dia tidak bermaksud demikian. Dia telah menyeberangi jembatan yang berbahaya sekarang.
Kiichi menghilang di sekitar pertigaan. Ke kiri. Kiichi telah berbelok ke kiri.
Haruhiro mengejar Kiichi. Karena hati-hati, dia berhenti di pertigaan, menjulurkan wajahnya agar dia bisa melihat ke dua arah. Dia mengira jantungnya akan berhenti saat itu.
Itu dia. Di sebelah kanan. Ada gob tidak jauh darinya. Mungkin jaraknya sekitar lima meter. Mereka memiliki lampu di tanah, dan mereka berjongkok di sebelahnya sambil melakukan sesuatu. Mereka tidak menyadari kehadirannya. Sebenarnya, mereka sedang menurunkan pandangannya ke bagian bawah tanah sekarang ini. Baju besi. Helm. Perisai di punggung mereka, dan tombak yg bersandar di dinding terowongan. Mereka bersenjata. Mereka adalah penjaga gob yang sedang berpatroli, ya.
Haruhiro menarik wajahnya kembali. Kiichi telah pergi ke kiri. Para gob penjaga tidak menyadari itu. Yah, dari cara mereka bertindak, wajar kalau mereka tidak akan menyadari Kiichi. Jika mereka tidak berpikir ada sesuatu di sana, Haruhiro juga mungkin akan terkejut ketika mengetahui bahwa dia tidak menyadarinya kalau berada di posisi mereka.
Dia memeriksa para gob penjaga sekali lagi. Mereka masih berjongkok di sana sambil melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sepertinya mereka sedang saling berbicara dengan suara pelan.
Tidak ada yang tahu kapan gob di bangunan itu mungkin akan masuk ke pintu di belakangku.
Aku akan menenggelamkan diriku.
Tenggelamlah.
—Stealth.
Haruhiro belok ke kiri di pertigaan. Bahkan tanpa menoleh ke belakang, dia bisa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh para penjaga. Mereka masih berjongkok.
Jalan terowongan lurus itu segera terhenti, dan ada belokan ke kanan. Tidak ada tanda-tanda Kiichi. Para gob penjaga sepertinya sedang bergerak karena dia mendengar langkah kaki.
Haruhiro terus menyusuri jalan terowongan. Ada lagi pertigaan lain. Kiichi menjulurkan kepalanya dari sisi kiri dengan cepat, lalu menghilang kembali dari jalan itu. Haruhiro mengikutinya. Jalan berbelok dengan halus ke kanan saat dia turun. Itu cukup miring. Dia mengejar Kiichi. Atau begitulah yang dia pikirkan, tapi Kiichi cepat. Sepertinya area di sisi lain jalan ini semakin terbuka.
Area itu lebar.
Benar-benar lebar.
Dan langit-langitnya juga tinggi.
Tidak ada lubang di dalam sana. Meskipun begitu, area itu cerah. Bukan itu, jika dilihat dengan penuh semua cahayanya, mungkin lebih tepat disebut redup. Tapi dia merasa itu cukup cerang.
Ada objek-objek bercahaya yang beterbangan. Bukan satu atau dua, tapi banyak.
Sebenarnya mereka itu apa? Mereka tampak seperti tali. Atau ular. Tapi ular tidak terbang. Apakah mereka serangga? Mereka tidak terlihat seperti memiliki sayap. Mereka tipis, rata, dan mengeluarkan sedikit cahaya kekuningan. Mereka hanya terbang berputar-putar dengan perlahan. Panjang mereka sangat bervariasi. Panjangnya dari 10-30 sentimeter. Beberapa juga sangat tipis.
Apakah mereka hidup? Mungkin dia harus menyebut mereka cacing bercahaya. Namun, tidak jelas apakah mereka itu benar-benar cacing.
Apapun masalahnya, berkat cacing-cacing cahaya tersebut, dia bisa mendapatkan pemahaman yang cukup baik tentang seperti apa tempat ini, bahkan jika dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Tempat itu mungkin adalah taman bawah tanah yang ada di depan Ahsvasin. Ada barisan yang tampak seperti patung, dan bisa dia lalui diantara mereka. Patung-patung itu berbentuk goblin. Pada dasarnya, itu adalah patung gob. Mereka tidak seukuran aslinya. Ukurannya pasti dua kali lipat, tidak, tiga kali lipat dari ketinggian mereka yang sebenarnya. Tapi patung-patung itu lebih dari sekedar hiasan. Mereka bisa dinaiki, dan setiap patung ada goblin bersenjata di atasnya. Beberapa berdiri, beberapa tidak, semuanya sedang berjaga-jaga akan adanya penyusup. Satu berada di kaki patung gob yang sedang bersila, dan yang lain duduk di bahu patung yang sama dengan satu lutut di atas. Umumnya, selalu ada setidaknya satu atau dua gob bersenjata per patung gob, dan kadang-kadang ada lima. Tidak ada banyak patung seperti cacing bercahaya yang tak terhitung jumlahnya, tapi jumlahnya tidak hanya beberapa selusin. Jumlahnya lebih dari itu.
Kiichi masih belum melangkah ke taman bawah tanah itu. Haruhiro juga jelas tidak melakukan itu.
Dia tidak akan mengatakan bahwa keamanannya ketat, tetapi dia masih tidak yakin dia bisa melewatinya.
Jarak dari satu patung gob ke patung gob lainnya bervariasi. Kadang satu meter, kadang sampai tiga meter. Dia juga melihat gob berjalan-jalan di antara patung-patung itu di sana-sini.
Jika ada pertempuran yang terjadi, atau hal lain yang menarik perhatian para gob, dia mungkin bisa melakukan sesuatu. Namun, bahkan jika beberapa sedang bersantai, para gob bersenjata ini masih tetap waspada.
Dia harus menyimpulkan kalau itu akan sulit. Setidaknya untuk saat ini. Jika dia meluangkan waktu, mungkin dia bisa menemukan celah yang bisa dia gunakan.
Dia tidak merasa percaya diri. Sebenarnya, yang terbaik adalah menyimpulkan kalau itu mustahil.
Tak peduli seberapa hati-hatinya dia untuk melanjutkan perjalanan, para gob bersenjata itu pasti akan tetap menemukannya. Jika saja salah satu dari mereka menyadari dia, lusinan gob akan langsung menyerang, lalu mengepungnya. Dari apa yang bisa dia lihat, sejumlah besar mereka membawa busur. Dia juga harus memperhitungkan itu.
“...Aku tidak punya pilihan selain melakukan ini,” kata Haruhiro dengan suara paling pelan yang dia bisa, lalu berjongkok dan menepuk kepala Kiichi.
Kiichi menatap Haruhiro.
"Aku mengandalkanmu. Kembali lah ke yang lain.”
Kiichi mengeluarkan meong samar sebagai jawaban.
Haruhiro mengangguk tiga kali. Semuanya sudah disiapkan. Dia menarik nafas, lalu dia hembuskan, dan meregangkan tubuhnya. Dia menarik belati dari sarungnya. Itu bukan miliknya. Pisau itu berwarna merah. Hi'irogane. Itu adalah pisau Viceroy Bogg. Setelah mengangguk sekali lagi, dia
mengembalikan pisau hi'irogane itu ke sarungnya.
"Aku akan maju."
Haruhiro melangkah maju ke taman di depan sana.
Alih-alih menghapus kehadirannya, dia memperluas kesadarannya sejauh yang dia bisa hingga batas maksimalnya.
Dia merasa seperti dia tidak ada di sini, tetapi melihat dirinya dari tempat lain. Hampir seperti dia adalah orang lain.
Yang pertama kali melihat Haruhiro adalah gob yang duduk di bahu kiri patung gob terdekat.
Gob bersenjata itu sepertinya langsung mengenali ada sesuatu di sana, dan itu bukan lah salah satu dari rasnya. Gob itu mulai berdiri, memutar lehernya, dan mengeluarkan suara "Wohw." Kemudian, tampak memikirkan sesuatu seperti, Oh, ayolah, apakah itu manusia? lalu berteriak, "Fauh!" dan menyiapkan panahnya.
Itu membuat banyak rangkaian peristiwa terjadi pada saat itu. Ada keriuhan hebat dari para goblin bersenjata di semua patung gob. Gob bersenjata pertama melepaskan baut dari panahnya. Selama Haruhiro tahu kalau ada tembakan yang akan datang, dia tidak perlu terlalu takut akan busur silang. Dia memutar tubuhnya keluar dari jalur tembakan itu, tapi tidak melarikan diri. Masih belum. Dia harus menunggu dengan sabar.
Gob bersenjata pertama melompat turun dari tempat bertenggernya.
Pada saat yang sama, sedikit lebih jauh dari sini, gob lain menembakkan panahnya dari atas patung lain. Haruhiro juga melihat itu akan datang, jadi dia menghindarinya dengan sedikit tenaga.
Gob pertama menyentuh tanah. Tepat sebelum itu, Haruhiro bergegas ke antara patung-patung itu.
Empat, tidak, lima gob bersenjata menghalangi jalannya. Beberapa memegang busur di tangannya, sementara yang lain mengarahkan tombak mereka ke arahnya. Namun, mereka tampak bingung.
Haruhiro melaju ke arah mereka. Hanya satu dari mereka yang menusukkan tombak ke arahnya. Haruhiro melangkah maju, dan meraih batangnya lalu dia coba tarik. Gob bersenjata mengeraskan pegangannya, dan berusaha agar dia tidak kehilangan senjatanya. Haruhiro melepaskannya dengan enteng, lalu terus maju ke arah mereka. Dia menerobos dalam sekejap, dan terus melaju.
Haruhiro menendang satu atau dua dari mereka agar membuat mereka terkapar ke tanah saat dia lewat. Kemudian lari lagi sebelum gob bersenjata lain bisa menyerang.
Dia ingin menggunakan patung gob untuk menjaga gob bersenjata mengelilinginya. Tapi dia tidak punya waktu untuk berpikir dan bergerak sekarang. Ke mana pun dia pergi, dan berbelok, selalu ada gob bersenjata di sana. Beberapa dari mereka yang pintar tetap tinggal di patung gob, dan membidik Haruhiro dengan busurnya.
Berapa kali tombak atau baut telah menyerempetnya? Dia tidak lagi mampu untuk menghitung itu.
Bahkan jika ada saat ketika dia berpikir, Itu berbahaya, secara misterius dia mendapati dirinya tidak takut. Jika dia membiarkan semuanya menyebabkan dia takut dan tegang, atau melakukan sesuatu yang bodoh, itu hanya akan membuatnya terluka parah, tertusuk, atau tertembak mati.
Dan juga, dia harus mengakui bahwa dia terkesan pada dirinya karena masih hidup.
Dia sudah lama lupa ada di mana dia sekarang. Saat ini, selalu ada setidaknya satu gob bersenjata dalam radius setengah meter dari Haruhiro. Luka tombak di paha kiri dan lengan kanan atasnya tidak dangkal. Itu sangat sakit.
Sebelum dia sempat berpikir, aku kacau, Haruhiro telah mengunuskan pisau hi'irogane.
“Mod Bogg! Hi'irogane!” teriaknya sambil mengangkat pisau itu tinggi-tinggi.
Dia bermaksud untuk menghindari tombak yang ditusukkan oleh salah satu gob bersenjata padanya, tetapi merasakan benturan yang kuat di bahunya. Itu tidak menusuknya, tapi tombak itu telah sedikit menyerempet bagian atas bahu kanannya.
“Hi'irogane!”
Haruhiro mengangkat suaranya sambil menggenggam tombak dengan kedua tangannya dan mendorongnya kembali dengan paksa. Para gob berhasil menahan tombak mereka, tetapi dipaksa untuk berlutut ketika melakukan itu.
“Mod Bogg! Hi'irogane!”
Haruhiro menendang gob itu di dagunya, dan mengayunkan pisaunya.
Para gob bersenjata berteriak. Mereka tidak menyerang. Mereka mundur satu, dua langkah jauhnya.
“Hi'irogane! Mod Bogg! Hi'irogane!”
"Hi'irogane, hi'irogane," kata semua gob bersenjata itu. Tidak sedikit dari mereka yang melihat sekeliling untuk mencari sesuatu. Mereka jelas-jelas tampak bingung. Apa yang harus mereka lakukan? Mereka tidak bisa memutuskan itu sendiri. Mereka membutuhkan seseorang untuk memutuskan itu. Mungkin itu lah maksud dari reaksi mereka.
Kiichi mungkin berada sepuluh meter jauhnya di atas salah satu patung gob, dan tentu saja sedang melihat ke arah Haruhiro.
Mata mereka bertemu.
—Atau setidaknya dia merasa seperti itu.
Kiichi tiba-tiba tampak terkejut karena sesuatu, dan membuang muka. Kemana arah pandangannya pindah? Mungkin ke puncak salah satu patung di dekat Haruhiro. Lalu sesuatu terjadi tepat setelah itu.
Sesuatu terbang ke arahnya. Dia tahu itu.
Aku akan menghindarinya, pikirnya ketika sesuatu menghantam lehernya. Atau lebih tepatnya, sesuatu seperti tali melilit lehernya.
Sialan!
Apa aku akan mati?
“Gweh!”
Itu membuat lehernya tercekik. Lalu tiba-tiba ada sentakan, dan itu menariknya ke atas. Haruhiro berusaha melepaskan dirinya dari itu. Dia menggunakan tangan kirinya untuk meraba sesuatu yang ada di lehernya. Itu keras. Logam? Seperti ikat leher. Dia memaksakan matanya melihat ke bawah, dan melihat kalau itu warnanya merah. Logam merah. Hi'irogane? Dia melihat ke atas. Itu dia, di atas patung di sebelahnya. Seorang goblin. Gob itu mempunyai bekas luka besar di wajahnya. Dan Kiichi melihat ke arahnya. Yang itu, ya? Goblin itu memakai peralatan merah yang mungkin terbuat dari hi'irogane. Tali atau rantai yang memanjang itu melilit leher Haruhiro. Haruhiro diikat pada benda yang mencekiknya.
“Sungya!”
Goblin yang terluka itu menarik tali, rantai, atau apa pun itu. Haruhiro hampir kehilangan kesadaran. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya lah berusaha agar dia tidak menjatuhkan pisau Bogg.
Kiichi sudah pergi sekarang.
Tali itu tiba-tiba mengendur, dan Haruhiro jatuh berlutut.
Kemudian goblin itu menariknya lagi.
“Ough...”
Aku mungkin telah mengacaukannya.
Maaf, semuanya...
Komentar
Posting Komentar