Bab 13: Tak Ada Yang Sendiri

Kiyoe (ピーター) on Twitter: "Hai to Gensou no Grimgar Volume 15 illust.  https://t.co/sN7sls1ohT" / Twitter

Barbara berdiri sekitar sepuluh meter di depan Haruhiro. Mereka berada di hutan, tetapi tidak ada pohon yang menghalangi garis pandang di antara mereka. Tanahnya juga sebagian besar datar. Barbara terlihat seperti sedang tersenyum tipis, tapi dia nyaris tanpa ekspresi.

 

Biasanya ada tanda-tanda sebelum seseorang atau hewan bergerak. Ketegangan pada otot, tendon, dan bahkan kulit, fenomena yang memberitahumu bahwa mereka akan mengambil tindakan.

 

Dia tidak bisa merasakan semua itu dari Barbara.

 

Dia mengenakan pakaian yang sangat terbuka, dan fisik serta wajah yang sangat seksi, jadi Barbara itu sangat menonjol. Meskipun begitu, untuk beberapa alasan, dia memiliki sedikit kehadiran.

 

Dia hanya berdiri di sana. Seperti tanaman berbentuk Barbara. Sulit untuk membayangkan kalau dia bahkan masih hidup.

 

Haruhiro berkedip. Itu tidak disengaja.

 

Pada saat itu, ada suara di sebelah kanannya.

 

Haruhiro teralihkan oleh suara itu, dan sementara dia teralihkan, Barbara menghilang.

 

Seseorang telah menghilang dalam sekejap. Apakah itu mungkin?

 

Ya, itu mungkin. Haruhiro tahu triknya.

 

Matanya terpejam hanya sesaat ketika dia berkedip. Tidak mungkin untuk bersembunyi pada waktu itu, tetapi itu mungkin ketika Barbara melempar sesuatu untuk membuat kebisingan. Secara alami, jika ada suara, dia akan secara refleks akan fokus pada suara tersebut. Pada saat itu, Barbara telah mendapatkan waktu yang dia butuhkan untuk menghilang.

 

Denyut nadinya meningkat, dan darah mengalir ke kepalanya.

 

Sialan. Dia menipuku.

 

Mau tak mau dia panik, tetapi jika dia kehilangan ketenangannya, dia hanya akan melakukan apa yang Barbara ingin dia lakukan.

 

Dia menarik napas. Meluruskan lutut yang telah dia tekuk di beberapa titik. Melonggarkan bahu dan lengannya yang tegang.

 

Dia telah menerima kenyataan ini. Barbara memiliki kemampuan satu atau dua tingkat di atasnya, jadi itu sudah bisa diduga.

 

Di mana dia bersembunyi sekarang? Penting untuk memprediksi itu.Tapi dia tidak bisa membiarkan prediksinya menyesatkannya.

 

Haruhiro menjaga matanya tetap fokus pada satu titik, dan memindai area luas di sekitarnya.

 

Dia menajamkan pendengarannya. Apakah ada suara lain yang tersembunyi dengan baik di antara

gemerisik dedaunan, suara serangga, kicauan burung? Nafasnya sendiri menjadi penghalang. Ia berusaha mengatur napasnya selembut mungkin.

 

Dia mencoba memejamkan matanya.

 

Waktu berlalu tanpa menghasilkan apa pun.

 

Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Haruhiro secara bertahap telah merasakan area hutan di sekitarnya.

 

Dia membuka matanya.

 

Dia bahkan bisa merasakan tempat-tempat yang tidak bisa dia lihat sekarang.

 

Sesuatu terasa di depan kirinya.

 

Ada pohon chinquapin, atau sesuatu seperti itu sekitar tujuh meter dari Haruhiro.

 

Ah, pikirnya. Itu pasti disana, dia segera yakin. Karena merasa perlu untuk memastikannya sendiri, dia melangkah maju ke sana.

 

Haruhiro berjalan.

 

Dia berjalan ke sisi lain pohon.

 

Dia tidak ada di sana.

 

Dia telah menduga akan kemungkinan seperti ini. Akan mudah bagi Barbara untuk bertindak berlawanan dengan asumsi Haruhiro.

 

Barbara bisa saja meninggalkan kehadirannya di sini entah bagaimana caranya, lalu diam-diam pindah ke tempat lain.

 

Dimana dia sekarang?

 

Sangat dekat.

 

Haruhiro mencoba berbalik.

 

Tidak. Dia tidak ada di belakangnya. Dia melompat mundur, dan sesuatu jatuh dari pohon. Barbara ada di atasnya, bukan di belakangnya.

 

"Kena kau!"

 

Saat Barbara mendarat, dia menarik belati dan mendatanginya. Haruhiro mengeluarkan belatinya sendiri, tapi Barbara dengan mulus menghindari upayanya untuk menangkisnya. Haruhiro segera melakukan serangan balik, tetapi apakah itu kehendaknya, atau dia dipaksa melakukannya? Tidak peduli dari sudut mana dia menyerang, Barbara berhasil mengatasinya. Dia sama sekali tidak bisa menyentuhnya.

 

Apa ini?

Saat dia merasa dia tidak punya cara untuk menyerangnya, peran mereka sebagai penyerang dan bertahan berubah saat Barbara menyerang. Lengkungan belatinya bengkok, membuatnya sulit untuk dilihat, dan Barbara sering menutup atau membuka celah di antara mereka, mencoba menyapu kakinya, atau menggunakan tangan yang tidak memegangi belati untuk mendorong lengannya. Itu sangat sulit untuk dihadapi.

 

Meskipun dia mengalami kesulitan, dia mencoba apa pun yang bisa dia lakukan satu demi satu. Namun, Barbara tampaknya bisa melihat semua itu. Dia membaca setiap gerakannya. Bahkan Barbara mungkin juga bisa mendengar detak jantungnya.

 

Tidak banyak yang bisa dia lakukan, dan Haruhiro merasa itu lucu.

 

Napas Haruhiro bertambah cepat, gerakannya menjadi tumpul, dan akhirnya tangan kanannya yang memegang belati dikunci oleh Barbara. Dia segera terlempar, lalu langsung ditekan ke tanah.

 

"Menyerah?" tanya Barbara.

 

"...Aku menyerah. Itu menyakitkan."

 

"Sebenarnya itu terasa enak, kan?"

 

“Tidak, aku hanya merasakan sakit…”

 

“Bahkan tanpa ingatanmu, kau masih sama seperti dulu, ya?”

 

Barbara melepaskan Haruhiro, tapi tidak berdiri. Dia duduk di tanah dengan satu lutut terangkat.

 

Haruhiro duduk dan menyilangkan kakinya.

 

“Bagaimana dengan keadaan kemampuanku?”

 

“Instingmu kembali lagi, ya? Sepertinya tubuhmu mengingatku.”

 

Haruhiro memasang senyum tegang. Dia merasa terganggu dengan cara dia mengucapkannya, tetapi teknik thief yang telah ditanamkan Barbara padanya pasti masih ada. Mereka tidak menghilang.

 

Hari besok fajar, Pasukan Ekspedisi akan meluncurkan operasi untuk merebut kembali Altana.

 

Ada beberapa lubang yang menghubungkan Altana ke luar. Lubang-lubang itu juga saling berhubungan di beberapa tempat.

 

Sudah ada lebih dari 80 tentara, termasuk 54 di regu bunuh diri, bersembunyi di bawah guild dark knight di Distrik Barat, guild warrior di distrik selatan, dan Kuil Lumiaris di distrik utara.

 

Ada empat puluh delapan sukarelawan regu bunuh diri pada hari kedua, dan ketika sang jenderal mulai mencari seseorang untuk dieksekusi karena melanggar protokol militer, ada enam orang yang dengan cepat mengangkat tangan mereka. Ada lebih banyak sukarelawan daripada yang dibutuhkan, tetapi sang jenderal berkata, “Jika kau sangat ingin mati, aku akan membiarkannya,” lalu menambahkan keenamnya ke dalam regu dengan total 54.

 

Untuk memberikan gambaran kasar dari rencana tersebut, Pasukan Ekspedisi utama yang dipimpin

oleh Jenderal Mogis akan menyerang gerbang selatan Altana.

 

Ketika para goblin mulai bertahan, regu bunuh diri yang beranggotakan 54 orang akan beraksi. Misi mereka adalah untuk membuka gerbang selatan Altana dari dalam. Bahkan jika mereka tidak bisa membukanya, fakta bahwa ada manusia di dalam Altana yang mencoba membuka gerbang itu sangat berarti bagi rencana mereka.

 

Jika para goblin diserang baik dari luar maupun dari dalam, mereka pasti akan panik.

 

Memanfaatkan kebingungan itu, sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang dipercayai sang jenderal, bersama dengan Anthony Justeen dan bawahannya, serta Kelompok Haruhiro, akan menyerbu Menara Tenboro, dan menjatuhkan Viceroy Bogg.

 

Kelompok itu telah diberi pekerjaan yang sangat penting.

 

Kuzaku bisa bertarung seperti biasa. Setora juga bisa bertarung jika memiliki senjata. Ditambah lagi, dia punya Kiichi. Shihoru telah belajar menggunakan Sihir Dark. Merry, tak perlu dikatakan, tidak akan memiliki masalah.

 

Apakah Haruhiro akan baik-baik saja pada akhirnya? Dia tidak merasa percaya diri dengan kemampuannya, tetapi Barbara telah mengembalikan skill nya saat melatihnya kembali.

 

“...Oke, jadi, kurasa kita bisa bilang kalau aku lulus?” Haruhiro bertanya pada gurunya.

 

“Kucing Tua.”

 

"Ya?"

 

Barbara melingkarkan lengannya di kepala Haruhiro dan mengacak-ngacak rambutnya.

 

"A-Apa yang kau lakukan?"

 

“Kau benar-benar tumbuh saat aku tidak melihatmu, ya?”

 

"...Ya, kah? Aku tidak ingat, jadi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti."

 

"Tapi kau menahan diri karena kau menghadapku, kan?"

 

“Itu bukan niatku. Aku yakin aku hanya tidak bisa mengerahkan semua yang kumiliki tadi..."

 

“Itu adalah pertandingan yang buruk. Kau tidak mencoba untuk membunuhku, kan? ”

 

"Hah? Tapi... Bukankah itu sudah jelas?”

 

"Ini bukan tentang apakah kau boleh melakukannya atau tidak," kata Barbara, lalu mengulurkan tangannya untuk mencoba meremas bola yang tergantung di antara kedua kakinya. Haruhiro menghentikannya di detik terakhir.

 

"Whoa, kau tidak perlu memegangnya, kan?!"

 

Barbara tersenyum, lalu memeluk kepala Haruhiro. Tentu saja dia terkejut, tetapi dia tidak bisa

menolaknya.

 

“Dengar, Kucing Tua. Yang penting adalah menetapkan tujuan yang tepat.”

 

Barbara menggosok-gosok seluruh tubuh Haruhiro, mencium keningnya, dan melakukan sesuatu yang intim lainnya.

 

“Ketika kau mencoba untuk merumuskan rencana tujuan itu. Jelas, banyak hal akan terjadi, jadi kau harus tetap fleksibel. Tetapi jika kau memiliki tujuan yang salah untuk memulai, strategi apa pun tidak akan ada artinya. Jika kau menghadapiku bahkan dalam latihan, kau harus bertujuan untuk membunuhku bahkan jika kau tidak melakukannya pada akhirnya. Apakah kau mengerti?"

 

“...Ya, Sensei.”

 

Haruhiro merasa sangat malu, dan dia ingin melarikan diri, tapi untuk beberapa alasan dia tidak mendorong Barbara menjauh darinya. Dia tidak bisa menentangnya. Apakah itu sesuatu yang telah dipelajari tubuhnya?

https://www.baka-tsuki.org/project/images/5/55/Grimgar_Vol_15_%288%29.jpg

 

“Kau hanya berlari lurus ke depan tanpa tahu kemana kau akan pergi. Tidak ada cara untuk menang seperti itu. Faktanya, aku berani bertaruh kalau kau tidak pernah merasa kau perlu menang. Kau kalah karena kau memang bermaksud melakukannya.”

 

Mungkin itu benar. Meskipun posisi ini memalukan, dia sebenarnya merasa nyaman.

 

“Kucing Tua. Intinya adalah ini; Kau memiliki perspektif yang luas, dan kau tidak mudah takut. Namun, pemikiran kau hanya rata-rata. Kau tidak melebih-lebihkan diri sendiri, dan kau memiliki sifat keras kepala untuk menyelesaikan hal-hal sedikit demi sedikit. Bagian dari dirimu itu tidak akan berubah, bahkan jika kau tidak mengingatnya. Kau bukan tipe orang yang bisa melakukan sesuatu jika dia mencoba. Kau adalah tipe orang yang mencoba sampai dia bisa melakukan sesuatu. Itu sebabnya, saat ini, ada baiknya ada hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan. Karena suatu hari nanti kamu akan bisa melakukannya.”

 

Haruhiro hanya bisa berpikir, Sebelum aku kehilangan ingatanku, aku adalah pria yang cukup beruntung.

 

Haruhiro, yang menurut Barbara sepertinya tidak akan berumur panjang saat pertama kali bertemu dengannya, bisa bertahan hidup hingga hari ini.

 

Haruhiro pasti telah melakukan yang terbaik dengan caranya sendiri. Atau setidaknya, dia sudah mencoba. Tapi lebih dari segalanya, itu pasti berkat rekan-rekan, dan gurunya. Jika mereka tidak ada di sana, Haruhiro pasti sudah lama mati, ya kan?

 

Dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tetapi pandangannya tidak terlalu cerah.

 

Barbara kembali ke Altana dengan si penjaganya, Neal.

                                                                                                                         

Haruhiro dan regu penyerang Menara Tenboro akan berangkat saat matahari terbenam. Dia seharusnya tidur siang dan bangun di sore hari.

 

Haruhiro berbaring di dalam tenda, tapi dia tidak bisa tidur. Kuzaku sedang mendengkur di sebelahnya. Meskipun dia mengatakan, “Tidak mungkin aku bisa tidur, " dia tidur dalam sekejap. Haruhiro sangat iri dengan bagian Kuzaku yang itu.

 

Dia tahu akan menjadi seperti ini. Kalau dia tidak mungkin bisa tidur. Haruhiro menyerah untuk melakukan itu dan meninggalkan tenda.

 

Merry dan Shihoru duduk bersebelahan.

 

Mereka berdua menatap Haruhiro.

 

“Haru.”

 

“... Haruhiro-kun.”

 

Tidak, mereka tidak bersebelahan. Ada sekitar jarak satu meter diantara mereka.

 

Mereka tidak saling berhadapan, tetapi mereka juga tidak sejajar. Mereka berada di sedikit sudut, tetapi tidak di tempat dimana mata mereka bisa bertemu, dan sepertinya mereka juga tidak sedang berbicara.

"Ya ..." Haruhiro mengangguk samar.

 

Dia tidak tahu harus berbuat apa.

 

Jarak di antara mereka terasa canggung. Akan aneh untuk duduk diantara mereka. Bukan tidak mungkin, tapi itu akan terasa terlalu dekat. Ya, itu bukanlah pilihan, pikir Haruhiro.

 

Dia tersiksa sejenak, lalu duduk sehingga Merry, Shihoru, dan dia membentuk segitiga sama sisi.

 

Dia langsung menyesalinya.

 

Jika dia melakukan itu, dia terus-menerus membuat mereka berdua menatapnya.

 

Itu terasa canggung, tetapi akan aneh untuk pindah sekarang, jadi dia hanya harus terbiasa dengan situasi ini.

 

“Um… Dimana Setora?” dia mencoba menanyakan itu, lalu menyesalinya lagi.

 

"Tidur dengan Kiichi," jawab Merry.

 

"...Oh ya?" kata Haruhiro, lalu menambahkan, "Tentu saja dia melakukan itu," dan mengusap batang hidung di antara kedua matanya.

 

Dia seharusnya memilih topik yang bisa membangun percakapan bergulir.

 

“Itu…” Shihoru membuka mulutnya.

 

"Hah?" kata Haruhiro.

 

Shihoru menundukkan kepalanya.

 

“...Itu besok, ya? Misi kita…”

 

“Ohh, eh. Ya,” jawab Haruhiro buru-buru. Shihoru telah berusaha keras untuk memberinya celah, jadi dia ingin memanfaatkan itu sebaik-baiknya. “...Yah, kita hanya mengikuti arus. Tapi aku harus bertanya-tanya apakah... Entahlah, apakah tidak ada cara untuk aku melakukan sesuatu yang tidak terlalu membahayakan semua orang...?”

 

"Kurasa itu bukan salahmu, Haru," kata Merry.

 

“Y-Ya!” Shihoru dengan penuh semangat setuju. “...Aku juga tidak berpikir begitu. Kamu benar-benar... telah berusaha keras, untuk kita semua..."

 

Dia merasa kalau Shihoru mencoba untuk menghindarinya, tapi mungkin itu hanyalah imajinasinya.

 

Haruhiro merasa lega.

 

“...Saat kamu bilang aku melakukannya untuk semua orang, itu membuatku terdengar seperti orang yang hebat, tapi apa yang kulakukan itu tidak terlalu mengesankan..."

 

Merry tersenyum.

“Kamu selalu seperti itu, Haru.”

 

Shihoru melirik ke arah Merry dari samping, lalu langsung menunduk.

 

Merry menatap Shihoru, menunduk, dan menggigit bibirnya, tapi hanya sedikit.

 

Setelah itu, keduanya terdiam.

 

Huh? Huh? Huh?

 

Mengapa mereka tiba-tiba diam?

 

Haruhiro tidak tahu.

 

Hal semacam ini mengganggunya, jadi dia ingin membuat situasinya menjadi lebih baik. Jika ada masalah yang harus diperbaiki, dia ingin memperbaikinya. Dia ingin membicarakannya, tapi tidak yakin apakah bagus untuk melakukan itu. Keheningan berlanjut tanpa dia bisa berbuat apa-apa.

 

Pada akhirnya, Haruhiro berhasil membuka mulutnya.

 

"A-Ayo kita lakukan yang terbaik."

 

Ketika dia mengatakan itu, mereka berdua menelan ludah, lalu menatapnya. Mereka berdua mengharapkan sesuatu. Begitulah yang dikatakan oleh raut wajah mereka.

 

Tapi aku tidak punya apa-apa, ok?

 

Mereka bisa mengharapkan apa pun yang mereka inginkan, tetapi tidak ada satu pun dari itu yang akan terjadi.

 

"Besok, mohon ... kerja samanya ..."

 

Hanya menambahkan kalimat itulah yang bisa dia lakukan.

 

"Ya," Merry mengangguk. "Tentu saja."

 

Shihoru tersenyum kecil. Atau setidaknya dia mencoba.

 

"...Oke."

 

Sebelum matahari terbenam, Kuzaku, Setora, dan Kiichi keluar dari tenda.

 

“Whew, aku tahu aku tadi bilang aku tidak bisa tidur, tapi aku tertidur lelap di sana, ya?”

 

"Aku hanya mengistirahatkan mataku."

 

“Nyaa.”

 

“Setora-san, apakah ada alasan mengapa kamu harus bersikap tangguh seperti itu?"

 

“Aku tidak bersikap tangguh. Aku hanya menyatakan fakta.”

“Kamu bisa seperti ini kadang-kadang, ya, Setora-san?”

 

“Seperti apa?”

 

Tim penyerang Menara Tenboro beranggotakan Dylan Stone, rekan dekat Jenderal Mogis, sebagai komandan mereka, dan Anthony Justeen sebagai komandan kedua mereka. Bersama dengan lima prajurit dari Resimen Prajurit Perbatasan yang merupakan bawahan Anthony, delapan prajurit dari Pasukan Ekspedisi, dan lima kelompok Haruhiro, ditambah Kiichi, mereka memiliki total dua puluh orang dan satu nyaa.

 

Komandan Dylan berusia empat puluhan dengan hidung besar dan jenggot lebat. Seperti yang kau bisa lihat dari jubah bulu hitam yang dia kenakan — sama seperti milik sang jenderal — dia juga berasal dari Black Hound.

 

Dia selalu menyebut orang dan sesuatu yang lainnya dengan panggilan “sampah”. Dia juga sering mengatakan kepada mereka "matilah".

 

Kebetulan, semua prajurit dari Pasukan Ekspedisi juga mengenakan jubah bulu hitam. Jenderal telah mengisi tim penyerang Menara Tenboro dengan orang-orang yang dia percayai. Tampaknya aman untuk berasumsi seperti itu dilihat dari pemilihan ini.

 

Tim penyerang berangkat segera setelah matahari terbenam, memasuki Altana melalui terowongan rahasia di tengah malam, dan bergabung dengan Neal si scout di guild dark knight. Barbara-sensei, yang dia amati selama ini, seharusnya sedang mengintai Menara Tenboro sekarang.

 

Guild dark knight juga merupakan tempat dua puluh anggota regu bunuh diri berada. Ketika tubuh utama Pasukan Ekspedisi yang dipimpin oleh Jenderal Mogis menyerang, regu bunuh diri harus segera menyerang menuju gerbang selatan Altana dari dalam.

 

Komandan Dylan dari tim penyerbu menawarkan beberapa kata penyemangat kepada regu bunuh diri.

 

“Jika kau merasa kalau kau akan mati, maka sekarat bukanlah masalah besar. Jika kau selamat, kau beruntung. Kita hanya mati sekali, dan semua orang pada akhirnya harus mati. Jadi matilah, dasar sampah.”

 

Komandan Dylan tahu setiap anggota regu bunuh diri, jadi dengan caranya sendiri, dia mungkin mencoba memotivasi mereka. Sulit membayangkan salah satu dari mereka merasa terdorong oleh kata-katanya. Yang ada, mereka tampak memiliki lebih sedikit kehidupan daripada sebelumnya.

 

Komandan Dylan adalah orang yang tidak banyak bicara, tetapi ketika dia berbicara, itu selalu menurunkan motivasi orang-orang di sekitarnya. Bahkan ketika dia tidak melakukannya, dia memiliki aura disekitarnya yang entah kenapa membuat mereka kelelahan dengan sendirinya, jadi tidak ada yang ingin terlalu dekat dengannya.

 

Haruhiro dan Neal pergi ke atas tanah untuk memeriksa situasi. Ketika tubuh utama Pasukan Ekspedisi menyerang gerbang selatan, mereka harus memberi tahu regu bunuh diri. Keadaanya sunyi, tanpa siapa pun, atau lebih tepatnya, tidak ada goblin yang terlihat di Altana sebelum fajar. Mereka berdua meninggalkan Distrik Barat, lalu memanjat tembok ke atap yang dulunya adalah rumah penginapan tentara sukarelawan. Rupanya Haruhiro pernah tinggal di rumah penginapan itu, tapi dia tidak mengingatnya sama sekali.

“Ini bencana,” bisik Neal pada Haruhiro sambil tertawa pelan. “Bajingan Dylan itu adalah penuai itu sendiri. Banyak orang terbunuh di pasukan mana pun yang dipimpinnya. Dialah satu-satunya orang yang dijamin selamat.”

 

"Apakah kamu tidak akan menjadi bagian dari serangan itu juga?"

 

"Hah! Aku seorang scout. Aku harus melihat eksploitasimu dari jauh, lalu melaporkannya ke sang jenderal. ”

 

“Oh, benarkah…?”

 

“Biarkan aku memberitahumu sesuatu. Dylan Stone adalah monster tidak manusiawi yang pandai menggunakan orang lain sebagai tamengnya. Dia tidak peduli jika kalian semua selamat atau tidak. Jenderal menyukai pria seperti dia.”

 

“Sepertinya sang jenderal juga memercayaimu.”

 

“Percaya padaku?”

 

Neal mencoba merangkul bahu Haruhiro dengan ramah.

 

Ketika Haruhiro menghindar, Neal memasang ekspresi cemberut yang berlebihan.

 

“Jenderal tidak mempercayai siapa pun. Dia hanya ingin melihat siapa yang mau mengibaskan ekor mereka dan melakukan apa yang dia katakan. Aku tidak akan mengkhianati jenderal. Aku akan mengikuti perintahnya. Karena itu menguntungkanku.”

 

Jadi pada dasarnya, jika itu tidak menguntungkan Neal, dia tidak akan mengikuti perintahnya, dan juga tidak akan ragu untuk mengkhianatinya.

 

Pemimpinnya saja buruk, begitu pula para pengikutnya. Tetapi kelompok Haruhiro harus mempertaruhkan hidup mereka dalam misi besar dengan orang-orang ini. Lebih buruk lagi, mereka telah diintegrasikan ke dalam kelompok yang lebih besar. Mereka semua berada di perahu yang sama sekarang. Dia membencinya, tetapi dia tidak punya pilihan lain.

 

Masih butuh beberapa saat sebelum matahari terbit, tetapi langit di timur mulai cerah.

 

"Itu akan terjadi beberapa saat lagi," kata Neal sambil mengendus. “Ini adalah hari ketika kita bertemu takdir kita."

 

Itu adalah ekspresi yang mencolok, tapi mungkin tidak berlebihan.

 

Mereka mendengar teriakan kacau dari selatan. Klang, klang, klang, suara gong mengikuti.

 

"Pergilah." Neal menampar punggung Haruhiro. "Dan jangan kau berani-berani untuk mati."

 

Haruhiro tidak mengharapkan dia mengatakan itu. Jadi dia sedikit terkejut, tetapi ketika dia melihat ke arahnya, Neal menyeringai. Tak satu pun dari bawahan Jenderal Mogis adalah orang yang baik.

 

“Kau juga, Neal,” kata Haruhiro, meskipun dia tidak bermaksud demikian, lalu bergegas turun dari atap rumah penginapan.

Dia melompat ke sebuah gang dan berlari. Suara itu tidak seperti sebelumnya, ketika Haruhiro dan kelompoknya diusir setelah mendekati Altana. Ada gong dan lonceng berbunyi di mana-mana, dan para goblin berteriak dengan liar. Para goblin yang telah tidur di dalam bangunan pasti melompat dari kamarnya untuk bergegas keluar. Bukan itu, jalanan sudah penuh dengan mereka.

 

Haruhiro hampir menabrak goblin beberapa kali, tapi mungkin karena dia memiliki peta Barbara yang disimpan dalam ingatannya, dia berhasil menggunakan jalan belakang untuk mencapai guild dark knight. Ketika dia mendengar laporan Haruhiro, Komandan Dylan memerintahkan semua orang naik ke rumah hancur yang merupakan bagian atas tanah dari guild itu. Di dalam rumah, ada koridor-koridor sempit dan juga beberapa ruangan, tapi semuanya kecil.

 

“Oke, ini hari yang bagus untuk mati. Jadi matilah, dasar sampah.”

 

Komandan Dylan mengusir regu bunuh diri dari bangunan, lalu memasuki ruangan yang paling banyak dapat menampung lima orang, dan duduk di kursi buruk dan sesuatu yang tampak seperti tumpuan kaki.

 

"...Bagaimana dengan kita?" Haruhiro bertanya dari luar ruangan kecil itu.

 

"Bersiap-siaplah," perintah Komandan Dylan, menyilangkan tangan dan memejamkan mata.

 

Haruhiro mengumpulkan rekan-rekannya di ruangan lain, dekat pintu keluar rumah yang hancur, di sebelah ruangan tempat Anthony dan anak buahnya berada. Tapi ruangan ini juga sempit.

 

“Ahh...” Saat Kuzaku meregangkan tangannya, dia hampir menyentuh Setora.

 

"Oi," Setora memelototinya. Kiichi juga mendesiskan peringatan.

 

Kuzaku terkekeh dan berkata, “Maaf. Aku merasa tegang,” lalu menguap.

 

“...Ada apa dengan orang ini?” Setora bertanya dengan putus asa.

 

“Sepertinya saat dia tegang, dia mulai mengantuk, atau menguap,” Merry mencoba menjelaskan.

 

“Ya, itu dia!” kata Kuzaku dengan bertingkah agak sombong. “Pastilah itu alasannya.”

 

Shihoru mendongak, menarik napas panjang berulang kali.

 

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Haruhiro.

 

Shihoru menoleh ke Haruhiro dan memberinya sedikit senyuman malu.

 

"... Karena semua orang ada di sini."

 

"Ya," hanya itu yang bisa dia katakan. Itu membuat Haruhiro bertanya pada dirinya sendiri, Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu lebih dari itu?

 

Apakah aku terlalu sering menanggapi dengan "ya"? Bukankah “Ya, itu benar, " lebih baik? Kurasa mereka sama, ya? Ya, mereka sama.

 

Dia tidak seperti Kuzaku, tapi dia mungkin merasa tegang.

Tidak, tentu saja dia tegang. Jika dia berpikir dia tenang, itu hanyalah ilusi semata.

 

"Um... Merry," kata Shihoru.

 

Merry tampak terkejut, dan matanya melebar.

 

"...Hah?"

 

Keduanya saling berpandangan.

 

Saat itulah Haruhiro benar-benar merasa tegang. Atau lebih tepatnya, dia menyadari perasaan tegang yang aneh ini. Seperti dia berada di dalam tong bubuk mesiu?

 

Shihoru menundukkan kepalanya.

 

"...Silahkan*."

 

(Tolong/Silahkan/Coba. Gw gk tau harus milih yang mana dan juga gk terlalu ngerti apa yg shihoru maksud tuh, jadi silahkan kalian aja yang putusin.)

 

Merry sepertinya tidak tahu apa niatnya, dan tidak bisa mengatakan apa pun ketika mulutnya terbuka dan tertutup seperti akan mengatakan sesuatu.

 

Shihoru mengangkat kepalanya, lalu mencoba untuk memaksakan senyuman. Upaya itu terlihat, tapi dia masih berakhir dengan wajah yang tampak seperti akan menangis.

 

Merry tertawa terbahak-bahak, menutup mulutnya, tertawa terbahak-bahak lagi, lalu menunduk.

 

"...Maaf."

 

Shihoru menggelengkan kepalanya.

 

“...Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf...”

 

Tampaknya ada suasana damai antara Merry dan Shihoru, tapi apa yang sebenarnya terjadi di sini? Haruhiro melihat ke arah Setora, berharap dia akan menyelamatkannya.

 

Setora memeluk Kiichi, dan mengkomitmenkan dirinya sendiri untuk bertindak seolah-olah dia tidak tahu apa yang terjadi.

 

“Tepat!*” Kuzaku mengatakan itu kepada Haruhiro dengan senyum berseri-seri, dan mengacungkan jempolnya.

 

(Right On. Gw juga gk tau apa nih yang dimaksud Kuzaku, Jadi maafkan lah gw yg gk guna ini.)

 

Apa yang kau maksud "tepat"?

 

Jika tidak ada suara seperti seseorang yang mencoba membuka pintu rumah yang hancur saat itu, Haruhiro mungkin akan bertanya padanya tentang itu.

 

“Ada pergerakan di Menara Tenboro! Viceroy Bogg...!”

Itu suara Barbara. Haruhiro hendak bergegas keluar dari ruangan.

 

"Tunggu!" Merry menghentikannya. Dia menekankan jari-jarinya ke dahinya dan membuat tanda heksagram. “O Cahaya, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamu... Protection.”

 

Sebuah heksagram bersinar muncul di pergelangan tangan kiri kelompok itu.

 

Merry terus melantunkan doa lain.

 

"Assist."

 

Dua heksagram lagi dengan warna berbeda menyala di pergelangan tangan mereka.

 

Kuzaku bangkit dan tertawa. "Aku merasa sangat ringan."

 

Protection adalah mantra sihir cahaya yang meningkatkan kemampuan atletik mereka dan penyembuhan alami mereka, meskipun tidak secara besar-besaran. Sedangkan Assist meningkatkan semua resistensi mereka.

 

"Makasih," kata Haruhiro pada Merry.

 

Merry menggelengkan kepalanya.

 

“Jika efeknya habis, aku akan menyusunnya kembali. Aku akan melakukan yang terbaik untuk memperhatikan itu sebelum waktunya habis, tetapi jika heksagramnya menghilang, beri tahu aku. ”

 

Haruhiro mengangguk, lalu menatap rekan-rekannya.            

 

"Ayo pergi." 

Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Haruhiro (Hai to Gensou no Grimgar), Kuzaku (Hai To Gensou No Grimgar), Official Art, Character Request, Novel Illustration, Grimgar Of Fantasy And Ash

Komentar