Bab 14: Yang Selamat Dari Mereka Yang Percaya

Intinya, Mogado Gwagajin menunjukkan minatnya pada Hiyo, dengan kata lain, tawaran Jin Mogis.

 

Kita akan menyimpan tentang apa yang terjadi setelah itu untuk nanti. Intinya adalah, setelah serangkaian kejadian yang membutuhkan kehati-hatian penuh, Haruhiro dan yang lainnya bisa meninggalkan Damuro.

 

Kebetulan, Haruhiro mendapatkan kembali peralatannya, tapi pakainnya telah sobek dan penuh darah. Sialan. Tapi dia tidak bisa meminjam pakaian baru dari goblin, dan juga tidak bisa berjalan telanjang seenak jidat, jadi dia terpaksa memakainya.

 

Ketika mereka tiba di Altana sebelum matahari terbenam, sang jenderal mengadakan pesta perayaan. Atau setidaknya begitulah sebutannya, tapi yang mereka lakukan hanyalah berkumpul di ruang makan untuk makan malam, meskipun makanan mereka lebih baik daripada prajurit biasa, itu masih tidak layak disebut pesta sama sekali. Ada juga alkohol, tapi Haruhiro sedang tidak ingin menyentuhnya. Selain Hiyo yang terus-terusan mengoceh, dan sang jenderal yang dengan toleran memanjakannya, tidak ada percakapan berarti yang dilakukan saat itu.

 

Haruhiro dan partynya telah melakukan tugas mereka. Jadi mereka mungkin harus waspada akan kemungkinan di racuni. Tapi saat Haruhiro sampai pada pemikiran itu, makanannya sudah setengah habis. Bagaimana dia bisa seceroboh ini? Merasakan keterkejutannya, Setora berkata, "Gak papa kok."

 

Tidak seperti Haruhiro, yang membiarkan kelelahan dan segala sesuatu yang telah terjadi menumpulkan penilaiannya, Setora benar-benar waspada. Dia melihat Kiichi di kaki Setora memakan makanan yang sama dengan tuannya. Kiichi tidak lah bodoh sampai-sampai membiarkan dirinya diracuni.

 

Party Haruhiro masih bisa digunakan. Sepertinya begitulah gambaran sang jenderal menurut situasi yang sedang terjadi sekarang.

 

Kelihatannya sangat mungkin dia akan berhasil mendapatkan persetujuan atas aliansinya dengan para goblin.

 

Mereka akan mengembalikan senjata hi'irogane yang telah di ambil sebelumnya. Pekerjaan itu akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang.

 

Pada saat yang sama, sang jenderal akan membubarkan Pasukana Ekspedisi, dan mengatur ulang mereka menjadi Tentara Perbatasan. Itu hanya lah perubahan nama, tetapi sang jenderal berencana untuk mundur dari Kerajaan Arabakia, menyiapkan bendera perang baru, dan menyatakan dirinya sebagai Komandan Tentara Perbatasan.

 

Kemudian, Komandan Tentara Perbatasan Jin Mogis dan goblin Mogado Gwagajin akan bertukar janji untuk tidak saling menyerang. Komandan Mogis akan pergi ke Damuro secara langsung, dan Mogado Gwagajin akan meninggalkan Kota Baru untuk bertemu di suatu tempat yang pantas di Kota Tua Damuro.

 

Inilah yang akan dinyatakan oleh janji:

 

Tentara Perbatasan akan mengenali Damuro dan daerah sekitarnya sebagai domain para goblin, dan

tidak akan menyerangnya.

 

Selanjutnya, Tentara Perbatasan akan memiliki Altana dan daerah sekitarnya sebagai domain mereka. Para goblin tidak akan menyerangnya.

 

Haruhiro dan partynya telah diberitahu sebanyak ini sebelumnya. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bagian berikutnya.

 

Tentara Perbatasan akan bertujuan untuk mengamankan Kota Bebas Vele. Setelah Vele diambil, Tentara Perbatasan akan mengembalikan Altana dan daerah sekitarnya kepada para goblin. Setelah itu terjadi, Tentara Perbatasan akan menyatakan segala sesuatu di selatan Damuro sebagai domain para goblin, dan tidak akan menyerangnya.

 

Tentu saja selatan Damuro juga termasuk Altana, tetapi Pegunungan Tenryu juga berada di selatan sana. Daratan Utama Kerajaan Arabakia terletak di balik Pegunungan Tenryu. Apakah para goblin memiliki sarana untuk menyeberangi Pegunungan Tenryu dan mengambil daratan utama? Tentu saja tidak. Namun, Jin Mogis telah mengasih hint kalau mereka memiliki hak untuk melakukan itu.

 

Semakin banyak penjelasan Hiyo yang didengar Mogado Gwagajin melalui penerjemah ugothnya, dia tampak semakin senang. Si goblin Mogado bahkan terlihat pusing karena semua itu menurut pandangan Haruhiro.

 

Kemungkinan besar para goblin memiliki perasaan memandang rendah diri sendiri yang besar ketika berhubungan dengan ras lain. Mungkin juga mereka takut pada mereka. Tapi bukannya kami jahat atau apa. Hanya manusia lah yang ingin berpikir seperti itu. Goblin bukan lah manusia, tetapi mereka memang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, jadi itu bisa di mengerti jika dilihat dari pandangan yang berbeda. Mereka mempunyai kultur, dan kebudayaan mereka sendiri. Mereka mempunyai Mogado, dan masyarakat mereka sendiri. Mereka akan marah jika orang-orang meremehkannya, dan jika orang lain mengakui mereka, dan menunjukkan rasa hormat, mereka juga akan senang.

 

No-Life King pernah memperlakukan para goblin sebagai mitra yang setara dalam aliansinya. Tapi mungkin para Orc dan ras lain tidak merasakan hal yang sama.

 

Di klan orc dan undead yang baru-baru ini bergerak ke selatan, para goblin dan kobold menyerang pada saat yang bersamaan. Meskipun para goblin mendapatkan Altana, sedangkan para kobold mendapatkan Riverside Iron Fortress, sebagian besar para Orc dan undead telah berkemas-kemas dan pergi.

 

Pada akhirnya, sejauh menyangkut orc dan undead, para goblin dan kobold mungkin tidak lebih dari alat yang nyaman bagi mereka.

 

Apakah Gwagajin, sang mogado para goblin, menyadari itu? Bahwa para orc dan undead bukanlah teman mereka? Bahwa mereka memandang rendah, dan memanfaatkan mereka? Bahwa mereka sama sekali bukan sekutu?

 

Tampaknya Jin Mogis telah berhasil menyanjung Mogado Gwagajin dan memenangkan hatinya untuk saat ini. Selanjutnya adalah pertemuan mereka berdua, dan melihat ke mana perginya dari sana. Sebenarnya tidak ada alasan logis untuk memikirkan hal ini, tapi Haruhiro curiga bahwa pria yang ingin menjadi raja perbatasan dan mogado para goblin mungkin, secara mengejutkan, kedua nya memiliki banyak kesamaan. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa seperti itu.

"Haruhiro," Kuzaku yang duduk di sebelahnya membungkuk dan berbisik. “Uh, hey. Bukankah seharusnya kita, kau tahu... membawa Shihoru-san segera?"

 

"Ya."

 

Haruhiro tahu itu. Dia tidak membutuhkan Kuzaku untuk mengingatkannya. Haruhiro sudah mencari waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini.

 

"Ya?"

 

Mata berkarat sang jenderal tertuju pada Haruhiro. Matanya tampak tidak hidup, tanpa sedikit pun rasa kemanusiaan di dalamnya. Mata itu membuat Haruhiro gelisah. Itu tidak bagus.

 

“...Aku ingin membicarakan sesuatu. Apakah Anda tak keberatan?”

 

"Aku tak keberatan."

 

Sang jenderal menyeka area di sekitar mulutnya dengan serbet, lalu melipat tangannya di atas meja makan.

 

Ada cincin di jari telunjuk tangan kirinya. Batu biru itu. Dengan pola tiga daun di dalamnya. Itu pasti relik. Kekuatan apa yang bersemayam di sana?

 

"Katakan apa pun yang kamu inginkan."

 

Sejak pertama kali mereka bertemu dengannya, Jin Mogis tampak seperti manusia super, seolah-olah tidak ada yang bisa membuatnya takut. Apakah ada sesuatu yang bisa menggerakkan hati orang ini? Bahkan jika dia melihat teman dan keluarganya sendiri mati di depan matanya, mungkin dia bahkan tidak akan mengangkat alisnya. Jika dia diancam secara pribadi, yah, dia mungkin akan sedikit panik, tapi dia tidak akan sepenuhnya kehilangan ketenangan. Mungkin itu hanya lah akting. Tetapi bahkan jika dia hanya memainkan peran Jin Mogis yang tak dapat terganggu, itu masih lah sangat mengesankan. Jika dia tidak pernah merusak karakternya, maka tidak akan aneh untuk mengatakan bahwa itu tidak berbeda dengan sifat asli.

 

Dia pasti hanya berakting, pikir Haruhiro.

 

Dia tidak akan mengatakan kalau pria itu hanyalah macan kertas, tapi jelas-jelas dia memasang sikap orang yang kuat. Mungkin karena dia merasa tidak boleh menunjukkan kelemahan apa pun. Bukannya dia benar-benar tenang seperti kelihatannya.

 

Seperti yang Haruhiro duga, sang jenderal pasti lah seorang prajurit yang tangguh dalam pertempuran, seorang komandan yang berpengalaman, jadi tidak diragukan lagi dia dapat menggunakan pedang lebih baik daripada kebanyakan orang. Tapi Kuzaku juga cukup bagus dalam pertarungan pedang. Dia diberkati dengan fisik yang tepat untuk melakukan itu, dan tidak mudah takut. Selain itu, dia bisa melakukan lebih dari sekedar mengayunkan katana besarnya dengan kekuatan kasar. Dia mungkin bukan lah orang yang bisa kau sebut pintar, tetapi jika kau mempertimbangkan berapa banyak musuh yang bisa dia hadapi sendiri, dia sendiri pandai mengawasi banyak hal pada saat yang bersamaan. Dan juga, setiap ayunan katana besar Kuzaku dapat mengintimidasi lawan-lawannya dengan kerusakan yang mematikan.

 

Jika Kuzaku dan sang jenderal bertarung dalam pertarungan satu lawan satu, siapa yang akan

menang? Sudah jelas tidak ada cara untuk mengetahuinya tanpa melihatnya, tapi sulit juga membayangkan Kuzaku akan kalah dengan mudah. Setidaknya dia akan membuatnya menjadi pertarungan jarak dekat.

 

Sisa party juga akan ada di sana. Kuzaku tidak harus bertarung sendirian. Mungkin ini adalah tindakan pengecut, tapi tentu saja jika mereka semua mengeroyok sang jenderal, pertarungannya mungkin akan berakhir dalam waktu singkat.

 

Ini adalah topik yang berbahaya, tetapi mereka bisa membunuh sang jenderal jika mereka memutuskan untuk melakukannya. Tapi sang jenderal juga bukan lah orang yang bodoh, jadi harus nya dia sudah tahu akan hal itu. Ketika saatnya tiba, Haruhiro dan yang lainnya mungkin akan menolak untuk menuruti perintahnya. Itu lah sebabnya dia menyandera Shihoru untuk mengancam mereka.

 

"Ini tentang rekan kami."

 

Setelah Haruhiro mengatakan itu, sang jenderal mendengus, ekspresinya tidak berubah sedikit pun.

 

Jika kau membuat kami kesal, kau tahu apa yang akan terjadi, kan? Kami bisa mengakhiri riwayat mu. Kami telah melakukan apa yang kau minta. Dan kami berhasil. Sekarang kau lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Atau...

 

"Rekan kami yang tidak ada di sini."

 

“Maksudmu rekan lamamu yang ada di Korps Tentara Sukarelawan?"

 

Dia ingin bermain bodoh, ya? Aku ingin berteriak. Tapi tidak. Aku harus menahan diri. Sekarang bukan waktunya untuk itu.

 

"Tidak. Bukan mereka.”

 

Sang jenderal menggunakan jari telunjuk kirinya yang memakai cincin untuk mengetuk tangan kanannya dua kali, lalu memiringkan kepalanya ke samping.

 

"Lalu siapa kalau begitu?"

 

Nael tertawa. Hyo mengangkat bahunya. Sialan mereka. Darah mengalir deras ke kepala Haruhiro.

 

Dia mendengar seseorang mendecakkan lidahnya. Melihat ke samping, dia melihat wajah Kuzaku menunduk, dan berkerut karena emosi. Merry tampak pucat. Hiyo memelototi mereka.

 

Setora membungkuk. Haruhiro bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan, tapi dia hanya mengelus kepala Kiichi. Bahkan tersenyum, seolah-olah dia sama sekali tidak peduli terhadap masalah ini.

 

Haruhiro melihat kembali pada sang jenderal, yang seperti biasa, tidak terpengaruh akan semua ini.

 

Apakah pria ini benar-benar memasang sikap yang kuat? Atau kah dia benar-benar orang bodoh semata? Mungkinkah pria itu telah mencapai semacam pencerahan setelah melewati banyaknya neraka yang pernah dia temui?

 

“Kami telah melakukan bagian kami. Kupikir kau juga harus melakukan bagianmu. Jika kau tidak

dapat membayar harganya, maka kami tidak bisa bekerja.”

 

"Biarkan aku memberimu pangkat dan kehormatan apa pun yang kamu inginkan."

 

Ketika Haruhiro menggelengkan kepalanya, alis sang jenderal berkerut samar.

 

“Betapa tidak ambisiusnya dirimu. Apa yang kamu inginkan sebagai gantinya? Aku tahu. Kami sedang berjuang untuk membuka brankas harta karun Perusahaan Deposito Yorozu. Apakah kamu juga ingin ikut serta dalam hal itu? Mereka mengatakan brankas tersebut dipenuhi dengan kekayaan yang luar biasa. Aku akan memberi bagianmu sendiri.”

 

"Kami tak butuh sampah itu."

 

Dia melakukan yang terbaik untuk tidak meninggikan suaranya. Apakah itu karena harga dirinya? Apakah itu adalah cara dia untuk menentang sang jenderal? Dia bahkan tidak tahu lagi.

 

“Kami hanya ingin kau mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik kami.”

 

“Kamu butuh hutang yang dilunasi? Aku akan menghargai usahamu. Aku percaya itu lah yang telah kukatakan selama ini.”

 

"Oh, ayolah...!" Kuzaku membanting telapak tangannya ke atas meja. Itu cukup keras, tetapi sang jenderal bahkan tidak melirik ke arahnya. Matanya tetap tertuju pada Haruhiro.

 

“Seingatku, aku belum pernah, mengambil apa pun darimu. Tapi ayo kita asumsikan saja kalau aku memang melakukan itu. Apa yang akan kudapatkan dengan mengembalikannya padamu? ”

 

"Hah...?"

 

“Ada beberapa hal yang bisa kuberikan padamu. Kamu mungkin terlalu serakah untuk bisa puas dengan semua itu, tetapi aku merasa cukup tersinggung ketika aku telah mencoba menemukan beberapa cara untuk menunjukkan ketulusanku kepadamu, tapi tanggapanmu malah begitu. Jika kamu mencari lebih banyak dari itu padaku, apa maumu? Apa yang bisa kamu berikan padaku? Apa harganya?”

 

“Harganya...” Haruhiro menundukkan kepalanya.

 

Apa? Dia tidak mengerti. Apa-apaan itu?

 

Apakah semuanya sia-sia? Apakah mereka baru saja dibuat bekerja secara gratis? Apakah sang jenderal tidak berniat untuk mengembalikan Shihoru dari awal?

 

Atau kah tidak ada cara baginya untuk bisa mengembalikannya pada mereka?

 

Shihoru telah diculik, dan ditahan di suatu tempat. Apakah itu lah yang benar-benar terjadi?

 

Atau mungkinkah ada sesuatu yang lain dari itu?

 

Contohnya saja dia sudah – sudah apa?

 

Haruhiro tidak ingin memikirkan itu. Dia berusaha untuk menghindari pikiran tersebut. Bukankah

sang jenderal memanfaatkan mereka dengan mengambil keuntungan dari itu?

 

Dia tidak ingin mempertimbangkan kemungkinan terburuk. Jadi, karena itu tidak mungkin terjadi, Haruhiro mendengarkan sang jenderal. Mematuhinya. Dia hanya bisa berpegang teguh pada harapan kecil yang ada.

 

Bahkan jika itu tidak benar-benar ada.

 

Ya, mungkin tidak ada harapan baginya dari awal.

 

"Aku menghargai kalian semua," kata sang jenderal, lalu berpikir sejenak, "Aku sangat menghargai kamu," dia mengoreksi dirinya sendiri. “Orang-orang muda sepertimu lah yang akan menjadi orang yang membuka jalan ke masa depan perbatasan ini. Tak perlu dikatakan bahwa aku membutuhkan kekuatanmu. Kalian tidak begitu mengenalku. Mungkin ada beberapa kesalahpahaman di sini. Namun, jika aku ingin memberikan nasihat kepada kalian anak-anak muda, itu adalah, bahkan jika kamu tidak dapat menerima keadaan saat ini, kamu harus mengambil pandangan yang jauh. Kabut tebal yang tergantung di udara sekarang mungkin akan hilang besok.”

 

Haruhiro mengangkat wajahnya, dan menatap langsung ke mata sang jenderal sekali lagi.

 

“Mengapa kau tidak sedikit lebih langsung? Jadi kami bisa mengerti.”

 

"Aku memintamu untuk mempercayaiku." Jenderal itu tersenyum.

 

Luar biasa, senyumnya tampak penuh dengan kebajikan, seperti senyuman seorang ayah yang di tujukkan pada anak-anaknya.

 

“Kamu tidak akan diperlakukan dengan buruk. Aku memikirkan kalian semua ketika aku mengatakan ini. Akan bertentangan dengan keinginanku untuk melihat bunga gugur saat baru lahir.”

Komentar