
Sudah berapa lama menara di bukit dekat Altana berdiri di sana? Merry mengatakan dia tidak tahu.
Tentara sukarelawan menyebutnya Menara Terlarang, atau menara yang tidak pernah terbuka, karena mereka tidak bisa masuk ke dalamnya. Lebih tepatnya menara tersebut hanya tidak bisa dibuka dari luar, tapi bisa dibuka tanpa masalah dari dalam, jadi menara itu adalah menara yang tidak pernah membiarkan orang memasukinya.
“Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita mencoba pergi ke Altana?”
Tidak ada yang keberatan dengan saran Setora.
Haruhiro mulai menuruni jalanan tanah yang disusun dengan baik. Jalanan itu tersambung dari Menara Terlarang ke bawah bukit, kemudian ke Altana. Ada area berumput di kedua sisi jalan, dan masing-masing area dari tanah tersebut tertancap oleh batu putih yang besar.
Dia bertanya kepada Merry tentang itu, dan ternyata itu kuburan, seperti yang sudah dia duga.
“Hampir semua itu adalah kuburan untuk tentara sukarelawan... Rekan-rekan kita juga tidur di sini.”
“Whoa…” Kuzaku terdiam.
“Tapi tanpa ingatan, itu percuma karena kita tidak bisa meratapinya, ya kan?" Setora tidak menahan diri saat mengatakannya.
Shihoru berhenti, dan untuk beberapa saat dia melihat ke sekeliling kuburan, seolah-olah mencari sesuatu, tetapi ketika Haruhiro memanggil namanya dia mulai berjalan lagi.
Haruhiro bertanya-tanya tentang rekan-rekannya dulu yang sekarang sedang tidur di bawah kuburan ini. Ketika semua masalah sudah diatasi, mungkin dia akan bertanya kepada Merry di mana kuburan mereka, dan mengunjunginya. Meskipun seperti yang dikatakan Setora, tidak mungkin dia bisa meratapi mereka karena dia bahkan tidak mengingat mereka, jadi dia merasa tidak ada gunanya mengunjungi kuburan mereka.
"Bisakah kita masuk?" Kuzaku bertanya pada dirinya sendiri dengan suara bisikan.
Dinding batu yang mengelilingi Altana tingginya dua kali tinggi badan seseorang, dan gerbang didepannya dalam keadaan tertutup.
"Lonceng pertama di Altana akan berbunyi pada pukul enam pagi," kata Merry pada mereka. "Gerbangnya akan terbuka pada saat itu."
Matahari hampir terbit, tetapi masih ada api yang menyala di sini dan di sepanjang dinding Altana. Apakah ada penjaga yang ditempatkan di dinding tersebut? Dia melihat ada sosok humanoid yang berdiri di atas dinding.
“Jam enam pagi, ya…?” kata Haruhiro, lalu meletakkan tangannya dengan ringan di dadanya.
Apakah itu hanya imajinasinya? Tidak, itu bukan imajinasinya. Ada sesuatu membuat jantungnya berdebar dengan cepat. Dia hanya tidak tahu apa penyebabnya.
"Jadi, kalian adalah tentara sukarelawan, kan?" Setora bertanya pada Merry. "Siapa sebenarnya yang kalian lawan?"
Merry memikirkannya sejenak sebelum menjawab.
“Aliansi Raja. Arabakia merupakan kerajaan ras manusia, lalu mereka diserang oleh orc, undead, goblin, dan kobold. Mereka kehilangan tanah ini yang sekarang kita sebut perbatasan."
"Hmm." Kuzaku memiringkan kepalanya ke samping. “Lalu, musuh Arabakia—musuh kita—bukan manusia?”
Merry mengangguk.
"Kebanyakan dari mereka adalah Orc dan undead."
“...Yah, dibandingkan dengan melawan manusia... Kau tahu? Yah, mungkin kau tidak tahu. Tetapi tetap saja."
Haruhiro berhenti.
"Mereka ... bukan manusia ..."
"Hah?" Kuzaku juga berhenti.
Haruhiro menyipitkan mata saat dia melihat ke atas dinding.
Ada siluet di atas sana. Ada yang bergerak, ada juga yang tidak.
Dinding itu masih berjarak 100 meter lebih darinya, dan juga karena pencahayaan yang tidak cukup, dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dari apa bisa dia lihat, mereka bertambah banyak. Ada sejumlah besar penjaga di atas dinding tersebut, dan secara bertahap mereka semua berkumpul.
Kiichi mendesis pendek dan tajam.
Haruhiro melihat Kiichi sedang menghadap ke arah dinding dengan ekor terangkat, dan juga setiap rambut di tubuhnya terangkat.
“Sepertinya...” Haruhiro kesulitan untuk menemukan kata-kata selanjunya, lalu dia mengatakan dengan tepat apa yang dia pikirkan. "Kami sedang diawasi...?"
Saat berikutnya, ada sebuah suara berteriak, "Woeaaaohhh!" Suara yang sangat serak itu berasal dari arah dinding.
"...Mereka bukan manusia," ulang Haruhiro.
Ya.
Mereka bukan manusia.
Siluet di dinding tampak seperti manusia dari kejauhan. Sosok mereka tampak humanoid, tapi ada sesuatu yang aneh tentang mereka, yaitu ukuran mereka semua yang agak kecil.
Mereka mengenakan helm, baju besi, dan peralatan lainnya, tetapi ukuran mereka terlalu kecil untuk bisa dipanggil orang dewasa.
Mereka seperti pasukan anak-anak.
Klang, klang, klang, suara seperti logam yang dipukul terdengar.
Para penjaga yang terlihat seperti tentara anak-anak mulai berteriak.
"Suara-suara itu ..." Merry menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin... Tidak mungkin. Bagaimana bisa...?"
Sesuatu terbang ke arah mereka dari dinding.
"Apa itu?" tanya Kuzaku.
"Mundur!" Haruhiro berteriak secara naluriah.
Sejumlah besar benda seperti tongkat tipis diluncurkan dari dinding, dan melayang di udara sebelum akhirnya terjatuh ke arah Haruhiro dan yang lainnya.
Setiap anggota kelompok dengan cepat mundur pada saat itu. Haruhiro mendengar suara benda-benda tipis terbanting ke tanah di belakang mereka. Saat berlari, tanpa sadar dia mendapati dirinya memeriksa kondisi Kuzaku, Shihoru, Merry, Setora, dan Kiichi. Sepertinya mereka semua baik-baik saja.
“Altana jatuh!” kata Merry. "Ada musuh di dalam!"
“Musuh ?!” Kuzaku berteriak. "Apa artinya itu?!"
"Aku tidak tahu!" teriak Merry kembali.
Tanpa berhenti, Setora melihat ke belakangnya.
"Sepertinya ini bukan waktunya untuk berdebat."
Lebih banyak benda tipis terbang ke arah mereka. Itu adalah panah. Sepuluh, dua puluh, mungkin lebih dari itu. Sepertinya panah tersebut sudah di luar jangkauan untuk bisa mengenai Hatuhiro dan yang lainnya, dan ternyata itu memang benar. Tapi gerbang Altana mulai terbuka.
Gerbang itu belum sepenuhnya terbuka, tetapi pasukan anak-anak mengalir keluar dari gerbang tersebut. Oke, sudah jelas kalau itu sebenarnya bukan pasukan anak-anak, lalu apa mereka?
Musuh. Merry memanggil mereka seperti itu. Mereka adalah musuh. Haruhiro dan yang lainnya mendaki bukit. Ada Menara Terlarang yang berdiri di atasnya.
“Jika saja kita bisa masuk ke sana…!”
Tentu saja akan bagus jika itu terjadi, tapi sudah pasti itu tidak akan terjadi, ya kan?
Hiyomu telah memberikan tawaran kepada mereka, menyuruh mereka untuk tunduk padanya, dan
mengatakan mereka pasti akan menyesal jika tidak melakukannya. Pasti inilah yang dimaksudnya.
Menurut cerita Merry, Altana adalah kota Kerajaan Arabakia, di mana Haruhiro dan yang lainnya bertugas sebagai tentara sukarelawan, tapi sekarang itu telah berubah. Sesuatu telah terjadi, dan sekarang kota tersebut telah diduduki oleh musuh. Mereka seharusnya tidak mendekati Altana dengan sembarangan. Karena hal itu akan menyebabkan musuh menemukan mereka. Dan apa yang akan terjadi jika musuh menemukan mereka?
Inilah yang terjadi.
Mereka akan ditembaki dengan panah, dan dikejar.
“Sialan kau Hiyomu!”
Meskipun dia mengutuk Hiyomu yang tidak diragukan lagi sedang bersantai di dalam Menara Terlarang sekarang, Hiyomu tidak bisa mendengarnya, dan juga itu tidak akan memperbaiki situasi.
Mungkin karena Shihoru tidak mengenakan apa-apa di balik jubahnya, dia tampak mengalami kesulitan saat dia berlari, dan menjadi sedikit tertinggal. Haruhiro memperlambat langkahnya dan menunggunya untuk menyusul.
"Bisakah kamu terus berlari ?!"
Shihoru mengangguk sebagai jawaban, tapi napasnya terengah-engah, dan dia berlari dengan sempoyongan. Apakah ini terlalu berat untuknya? Dia telah mencoba menyemangatinya dengan mengatakan, "Kamu bisa melakukan ini!" tapi itu hanya membuat Shihoru mengangguk lagi.
Bukan hanya tentara musuh yang keluar dari gerbang. Ada juga makhluk yang lebih kecil bersama mereka. Apa itu? Mereka menggonggong, jadi mungkin itu anjing? Jumlah mereka tidak banyak. Dua, tidak, tiga anjing berwarna hitam mengejar mereka.
Kuzaku mengatakan sesuatu seperti, "Oh sial oh sial oh sial."
Anjing-anjing itu lebih cepat dari para prajurit. Mereka dengan cepat memperpendek jarak dengan Haruhiro dan yang lainnya. Jika itu hanya tentara musuh, mereka mungkin masih bisa melarikan diri, tetapi tidak diragukan lagi anjing-anjing itu akan dengan cepat menyusul mereka.
Mereka hampir sampai di puncak. Setora dan Kiichi sudah berada di dekat menara terlarang.
"Sekarang apa?!" Seora berteriak.
Anjing-anjing itu mendekat hingga jarak dua, tiga meter dari Haruhiro dan Shihoru.
"Merry?!"
Apakah tidak ada tempat aman selain Altana di sekitar sini? Merry yang masih memiliki ingatannya adalah satu-satunya orang yang bisa mereka andalkan saat ini.
"...Maaf!" Merry mengerutkan kening. “Aku juga tidak tahu…!”
Bohong jika Haruhiro tidak berpikir, Kami kacau. Tapi dia mengganti persneling dalam sekejap,
dan dengan cepat mengamati sekelilingnya.
Matahari terbit di timur, sehingga barisan pegunungan yang sangat tinggi pasti ke selatan, ya? Ada hutan yang menyebar ke utara.
“Ayo ke hutan—” hanya itu yang berhasil dia katakan sebelum seekor anjing menerjangnya.
Haruhiro secara refleks mengulurkan lengan kirinya ke depan mencoba untuk bertahan. Anjing itu menggigit lengannya, atau lebih tepatnya pergelangan tangan kirinya.
"Oh...!"
Itu mengejutkannya, dan dia takut, tetapi pada saat yang sama, dia mempertahankan ketenangan dan berpikir, Anjing ini cukup kecil. Kakinya juga kecil. Jika ini adalah anjing besar, setidaknya itu akan mendorongnya ke bawah. Meskipun begitu anjing ini masih punya kekuatan gigitan yang kuat.
"Itu menyakitkan!"
Haruhiro membiarkan anjing itu menggigit pergelangan tangan kirinya, lalu memukul kepala anjing itu dengan tinju kanannya.
Anjing itu menjerit dan melonggarkan gigitannya. Saat itu juga, Haruhiro menepisnya.
"Ah!" Shihoru berteriak.
Seekor anjing lain berada di atas Shihoru ketika dia tersandung.
Haruhiro tidak ragu untuk menendang anjing itu ke samping, menjauhkannya dari Shihoru. Segera setelah itu, anjing lain menggigit Haruhiro di tulang keringnya kali ini.
"Aku bilang itu menyakitkan!"
Haruhiro menarik belati dari sarung di pinggulnya. Dia tidak benar-benar merasa marah, tapi dia tidak ragu untuk menebas leher anjing itu dengan belati tersebut.
Sejumlah besar darah menyembur dari lukanya. Haruhiro baru saja memotong arteri karotis anjing, dia juga merobek trakeanya. Dia masih hidup untuk saat ini, tetapi tidak bisa bernapas lagi. Ketika Haruhiro menggoyangkan kaki kanannya, anjing itu terjatuh ke tanah.
Dua anjing yang tersisa menggonggong dengan berisik, tapi mungkin saja apa yang terjadi pada teman mereka membuatnya takut pada Party Haruhiro, karena itulah mereka tidak menyerang.
Haruhiro menarik Shihoru untuk membantunya berdiri.
“...Haruhiro-kun, a-apa kau terluka?!”
“Aku pikir aku mungkin baik-baik saja. Ini bukan masalah besar. Kalau kamu?"
"A-aku baik-baik saja."
“Kalau begitu, ayo lari lagi.”
Dia masih punya belati lain. Dia menhunuskan belati lainnya yang bilahnya seperti tarian api.
Ketika dia memegang kedua bilahnya dengan pegangan backhand, dia merasa aneh ketika melakukannya.
Dia berhenti sebentar dan mengambil napas.
Dia melihat ada dua anjing yang menggonggong padanya, dan tentara musuh mendekat, tapi Haruhiro tidak terlalu bingung. Sebenarnya dia tidak bingung sedikit pun.
Musuh tersebut berkulit hijau kekuningan, wajah-wajahnya mengintip keluar melalui bukaan di helm mereka, dan terlihat jelas kalau mereka bukan manusia. Mereka dua kali lebih pendek dari Haruhiro. Kuzaku adalah pria yang cukup tinggi, tapi Haruhiro mungkin punya tinggi badan rata-rata, jadi aman untuk mengatakan kalau mereka kira-kira sebesar anak manusia.
Ada lebih dari sepuluh musuh terlihat; tidak, lebih dari lima belas, tapi kurang dari dua puluh.
Dia mendapati dirinya berpikir, Itu terlalu banyak, lalu hampir menertawakan betapa gilanya itu.
Dia lebih dari sekedar kalah jumlah, jadi dia berpikir mengapa dia melakukan hal ini?
Dia harus membiarkan Shihoru pergi. Dia harus menyelamatkan rekannya. Rekannya? Meskipun dia tidak mengingatnya? Rasanya bodoh, tapi dia tidak menyesal. Malahan, dia merasa senang.
Haruhiro maju untuk menyerang tentara musuh. Mereka pasti tidak mengharapkan dia untuk mendatangi mereka sendirian, sehingga membuat celah di antara mereka.
Aku lebih baik membunuh satu atau dua dari mereka.
Itulah pemikiran yang terlintas di benak Haruhiro.
Namun, apa yang melintas di matanya adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.
“Oorahhhh…!”
Kuzaku benar-benar tinggi. Dia tidak gemuk, tapi dia memiliki bahu yang lebar dan dada yang tebal, jadi dia terlihat sangat besar. Apalagi saat lawannya adalah musuh yang sangat pendek.
Kuzaku melompat tepat di depan Haruhiro dari samping, lalu mengayunkan pedang besarnya ke bawah.
Dia memotong satu musuh dari bahu ke sisi tubuhnya, dan benar-benar membelahnya menjadi dua.
“Haruhiro! Menyerang sendirian seperti ini....!”
Kuzaku melangkah lebih jauh sambil mengayunkan pedangnya dengan lebar, tapi tidak berantakan atau tanpa berpikir. Sebagai buktinya, pedang Kuzaku menjatuhkan musuh lain.
“Kau mencoba untuk menjadi keren! Jadi kau harus berhenti melakukan itu!”
Musuh sangat terintimidasi. Setelah mereka melihat Kuzaku melakukan itu, apa kau bisa
menyalahkan mereka?
“...Tidak bung, malahan kaulah yang jauh lebih keren.”
"Hah? Kau pikir begitu?" Kata Kuzaku dengan seringai konyol di wajahnya, tapi kemudian menebas musuh lain. “Apakah mungkin kalau aku adalah orang yang kuat?"
“Mereka hanya goblin, tapi jumlahnya banyak!” teriak Merry saat dia berlari. “Cepatlah tekan mereka dan selesaikan ini dengan cepat!”
Sepertinya Kuzaku bukan satu-satunya yang berbalik dan kembali padanya daripada melarikan diri.
"O Cahaya, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamu." Merry menekan tangan kanannya ke dahinya, lalu mengulurkan tangannya menuju musuh. "Blame!"
Ada kilatan cahaya dari tangan Merry dan musuh dibuat terbang karenanya.
Setora mengambil tombak musuh yang jatuh dan menusukkan tombak tersebut ke tenggorokan musuh lain, Setora melepaskan tombaknya. Kemudian, seolah-olah mengatakan, “Aku punya senjata di sini, ” dia menyambar kapak musuh yang tertusuk dan melemparkannya ke musuh lain. Kapak itu berputar di udara, dan akhirnya tertancap di dada musuh lain. Tepat setelah itu, musuh lain mencoba menyerang Setora, tapi Kiichi menerkamnya. Musuh itu memiliki helm yang menutupi seluruh kepalanya, tapi Kiichi dengan cepat dan dengan terampil melepaskan helm tersebut, lalu menancapkan cakarnya ke mata musuh tersebut.
Saat itu terjadi, Kuzaku menebas musuh satu demi satu.
Kedua anjing itu terus menggonggong.
Satu musuh melarikan diri dengan berguling menuruni bukit. Itu menyebabkan semua musuh yang tersisa tiba-tiba menjadi kacau, dan anjing-anjing itu juga mengikuti para goblin untuk mundur.
Kuzaku mulai mengejar mereka, tapi sebelum Haruhiro sempat menghentikannya, Kuzaku berhenti. Sepertinya dia tidak bermaksud untuk benar-benar mengejar mereka, dia hanya bermaksud untuk menakut-nakuti musuh dengan bertindak seperti, "Aku akan mengejarmu!" Kuzaku kemudian menoleh ke Haruhiro dan berkata, "Sekarang adalah kesempatan kita!"
Haruhiro mengangguk, lalu dia berteriak, "Ke hutan!" dan dia tidak bisa tidak berpikir, Apakah aku benar-benar harus mengatakan itu? Setiap orang, bahkan Shihoru, yang jauh dari gesit, sudah menuju ke hutan. Mungkin saja mereka semua punya banyak pengalaman seperti ini sebelum mereka kehilangan ingatan mereka, dan tubuh mereka masih mengingatnya, bahkan jika kepala mereka tidak.
Kelompok itu bergegas menuruni bukit dan masuk ke hutan utara.
Tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada bala bantuan datang dari Altana, tapi sepertinya mereka tidak dikejar untuk sekarang.
“Hutan ini tidak terlalu besar,” kata Merry kepada mereka.
Mereka pergi sekitar 300 meter ke pepohonan sebelum berhenti untuk istirahat.
Setora memegang tombak yang dia rebut dari musuh. Panjang tongkat tersebut sama seperti tinggi badan Setora, dan kebetulan sedikit lebih pendek daripada Haruhiro.
“Goblin, aku pikir kau menyebut mereka seperti itu?
"Ya."
Menurut Merry, musuh-musuh itu adalah ras yang dikenal sebagai goblin. Mereka bagian dari Aliansi Raja. Yang berarti, mereka memusuhi Kerajaan Arabakia, dan mereka berbasis di sebuah tempat yang disebut Damuro di barat laut Altana.
“...Jadi, uh, Damuro, kan?” Kuzaku bertanya sambil menggaruk lehernya.“Para goblin itu menyerang Altana, dan mengambil alihnya... atau sesuatu seperti itu? Maksudku, memang ada banyak dari mereka, tapi mereka cukup lemah. Jadi, Kerajaan Arabakia kalah oleh mereka...?"
Shihoru menundukkan kepalanya.
“Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya menghambat…”
“Kau adalah seorang mage,” kata Setora sambil mengangkat bahu. “Kau hanya perlu mengingat sihirmu, kan?”
"Nyaa," Kiichi mengeong. Dia sedang melihat Shihoru, bukan tuannya, Setora. Dia mungkin mencoba untuk menghiburnya.
“Bicara tentang sihir…” Kuzaku menatap Merry. “Merry-san, kamu juga bisa menggunakan sesuatu seperti sihir, kan? Bisakah Shihoru-san juga melakukan hal seperti itu?”
Merry menurunkan pandangannya.
“...Apa yang aku gunakan hanyalah sihir cahaya priest.”
Maksudmu "Marc em parc" itu?
Haruhiro mempertimbangkan untuk menanyakan itu, tapi sesuatu menghentikannya. Kenapa dia berhenti? Dia sendiri tidak begitu mengetahuinya. Tidak, itu bohong. Bukannya dia tidak tahu kenapa.
Merry telah menggambar semacam sigil di udara dengan jari-jarinya sembari mengatakan "Marc em parc," dan itu menghasilkan manik-manik cahaya. Dia mencoba menyerang Hiyomu dengan itu, dan itu benar-benar mengejutkan Hiyomu. Haruhiro masih ingat kalau Hiyomu mengatakan ini:
"Kau seorang priest, tapi kau baru saja menggunakan sihir."
Hiyomu sepertinya sangat tahu latar belakang semua orang, tidak hanya Io dan kelompoknya. Meskipun begitu, saat Merry menggunakan mantra tersebut, itu membuatnya terkejut. Bukankah itu berarti Merry seharusnya tidak bisa menggunakan sihir tersebut?
Merry juga telah bertingkah aneh saat itu, bahkan jika dia berpkir sulit untuk menjelaskannya dengan tepat. Haruhiro tidak ingat seperti apa Merry sebelumnya, jadi dia kesulitan untuk mempercayai dugaanya, tapi ada sesuatu yang membuatnya berpikir, "Hah?"
"Dengan sihir cahaya, maksudmu itu?" Setora mengulurkan tangannya ke depan untuk mendemonstrasikan. “Kau membuat goblin terlempar dengan cahaya.”
Merry mengangguk.
“...Blame adalah satu-satunya mantra serangan yang kumiliki. Tapi aku bisa menggunakan beberapa mantra untuk menyembuhkan luka, asalkan luka itu tidak langsung fatal, aku bisa mengatasinya. ”
“Oh.” Mata Kuzaku melebar. “Kalau begitu itu sangat menenangkan.”
“Kamu seorang paladin, Kuzaku, jadi kamu juga bisa menggunakan sihir cahaya. Meskipun sedikit berbeda dari priest.”
"Hah? Aku juga bisa? Kau serius? Haaah, tapi aku tidak bisa mengingatnya..."
Setora memutar tombaknya dan menusukkan ujung tumpulnya dengan ringan ke tanah.
“Sepertinya aku cukup bisa melakukan sesuatu untuk menjaga diriku sendiri.”
"Kamu adalah seorang necromancer, dan master nyaa. Kamu juga bisa menggunakan berbagai macam senjata. Tapi di atas semua itu, kamu lebih pintar dari kebanyakan orang." Kata Merry.
Pujian sebanyak ini pasti akan membuat seseorang merasa malu, tapi Setora tampak tidak terpengaruh karena pujian-pujian tersebut.
“Aku mengerti kalau kau melihatku seperti itu. Tapi aku yakin kenyataannya sangat berbeda,.”
“Whoa.” Kuzaku menatap Setora. “Kamu cukup hebat, ya, Setora-san...?”
"Entah kenapa kau mengingatkanku pada seekor anjing,," jawabnya.
“Hah? Kenapa?"
“Caramu bertingkah begitu lekat dan terlalu ramah mirip seperti anjing.”
“Aku tidak terlalu ramah, dan aku juga tidak melekat padamu. Aku menjaga jarak, ok?”
"Jika tidak, aku akan memukul atau menendangmu."
"Itu kasar..."
Haruhiro baru saja membunuh salah satu anjing goblin, jadi dia kesulitan untuk melihat Kuzaku seperti anjing. Tapi memang benar bahwa Kuzaku mengingatkannya pada anjing yang ramah dalam beberapa hal.
Sejujurnya, keberadaan Kuzaku itu sangat membantu.
Cara Kuzaku menebas musuh dalam pertempuran membuatnya dapat diandalkan. Tapi di atas itu, sementara Kuzaku kadang-kadang bisa mengganggu — meskipun itu mungkin karena Haruhiro tidak memiliki ingatan tentang waktu pada saat mereka masih rekan — Haruhiro merasa cara Kuzaku berinteraksi dengannya sangat menghibur.
Tidak jelas apa yang telah dilakukan oleh Master-nya Hiyomu, tapi mengingat akan kurangnya ingatan mereka dan keadaan Altana saat ini, tidak ada hal yang baik telah datang karena itu. Kuzaku berada di sini bersamanya mungkin satu-satunya alasan bahwa, meskipun mereka kalah, dia merasa mereka masih bisa bertahan. Sudah jelas kalau Merry yang mempertahankan ingatannya juga merupakan sebagian besar dari itu.
(Gk ngerti gw mereka ngomong apa, dari sananya emang gitu)
"Um, aku punya pertanyaan," kata Shihoru dengan ragu-ragu. “Kamu bilang kalau kami adalah tentara sukarelawan... Apakah itu berarti kita menjadi tentara sukarelawan karena kita dengan sukarela melakukannnya? Aku tidak bisa membayangkan kalau aku cocok untuk pekerjaan ini... "
"Itu..." Merry ragu-ragu. “Aku pikir itu karena kita tidak memiliki pilihan lain."
“Tidak ada pilihan lain?” Haruhiro membalas. "Apa yang kau maksud dengan itu...?"
"Ini mungkin yang kedua kalinya."
"Hah?"
“Bukan untuk Setora dan Kiichi, tapi untuk kita semua, ini bukan pertama kalinya kita kehilangan ingatan kita.”
Haruhiro mengusap pipinya.
"Kedua kalinya."
Merry mengangguk.
"Ya."
Komentar
Posting Komentar