Bab 6: Cincin Biru

Ketika mayat-mayat goblin telah dibakar, para prajurit Pasukan Ekspedisi terlihat semakin tidak konsisten.

 

Setengah dari mereka ditempatkan untuk menjaga tembok atau Menara Tenboro, sedangkan sisanya membersihkan puing-puing atau memperbaiki bangunan untuk digunakan sebagai barak atau gudang. Hanya dua puluh, atau mungkin tiga puluh persen dari mereka yang melakukan pekerjaan itu dengan serius. Sisanya hanya melalaikan pekerjaan sebanyak yang mereka bisa, sering jongkok, duduk, atau istirahat tanpa izin.

 

Kejadian seperti itu sama sekali tidak berkurang sampai saat ini. Mereka tidak ingin bekerja, tetapi bahkan jika mereka ingin pergi dari sini, mereka tidak bisa. Yang terbaik yang bisa mereka lakukan adalah tidur siang di beberapa bangunan secara acak, mengobrol dengan teman prajurit lainnya, dan berjudi. Jika mereka berniat untuk mencarinya, mereka bisa menemukan banyak minuman keras di Altana. Lebih dari beberapa sedang minum di tengah hari.

 

Haruhiro dan kelompoknya diperlakukan sebagai unit khusus di bawah komando langsung Jenderal Jin Mogis. Tapi apakah mereka menerima perintah khusus darinya? Tidak juga. Dia merasa tidak nyaman ketika duduk-duduk di kamar mereka di Menara Tenboro sepanjang waktu, jadi dia menghabiskan sebagian besar hari berkeliaran di sekitar Altana.

 

Apakah tidak apa-apa bagiku untuk melakukan ini? dia bertanya-tanya.

 

Bukannya dia punya hal lain untuk dilakukan.

 

Dia tidak diperintah untuk melakukan sesuatu sekarang, tetapi ada batasan pada apa yang bisa dia lakukan. Neal dan scout lainnya secara diam-diam, dan terkadang secara terbuka, mengawasi Haruhiro dan yang lainnya dengan terus-menerus. Jika dia mencoba keluar dari Altana, dia akan segera ditemukan.

 

Altana adalah kota yang kecil. Setelah tiga hari menyusuri kota ini, tidak ada jalan yang belum dia lewati. Bahkan Haruhiro yang tidak memiliki ingatan merasa seperti orang lokal dalam waktu yang singkat.

 

Area di sekitar rumah penginapan tentara sukarelawan terasa sangat akrab baginya, atau mungkin menenangkannya. Meskipun dia tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui suatu lokasi yang tidak diketahuinya, ketika dia berkeliaran dengan santai, dia selalu berakhir di rumah penginapan ini. Merry berkata Haruhiro dan yang lainnya sudah lama tinggal di sana, jadi mungkin tubuhnya sudah terbiasa untuk datang ke penginapan ini. Meskipun bagian dalam penginapan tentara sukarelawan berdebu, sebagian besar tempat itu masih utuh. Bisakah mereka tinggal disini daripada di Menara Tenboro?

 

Mungkin aku akan bertanya pada jenderal tentang itu. Tidak, jika aku meminta bantuan padanya, dia mungkin akan mengambil keuntungan dariku.

 

Saat Haruhiro sedang memikirkan itu, Neal datang, dan memberitahunya bahwa Jenderal memanggilnya. Dia menyuruh dia datang untuk makan malam, tetapi datang sendirian.

 

Meskipun Haruhiro lebih memilih untuk tidak melakukannya, dia tidak pilihan. Dia menuju ke ruang makan di Menara Tenboro.

“Halo, halo, halooooo.”

 

Segerah setelah dia memasuki ruang makan, wanita yang sudah tiba sebelum dia melambai dan menyapa Haruhiro.

 

Sepertinya jenderal belum datang ke sini. Satu-satunya penghuni ruang makan besar yang pernah digunakan Margrave ini adalah Haruhiro, wanita yang dimaksud, dan Komandan Resimen Tentara Perbatasan Anthony Justeen.

 

Anthony mengangguk pada Haruhiro dengan ekspresi bingung di wajahnya. Siapa wanita itu? Kau mengenalnya? Sepertinya dia mencoba mengatakan itu.

 

Yah, ya, dia memang mengenalnya. Tapi masih sulit untuk mengatakan, Ya, kami berkenalan, atau apa pun seperti itu.

 

"Apa... yang kau lakukan di sini...?"

 

“Yang Mulia dan calon raja perbatasan mengundangku. Nyeheh!”

 

Jangan ngomong 'Nyeheh!' Aku jadi ingin meninju mukamu. Itulah yang akan Haruhiro katakan jika dia lebih suka melakukan sesuatu dengan kekerasan.

 

Haruhiro duduk di sebelah Anthony, lalu berpikir, ARGH, SIALAN. Hiyomu berada tepat di seberangnya.

 

“Gimana kabarmu?”

 

Hiyomu sedang meletakkan kedua sikunya di atas meja yang cukup besar untuk diisi oleh dua puluh orang, wajahnya yang angkuh dan menyeringai berada di atas jari-jarinya yang saling berpegangan. Haruhiro sangat membenci wanita itu. Dia bukan tipe pria yang memikirkan wanita sebagai "Wanita itu," tapi dia tidak merasa ragu untuk memikirkan Hiyomu seperti itu.

Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Novel Illustration, Official Art, Character Request, Grimgar Of Fantasy And Ash

"Kamu terlihat baik-baik saja, ya."

 

Ya, aku benar-benar membencinya pada tingkatan yang sangat gila.

 

Begitu dia menyadari itu, dia bisa menenangkan dirinya sendiri. Konyol untuk membiarkan dirinya menjadi emosional karena wanita ini. Apakah dia bahkan layak untuk emosi karena itu? Tidak. Itu hanya membuang-buang waktu saja.

 

“Itu heeebat, ya? Hiyomu selaaalu hebat, sangat hebat! Sekumpulan energi gadis, okaaay? Energi! Keberanian! Motivasi! Dan keseriusan yang sangat gila! Yayyy!”

 

“…”

 

"Apa, apa? Haruhiro-kuuun? Haru Haru? Haruhirohiroharu?”

 

“…”

 

“Kamu tidak memberikan banyak reaksi, ya? Mohon direspon."

 

“…”

 

“Apa-apaan itu? Jangan hanya duduk di sana tanpa ekspresi. Itu membuat Hiyomu kesal lebih dari apapun, kau tahu?”

 

“…”

 

“Heyyy. Aku bilang, heyyy. Bicaralah, dasar super-duper bodoh.”

 

“…”

 

“Ohh. Jadi begitu, ya. Apakah kau yakin ingin bersikap seperti itu? Apakah kau benar-benar yakin? Jangan salahkan aku jika kau akhirnya menyesalinya, oke? Kau itu seharusnya tunduk pada Hiyomu. Apakah kau benar-benar seorang brengsek yang tidak bisa melihat apa yang akan datang, huhhhh? Aku yakin kakimu juga pasti bau, yeaaaah?”

 

Yah, dia jelas-jelas tidak menahan diri ketika menghinanya. Padahal, itu tidak membuatnya marah sebanyak dia merasa jengkel padanya.

 

Apa yang sedang dilakukan wanita itu di sini? Dia penasaran tentang itu. Tapi dia tidak benar-benar perlu mendengar itu dari mulut kudanya. Tidak ada gunanya berbicara dengannya. Dia tidak bisa membayangkan kalau wanita itu akan mengatakan yang sebenarnya. Wanita itu jelas-jelas tidak memikirkan apapun selain mempermainkannya, menipunya, dan menyesatkannya. Jadi dia tidak akan ikut bermain dengannya.

 

Akhirnya, Jenderal Jin Mogis tiba bersama dua prajurit berjubah hitam dan Neal di belakangnya. Hiyomu melompat berdiri, dan Anthony mengikutinya. Untuk sesaat, Haruhiro berpikir, Mungkin aku harus duduk saja. Tapi, yah, bersikap keras kepala di sini tidak akan banyak membantu. Jadi ia memutuskan untuk berdiri.

 

Jenderal duduk di ujung meja, di tempat yang seharusnya menjadi tempat duduk Margrave. Prajurit berjubah hitam dan Neal tidak duduk, tapi malah berdiri di belakang jenderal.

“Kalian boleh duduk,” kata jenderal, lalu Hiyomu dan Anthony duduk. Haruhiro juga duduk di kursinya. Tapi kenapa dia perlu izin hanya untuk duduk?

 

Jenderal memandang mereka dalam diam. Apakah ini cara yang biasa dia lakukan untuk mengendalikan suasana? Dia menggunakan keheningan sebagai alat untuk mendominasi ruangan. Apakah itu adalah sesuatu yang tidak dia sadari? Atau kah dia memang sengaja melakukan itu?

 

Haruhiro semakin haus seiring berjalannya waktu, dan dia mulai merasa gelisah. Akhirnya, tidak ada dari mereka yang bisa mempertahankan ketenangan mereka. Itu pasti yang ditunggu-tunggu oleh sang jenderal.

 

Jenderal meletakkan tangannya di atas meja makan dengan tangan kanannya berada di atas tangan kirinya.

 

Cincin di jarinya menarik perhatian Haruhiro.

 

Apakah jenderal pernah memakai cincin seperti itu sebelumnya? Hmm. Haruhiro tidak berpikir begitu, tapi dia juga tidak yakin. Setidaknya, dia tidak pernah menyadari itu sebelumnya.

 

Itu bukan cincin yang sangat besar. Tapi terlepas dari hal tersebut, itu benar-benar menarik perhatian. Sisi dan kepalanya pasti terbuat dari emas, atau paduan yang mengandung itu. Tapi sebelum itu, hal pertama yang dia perhatikan adalah batu biru yang dipasang di kepala.

 

Apa jenis permata itu? Warnanya biru muda, tapi tidak memberi kesan pucat. Sebenarnya, itu adalah warna biru yang cerah dan mengesankan.

 

Batu itu berbentuk bulat. Dia tidak yakin apakah itu adalah suatu bekas goresan atau karena terkena pencahayaan, tapi dia bisa melihat suatu bentuk kelopak mengambang di dalamnya. Mungkin ada tiga dari mereka. Atau bisa jadi tiga daun.

 

“Pasukan Ekspedisi kita harus semakin bersatu,” kata jenderal, lalu mengalihkan matanya yang berkarat ke arah Anthony. “Bukankah itu benar, Antony Justeen?”

 

Anthony menurunkan dagunya untuk mengangguk. "...Ya, Pak," jawabnya.

 

"Aku ..." Jenderal menggunakan jari telunjuk tangan kirinya yang memakai cincin untuk menepuk punggung tangan kanannya dua, tiga kali, seolah-olah mencoba untuk menggaruknya. "Tidak berniat untuk kembali ke selatan Pegunungan Tenryu, ke tempat yang mereka sebut daratan Kerajaan Arabakia. Kami akan menjadi penduduk asli perbatasan, dan membangun surga di negeri ini. Untuk mencapai itu, tak perlu dikatakan bahwa seorang pemimpin yang kuat serta orang-orang bijak dan setia yang mendukungnya akan sangat penting. Apakah kamu keberatan dengan itu, Haruhiro?”

 

"...Saya?" gumam Haruhiro.

 

“Ya, kamu,” jenderal mendesaknya tanpa penundaan. “Jika kamu berpikir bahwa ideku salah, kamu boleh mengatakannya.”

 

 “Tidak …” Haruhiro hampir menurunkan matanya, tetapi entah bagaimana berhasil berhenti melakukannya. Tapi itu benar-benar sulit menjawab dengan tatapan jenderal mengarah padanya. “...Saya pikir kata-kata Anda tidak salah.”

"Kalau begitu apakah kamu setuju?"

 

“Sa... Saya rasa begitu. Jika kita hanya berbicara secara umum, tentu saja. ”

 

“Aku bermaksud untuk membubarkan Pasukan Ekspedisi yang dipercayakan kepadaku oleh Raja Idelta Arabakia, dan membangunnya kembali sebagai Tentara Perbatasan yang baru. Tentara Perbatasan yang terlahir kembali akan terlepas dari penindasan di Kerajaan Arabakia, dan bertindak sebagai kekuatan independen.”

 

Jenderal menggunakan kata-kata yang berbobot tanpa ragu-ragu. Jika Haruhiro memotongnya, kemungkinan besar dia akan dihancurkan.

 

“Perbatasan tidak pernah menjadi milik Arabakia sejak awal. Perbatasan adalah milik kita. Ketika aku mengatakan 'kita', maksudku bukan hanya kita manusia, tapi semua ras. Jika kita dapat menemukan tujuan bersama, aku percaya bahwa kita harus bergandengan tangan dengan ras apa pun, dan faksi apa pun untuk mencapai tujuan itu. Agar Tentara Perbatasan kita yang baru lahir dapat bertahan di tanah ini, meletakkan akar yang kuat, membangun domain, dan mencapai kemerdekaan sebagai sebuah bangsa, kita tidak boleh ragu untuk mengambil opsi yang tersedia bagi kita. Kita harus menyelidiki setiap kemungkinan. Bahkan jika itu bertentangan dengan akal sehat, jika ada harapan untuk melakukannya, tidak ada yang tidak boleh kita coba. Bukankah pemimpin yang benar-benar kuat harus bisa membuat keputusan seperti itu?”

 

Aku sendiri seperti itu. Mungkin itulah yang ingin dikatakan oleh jenderal. Sebenarnya, dia sudah punya cukup banyak hal itu. Dia akan menjadi seorang pemimpin, pada dasarnya seorang raja, dan bukan memimpin Pasukan Ekspedisi Kerajaan Arabakia, tetapi Pasukan Perbatasan yang baru.

 

Hiyomu telah mengatakan sesuatu tentang jenderal yang mengundang dia ke sini. Ketika dia mengatakan itu, kalau gak salah Haruhiro ingat dia menyebut jenderal sebagai raja perbatasan masa depan.

 

Apakah selama ini Hiyomu terhubung dengan jenderal? Atau apakah dia melakukan kontak dalam beberapa hari terakhir dengannya, dan dengan cepat mendapatkan kepercayaan darinya?

 

Apapun masalahnya, intinya adalah Hiyomu telah diberitahu tentang niat jenderal sebelumnya.

 

Jin Mogis mungkin telah memutuskan untuk bergandengan tangan dengan Hiyomu, atau lebih tepatnya adalah bosnya, Master Menara Terlarang.

 

“P-Permisi...” Haruhiro membuka mulutnya, lalu menyesalinya.

 

Hiyomu tidak bisa dipercaya. Saya ingin Anda mempertimbangkan itu kembali.

 

Jika jenderal adalah temannya, dia akan memberikan saran itu. Jika dia menghormati jenderal dan setia kepadanya, dia akan memperingatkannya. Tapi tak satu pun dari hal-hal itu benar. Selain itu, bahkan jika Haruhiro memberitahunya dengan tulus, dia tidak berpikir jenderal akan menerimanya.

 

"Apa?" Jenderal bertanya dengan ekspresi kosong.

 

Haruhiro melihat ke bawah dan menggelengkan kepalanya.

 

"...Maaf, tidak jadi."

Hiyomu memasang seringai kejam. Hiyomu sialan. Dia merasakan darah mengalir deras ke kepalanya, tapi dia tidak membiarkan hal itu menguasai dirinya. Ini bukan waktunya untuk itu.

 

Haruhiro dan partynya adalah bagian dari faksi Jin Mogis untuk saat ini. Dia mungkin tidak menyukainya, tapi begitulah keadaannya. Dia harus mengakuinya.

 

Hiyomu, atau lebih tepatnya Master Menara Terlarang, telah mencuri ingatan mereka. Tidak mungkin kalau mereka berada di sisinya. Mereka itu bermusuhan dengannya.

 

Namun, sepertinya musuh-musuh itu telah membuat kesepakatan dengan jenderal.

 

Tapi kami adalah tentara sukarelawan. Itulah yang ingin dia pikirkan, tapi itu tidak cukup untuk dia gunakan sebagai sumber dukungan emosional. Sejujurnya, dia tidak terlalu peduli itu. Dia telah menerima permintaan Shinohara untuk berperan sebagai mata-mata. Bukannya dia tidak mengerti mengapa dia harus melakukannya, tetapi dia juga tidak menyukai perasaan itu.

 

Ini berubah menjadi masalah rumit yang serius, ya kan?

 

"Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, silahkan saja katakan." Jenderal tersenyum pada Haruhiro. “Aku mengandalkan kalian. Ada juga sesuatu yang aku ingin kalian lakukan. ”

 

Jika saja dia bisa, Haruhiro akan memutar matanya ke belakang kepalanya dan pingsan di sana. Dia tidak bercanda. Haruhiro sangat ingin kabur. Apa yang jenderal ingin dia lakukan? Itu pasti akan benar-benar menyakitkan. Dan jenderal bermaksud agar dia melakukannya, suka atau tidak, ya kan?

 

"Makanan."

 

Ketika jenderal mengangkat tangan kanannya, prajurit berjubah hitam itu meninggalkan ruang makan. Mereka pasti pergi untuk menyuruh staf yang bertanggung jawab untuk membawakan makanan.

 

Setelah merebut kembali Altana, jenderal memilih sekitar dua puluh orang dari unit logistik dan memindahkan mereka ke Menara Tenboro. Mereka bukan tentara lagi. Karen tugas mereka adalah memasak, membersihkan, dan mencuci pakaian. Jenderal mungkin ingin menjadikan Menara Tenboro sebagai istananya. Padahal, mengingat betapa piciknya mereka, prospek untuk itu tidak sepenuhnya positif.

 

"Aku pernah mendengar bahwa Altana berdagang dengan kota bebas Vele."

 

Ketika jenderal menoleh pada wanita itu, Hiyomu mengangguk.

 

“Yup, yup. Dan Vele juga berdagang dengan Benua Merah. Dan jelas sekali kalau mereka memiliki makanan laut yang enak dan lezat.”

 

“Ada banyak orang, pria dan wanita, tinggal di sana.”

 

“Anda mungkin lebih baik mengatakan 'dari semua ras' di sana, tapi yaaah... Vele bukan hanya sebuah kota, tapi itu lebih seperti sebuah negara, mungkin?”

 

Jenderal mulai menggunakan jari-jari tangan kanannya untuk berulang kali memainkan cincinnya. Akhirnya, staf memasak datang dengan mengenakan celemek dan penutup kepala putih. Mereka menyajikan daging dan sayuran beraroma ringan, roti, dan semacam pangsit. Hidangan yang disajikan sebagian besar terbuat dari bahan-bahan sederhana. Satu-satunya bumbu yang mereka miliki hanyalah garam dan sedikit rempah-rempah, jadi mungkin perlu dicatat bahwa rasa alami dari bahan-bahannya adalah satu-satunya yang bisa mereka andalkan.

 

Pelayan-pelayan itu membawa sebotol alkohol, dan menuangkannya ke gelas di depan Haruhiro dan yang lainnya. Ketika mereka melakukan itu, mereka selalu menumpahkan sedikit air di atas meja, tetapi jenderal tidak menunjukkan tanda-tanda peduli tentang itu.

 

"Pertama-tama adalah goblin dari Damuro," kata jenderal, lalu mengambil gelasnya di tangan dan mengangkatnya.

 

Hiyomu dan Anthony juga meraih gelas mereka, tapi Haruhiro tidak melakukan itu.

 

Para goblin dari Damuro... Huh...?

 

"Ada apa?" Jenderal memiringkan kepalanya ke samping sambil melihat ke arah Haruhiro.

 

"Oh... Tidak, tidak ada yang salah."

 

Haruhiro buru-buru mengambil gelasnya.

 

Tidak ada yang salah.

 

Tidak ada yang salah?

 

Tidak tidak, ini bukan ‘tidak ada yang salah’, ya kan?

 

“...Para goblin?” Dia bertanya.

 

"Aku percaya ..." Jenderal menyipitkan matanya. “Kita bisa membentuk aliansi dengan goblin dari Damuro. Setidaknya, ada ruang agar itu bisa terjadi.” 

 

"Hah?!" Mata Anthony melebar. “Tunggu dulu… A-Aliansi?! Aliansi dengan goblin?!

 

"Itu benar," jawab sang jenderal tanpa basa-basi. "Kita perlu mengirim utusan. Pertama, kita harus memberi tahu raja goblin di Kota Baru Damuro, Gwagajin seingatku namanya, tentang niat kita.”

 

Haruhiro meletakkan gelasnya di atas meja.

 

Bahu Hiyomu bergetar saat dia tertawa.

 

Dialah yang terburuk.

 

"Ada apa?" jenderal memanggil Haruhiro lagi.

 

Tidak ada pilihan lagi, kah? Hal yang dia ingin kita lakukan. Adalah ini dari semua?

 

Ketika Haruhiro tetap diam, jenderal mengangkat gelasnya.

 

“Untuk perbatasan kita tercinta.”

Dia mengembalikan kembali gelasnya setelah mengatakan “cheers” dan meminumnya, Hiyomu juga melakukan itu. Anthony masih tercengang, jadi dia mengambil satu tegukan sebelum mengembalikan gelasnya ke meja.

 

"Sekarang, kalian tahu apa yang akan mereka lakukan saat perut kosong."

 

Bahkan ketika dia di desak jenderal, Haruhiro tidak menyentuh makanan itu. Dia tidak punya nafsu makan. Dia ingin segera meninggalkan tempat duduknya, tapi apakah itu ide yang buruk? Itu bukan hanya masalah baginya. Rekan-rekannya juga ada di sini. Jika Haruhiro mengacau, dia mungkin akan menyeret mereka ke bawah bersamanya. Dia harus menghindari itu bagaimanapun caranya.

 

Pikiranku kacau.

 

Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak tahu.

 

Haruhiro berpikir jenderal mungkin akan memberikan perintah khusus saat makan, tapi dia tidak mengatakan sesuatu yang khusus. Itu sedikit mengecewakan, tapi Haruhiro hampir tidak menyentuh makanan yang disajikan.

 

Dia duduk di kursinya, menunggu waktunya sampai jenderal selesai melahap semua yang ada di depannya dan membubarkan mereka. Hanya itu yang bisa dia lakukan.

 

Ketika dia meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamarnya, Kuzaku langsung melompat ke arahnya dengan ekspresi gelisah di wajahnya.

 

“Haruhiro!”

 

“A-Apa? Apa yang telah terjadi?"

 

"Shihoru-san!"

 

"Huh?!"

 

Dia melihat ke sekeliling ruangan, dan hanya melihat Kuzaku, Merry, Setora, dan Kiichi.

 

Muka Merry berwarna pucat pasi. Kiichi tidak seperti biasanya, sekarang sedang berada di sisi Merry, bukan di sisi Setora, apakah dia mencoba untuk menghiburnya? Setora menyilangkan tangan dan alisnya berkerut.

 

“A-A-A-A-Apa yang harus kita lakukan?!” Kuzaku meraih lengan Haruhiro dan mengguncangnya. “Shihoru-san pergi ke kamar kecil berabad-abad yang lalu, dan dia belum kembali! Aku mungkin tidak seharusnya mengatakannya seperti ini, tapi aku pikir dia hanya ingin membuang kotoran atau sesuatu seperti itu pada awalnya! Tapi itu terlalu lama! Aku pergi mencarinya, dan dia hilang!”

 

"Oke. Oke, aku mengerti. Tenang lah dulu."

 

“M-Maaf! Ya, kau benar, aku harus tenang!”

 

Kuzaku menjauh dari Haruhiro lalu mengambil napas dalam-dalam beberapa kali.

 

“J-J-Jadi?! A-A-A-Apa yang harus kita lakukan ?! Haruhiro, apa yang harus kita lakukan?! Shihoru-

san menghilang! Ini buruk, kan?! Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan...!”

 

"Ya ampun, kau tidak tenang sama sekali, bung ..."

 

“Aku tidak bisa merasa tenang! Maaf!"

 

Haruhiro juga menyuruh Setora dan Merry menceritakan apa yang telah terjadi.

 

Shihoru telah meninggalkan ruangan sendirian. Kuzaku memiliki kebiasaan menyebalkan untuk mengundang Haruhiro setiap kali dia pergi ke kamar kecil, tapi menurut para wanita, Shihoru tidak melakukan hal seperti itu. Mereka mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh ketika dia melakukan itu.

 

Setora-lah yang pertama kali mengatakan kalau Shihoru terlalu lama. Merry dan Setora pergi mencarinya ke kamar kecil, kemudian Kuzaku bergabung dengan pencarian setelah itu. Mereka telah memeriksa semua lantai pertama Menara Tenboro, dan kamar mereka, tetapi masih belum menemukannya.

 

"Apakah... ada yang telah melihat Shihoru?" tanya Haruhiro.

 

Ada sekitar lima puluh orang — prajurit berjubah hitam dan tentara dari Pasukan Ekspedisi — di Menara Tenboro setiap saat.

 

“Kami sudah mencoba bertanya pada mereka.” Kuzaku mengerutkan kening. “Semua orang bilang mereka tidak melihatnya, atau tidak tahu. Beberapa dari mereka bahkan secara terang-terangan mengabaikan kami. Mereka tidak membantu sama sekali. Apa-apaan itu? Membuatku kesal saja.”

 

“Sejujurnya, aku tidak bisa memutuskan apa yang harus kita lakukn.” Setora menoleh ke Merry dan bertanya, “Apakah Shihoru adalah tipe orang yang tiba-tiba akan menghilang dengan sendirinya?”

 

Merry menggelengkan kepalanya.

 

“Kurasa tidak. Dia tidak ingin menimbulkan masalah bagi semua orang. Dia merasakan itu lebih kuat dari siapa pun.”

 

“Kalau begitu...” Setora menatap Haruhiro.

 

Sepertinya tidak mungkin Shihoru akan menghilang dengan sendirinya. Shihoru telah meninggalkan kamar untuk pergi ke toilet, atau sesuatu seperti  itu. Dia bermaksud untuk segera kembali, tetapi seseorang mencegahnya. Sekarang, pada saat ini, Shihoru berada dalam situasi yang tidak memungkinkan dia untuk kembali ke ruangan di mana rekan-rekannya berada. Haruhiro menggertakkan giginya. Dia menyentuh ke antara leher dan bahunya, dan itu terasa kaku.

 

“...Hiyomu ada di sana. Di ruang makan.”

 

“Hiyo…?!” Kuzaku berteriak. “Tunggu dulu, dia?! Huhhh?!”

 

“Jenderal bekerja sama dengan Hiyomu di beberapa titik. Jenderal juga... tampaknya berencana untuk membentuk aliansi dengan goblin.”

 

“Go-Go-Gob...? A-A-A-A-Apa? Apa yang sebenarnya telah kalian bahas?!"

“Ini terkait dengan hilangnya Shihoru. Apakah itu yang kamu pikirkan?" Setora tetap tenang seperti biasanya.

 

"Aku tidak tahu," jawab Haruhiro jujur. “Tapi aku pikir jenderal berencana mengirim kita ke Damuro. Dia hanya mengisyaratkannya, tidak pernah mengatakannya secara langsung. Jenderal ingin menggunakan kita sebagai pion. Tapi ... dia tidak mempercayai kita."

 

Merry menarik napas dalam-dalam.

 

"Maksudmu... dia menyandera Shihoru?"

 

“Itu masuk akal,” kata Setora tanpa perasaan. “Jika itu benar, maka kita tidak punya pilihan selain melakukan apa yang dikatakan jenderal, bahkan jika kita tidak menyukainya.”

 

Haruhiro dan yang lainnya bergegas keluar dari kamar. Jenderal pasti akan berada di aula besar, ruangan dengan perapian yang Margrave telah gunakan sebagai ruang tamunya, atau mungkin di kamar tidur nya yang ada di lantai tiga.

 

Namun, empat prajurit berjubah hitam menghalangi tangga ke lantai kedua.

 

“Jenderal ada di atas sana, kan? Kami memiliki sesuatu untuk ditanyakan, jadi kami ingin bertemu dengannya.”

 

“Kami sedang terburu-buru di sini!”

 

Tidak peduli bagaimana Haruhiro atau Kuzaku menekan mereka, prajurit berjubah hitam hanya akan mengatakan bahwa jenderal telah memerintahkan agar tidak ada yang diizinkan lewat. Jika dia dibiarkan sendiri, Kuzaku akan mencoba menerobos, tentu saja Haruhiro harus menghentikannya. Shihoru mungkin telah disandera, tapi mereka tidak bisa bertindak sembrono disini.

 

“Setidaknya bisakah kalian menyampaikan pesan dariku kepada jenderal? Katakan padanya aku ingin bertemu dengannya. Hanya itu.”

 

“Jenderal menugaskan kami untuk menjadi penjaga, bukan pembawa pesan. Jika kami melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan, maka itu hanya akan membuat jenderal marah.” Prajurit berjubah hitam itu tersenyum tipis, bahkan tampak menikmati ini.

 

“Baiklah, aku mengerti!” Kuzaku duduk di lantai dan menyilangkan tangannya. “Aku tidak akan pindah dari sini sampai kalian membiarkanku lewat! Aku akan duduk di sini selamanya, jadi biasakanlah dengan itu!”

 

Prajurit jubah hitam itu tertawa terbahak-bahak.

 

"Nah, sekarang setelah kau mengatakannya, jangan berani-berani bergerak, ok?"

 

“Sudah kubilang, aku tidak akan bergerak! Kalian bisa berganti shift, tapi tidak denganku. Aku akan melakukan semua ini sendirian.”

 

"Apa gunanya melakukan itu?" Setora bertanya dengan putus asa, dan Kuzaku berbalik.

 

"Gunanya? Gunanya adalah... Uh, entahlah. Aku hanya berpikir ini akan berhasil? Kenapa ya.

Mungkin karena aku menunjukkan tekadku pada mereka...?”

 

Haruhiro meletakkan tangannya di bahu Kuzaku.

 

"Ayo pergi, Kuzaku."

 

"Huh? Apa maksudmu pergi?”

 

"Ayo kembali ke kamar untuk saat ini."

 

"Tapi..."

 

"Kita akan pergi."

 

"...Oke."

 

Kuzaku berdiri. Dia menurunkan bahunya, menundukkan kepalanya, mengerutkan alis dan bibirnya.

 

Jika kau terlihat depresi, maka itu akan membuatku merasa sedih juga, jadi aku berharap kau untuk menghentikannya.

 

"Cerialah, bung. ...Aku akan memikirkan sesuatu tentang ini.”

 

"... Ok."

 

Namun, tidak peduli bagaimana Haruhiro berpikir, tidak ada solusi yang muncul, dan waktu berlalu begitu saja.

 

Di tengah malam, Kuzaku mendengkur. Setora sedang berbaring dengan Kiichi di pelukannya. Merry sepertinya tidak bisa tidur.

 

Haruhiro meninggalkan kamar untuk memeriksa keadaan di tangga beberapa kali. Selalu ada tiga sampai empat prajurit berjubah hitam yang ada di sana. Apakah ada suatu cara agar dia bisa menggunakan skill thief yang dijejalkan Barbara ke dalam dirinya untuk menyelinap melewati mereka? Dia sangat serius ketika mempertimbangkannya, tapi itu terlalu sulit.

 

Mau tak mau dia memikirkan Shihoru. Apa yang terjadi padanya? Dia tidak berpikir mereka akan melakukan sesuatu yang menghebohkan padanya. Atau mungkin dia hanya ingin percaya itu. Nah, jika dia adalah seorang sandera, mereka harus memperlakukannya dengan hati-hati. Mereka akan menuntut sesuatu sebagai ganti keselamatan sandera. Jika dia menggunakan akal sehat, begitulah cara kerjanya, tetapi apakah pemikiran itu benar? Ini adalah Jin Mogis yang sedang dibicarakan. Yang perlu kulakukan adalah tidak membunuhnya. Selama dia masih hidup, maka dia memiliki nilai sebagai sandera. Dia tidak bisa menjamin kalau jenderal tidak akan berpikir seperti itu. Sebenarnya itu tampak sangat masuk akal kalau dia akan melakukan itu.

 

Apa yang Shihoru sedang lakukan sekarang? Bahkan jika dia aman, dia pasti dikurung dan dirampas kebebasannya. Sudah jelas kalau dia pasti akan lebih gelisah daripada Haruhiro. Bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis.

 

Oh, ya. Dia berusaha untuk tidak mengatakannya secara langsung, tapi itulah yang dia khawatirkan.

Karena dia seorang wanita membuat segalanya berbeda.

Semua anggota Pasukan Ekspedisi adalah laki-laki. Tapi mereka bukan orang yang sopan. Faktanya, kebanyakan dari mereka bahkan tidak layak disebut mempunyai dasar kesopanan.

 

Faktanya adalah, Merry, Shihoru, dan Setora telah menjadi sasaran tentara dari Pasukan Ekspedisi sebelum ini. Sampai sekarang, kerusakannya terbatas pada komentar cabul dan tatapan mata, tetapi tidak ada yang tahu kapan seorang prajurit mabuk mungkin kehilangan kendali dan menyerang mereka. Meskipun begitu, dia mendapat kesan bahwa risikonya akan berkurang jika berada di dalam Menara Tenboro.

 

Apakah mungkin itu karena dia lengah?

 

Dia seharusnya lebih berhati-hati. Bahkan jika mereka berada di dalam Menara Tenboro, mereka seharusnya tidak bergerak sendiri. Dia seharusnya mengatakan itu kepada mereka. Jika dia bersama Merry atau Setora, bahkan jika mereka dikelilingi oleh banyak prajurit berjubah hitam, mereka tidak akan ditangkap dengan mudah.

 

Aku tidak mengantisipasi ini sama sekali.

 

Aku naif.

 

Karena itu, Shihoru dikurung di suatu tempat sendirian. Jika hanya itu yang terjadi padanya, maka itu bagus. Shihoru kemungkinan besar diikat sehingga dia tidak bisa melarikan diri. Pasti juga ada penjaga disana.

 

Jenderal mungkin tidak mengatakan tidak apa-apa untuk menyakiti Shihoru. Tetapi akankah pengawalnya dapat mempertahankan profesionalisme mereka? Haruhiro tidak memiliki banyak harapan untuk itu.

 

Ini mungkin bukan waktunya untuk mengkhawatirkan prajurit berjubah hitam. Mungkin saja dia harus menggunakan kekuatan jika perlu, menemukan Shihoru secepat mungkin, dan menyelamatkannya. Jika tidak, sesuatu yang tidak dapat diubah mungkin terjadi. Setidaknya ada kemungkinan itu terjadi.

 

Mungkin sudah terlambat, dan dia dalam bahaya nantinya. Tapi untuk saat ini, dia masih baik-baik saja. Itu sebabnya dia harus bergegas. Haruhiro mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri dengan itu, tetapi dia tidak punya alasan yang jelas untuk mempercayainya.

 

Mereka mungkin tidak akan membunuhnya. Bukankah itu asumsi yang terlalu optimis? Dari sudut pandang jenderal, yang perlu dia lakukan hanyalah meyakinkan Haruhiro dan anggota kelompok lainnya bahwa dia memiliki sandera. Sandera tidak perlu hidup. Sandera itu hidup. Lakukan lah apa yang kukatakan, lalu aku akan mengembalikannya. Jika dia bisa mengendalikan mereka dengan kebohongan seperti itu, maka itu sudah cukup baginya.

 

Dalam kasus terburuk, Shihoru mungkin disiksa, lalu dibunuh.

 

Mereka tidak akan melakukannya, dia ingin percaya itu. Jika itu kejadian, maka Haruhiro akan membuat Jin Mogis dan semua orang yang melukai Shihoru membayarnya. Dia sama sekali tidak akan menunjukkan pengampunan. Dia akan membunuh mereka sampai ke orang terakhir, tidak peduli apa yang diperlukan untuk mencapainya.

 

Karena salah satu rekannya diculik, imajinasinya mengembara ke mana-mana, lebih banyak yang

buruk daripada yang baik. Itu sangat mengguncangnya, dan membuatnya kelelahan secara emosional.

 

Jika jenderal telah memilih metode ini karena mengetahui apa yang akan terjadi padanya, maka itu berarti dia sangat menakutkan.

 

Jika Haruhiro berada di posisi jenderal, bahkan jika ide itu muncul di benaknya, atau salah satu bawahannya menyarankan itu, dia akan ragu untuk melakukannya. Bukan ragu, tapi dia memang tidak akan bisa melakukannya. Bukannya tidak mungkin, tapi dia tidak akan mau menjalankan rencana itu. Tapi kalau Jin Mogis mungkin akan melakukannya.

 

Mungkin dia mendapat ide itu dari Hiyomu. Itu mirip seperti sesuatu yang wanita itu akan lakukan. Bukannya Haruhiro benar-benar tahu itu. Dia hampir tidak tahu apa-apa tentang Hiyomu. Dia juga tidak ingin mengenalnya.

 

Apapun masalahnya, ada satu hal yang harus dia akui, sebanyak dia merasa tidak mau mengakui itu.

 

Ini adalah langkah yang sangat efektif.

 

Sampai Neal mengetuk pintu mereka keesokan paginya, Haruhiro tidak tidur sedikitpun.

 

“Jenderal memanggil kalian. Sepertinya dia ingin membicarakan sesuatu sambil sarapan.”

Komentar