Damuro, terletak sekitar empat kilometer ke arah barat laut Altana, dan pernah dikenal sebagai kota kedua Kerajaan Arabakia. Asal-usulnya itu kuno. Orang-orang telah tinggal di sana sejak dahulu kala.Selama itu, ketika manusia pergi ke selatan untuk alasan tertentu, mayoritas dari mereka melintasi Dataran Quickwind dan berkumpul di tempat yang disebut Damuro. Beberapa dari mereka menetap, membangun rumah dan tinggal di sana secara turun-temurun. Akhirnya Kerajaan Arabakia mengangkat seorang hakim, dan mulai mengelola wilayah tersebut.
Bekas benteng manusia dibagi menjadi Kota Tua dan Kota Baru.
Bangunan di dekatnya tidak diragukan lagi memiliki dua lantai dulunya, tapi sekarang hanya segelintir dari mereka yang masih utuh. Ada benda-benda yang mencuat dari puing-puing bangunan, apakah itu pilar? Ada seekor hewan kecil berjalan melintasi balok yang ada di atas pilar. Ada juga semacam pagar atau tembok dengan ketinggian yang bervariasi.
Hanya reruntuhan, reruntuhan, dan reruntuhan sejauh mata memandang. Tidak banyak bangunan dengan dinding dan atapnya yang utuh. Bahkan, mungkin wajar untuk mengatakan bahwa tidak ada dari bangunan yang sangat utuh di sini.
“Sepi banget, ya…” gumam Kuzaku.
Segera setelah itu, terdengar teriakan dari kejauhan, "Aaagahhh!"
“...Cripes*.” Neal mengeluh sambil terisak. “Aku benar-benar mengambil sedotan pendek*.”
(1. Digunakan sebagai eufemisme untuk Kristus; 2. Semacam peribahasa kalau gak salah contohnya kayak gini ‘aku benar-benar telah mengambil misi bunuh diri’)
Kamilah yang seharusnya mengatakan itu.
Haruhiro ingin mengatakan itu, tapi dia tidak ingin berbicara dengan Neal. Dia harus menghindari dirinya terguncang. Dia tidak melakukan misi ini karena ingin, tetapi jika dia akan melakukannya, dia akan melakukannya tanpa ada korban di sisinya. Bahkan jika dia memiliki perasaan bahwa mungkin akan sangat sulit untuk melakukan itu.
“Pasti ada banyak, ya? Mereka ada di mana-mana. Gobby McGobgob dan teman-teman gobbynya.”
Siapa tahu apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan, tapi si twintail wanita jalang itu sedang berjalan di sebelah Haruhiro sembari tertawa terbahak-bahak sekarang. Wanita sialan. Haruhiro tidak pernah menganggap wanita sebagai “wanita jalang itu.” Tapi bagaimana mungkin dia tidak melakukan itu? Pertama, dia membenci penampilannya. Suara dan caranya bicaranya tidak enak didengar. Bahkan panas tubuhnya dan kehadirannya sangat mengganggu. Keberadaan Hiyomu, dan setiap aspeknya, membuat Haruhiro salah jalan.
Hanya dengan berdiri di sisinya, dia menyebabkan emosi yang sangat gelap menggenang dalam dirinya. Kebencian yang mendalam. Dia sedikit terkejut karena itu. Dia tidak pernah tahu kalau ternyata dia bisa membenci seseorang sebanyak ini. Itu bahkan membuatnya berpikir, Bukankah ini tidak normal?
Karena tidak memiliki ingatan tentang dirinya di masa dulu, Haruhiro tidak sepenuhnya tahu seperti
apa dirinya yang sebenarnya. Tapi yang pasti dia bukanlah orang yang baik. Orang baik tidak akan membenci orang lain sebanyak ini. Bahkan jika itu adalah Hiyomu.
Tidak, mungkin Hiyomu adalah pengecualian. Bagaimanapun juga, ini adalah ‘dia’ yang sedang dibicarakan.
Entah bagaimana caranya, Haruhiro ingin menyangkal bahwa Hiyomu berada dalam jangkauan lengannya. Akan betapa bahagia dirinya jika saja dia bisa melupakannya? Tentu saja itu tidak mungkin. Dia tidak pernah bisa menghapus dia dari ingatannya. Karena faktanya Hiyomu ada di sana.
Apakah dia tidak punya pilihan selain menerima itu pada akhirnya? Tapi dia membencinya. Dia tidak mau menerimanya.
Dia tahu kalau dia bukanlah anak kecil, jadi dia harus tahan dengan hal-hal yang tidak dia suka. Semua orang juga melakukan itu. Mereka menanahannya. Jadia dia harus fokus.
Mereka tidak berjalan terlalu cepat, tetapi denyut nadinya berpacu. Ini salah Hiyomu. Dia mulai kesal lagi. Itu tidak baik. Dia perlu bernapas setenang mungkin, dan memperluas bidang penglihatannya untuk mengamati dirinya sendiri, tidak, bukan itu, tapi untuk mengamati kelompok mereka dari pandangan atas.
Ketika dia melakukan itu, tidak dapat dihindari bahwa dia juga akan melihat Hiyomu, tapi dia hanya harus membayangkan dia sebagai wortel yang bergerak atau sesuatu seperti itu.
Apakah itu adalah penghinaan terhadap wortel? Wortel tidak pernah melakukan kesalahan padanya. Dia tidak terlalu menyukai mereka. Yah, tapi dia juga tidak membenci mereka.
Wortel. Mungkin itu adalah ide yang lebih baik daripada yang dia pikirkan? Jika dia tidak menyukai atau membenci mereka, maka kehadirannya tidak akan membuatnya gelisah.
Wortel.
Hiyomu adalah wortel yang bergerak.
Aku tidak membenci wortel, dan ini terasa agak dipaksakan, tapi itulah yang akan kukatakan pada diriku sendiri mulai sekarang.
Haruhiro dan wortel itu berjalan berdampingan di bagian paling depan kelompok, Kuzaku, Merry, Setora, dan Kiichi mengikutinya di belakang mereka, sedangkan Neal bagian paling belakang.
“Ah!” dan "Gyah!" para goblin terus berteriak di kejauhan.
Ya.
Ini adalah Kota Tua Damuro, sarang goblin.
Mereka bisa melihat goblin di atap-atap, dan di lantai dua gedung-gedung yang runtuh. Para Goblin juga menjulurkan kepala mereka dari puing-puing, dan bayangan pilar.
Ketika Haruhiro dan yang lainnya mendekat, semua goblin itu bersembunyi, atau melarikan diri.
Kadang-kadang mereka akan berteriak untuk mengintimidasi kelompok tersebut. Pernah sekali seorang goblin melemparkan batu ke arah mereka dari tempat yang tidak bisa mereka capai.
Terlepas dari itu semua, untuk saat ini, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerang. Para goblin dari Kota Tua sedang mengawasi kelompok itu dengan gelisah untuk melihat apa akan mereka lakukan selanjutnya.
“Lagipula, mereka hanya sekelompok pecundang yang tersingkirkan dari Kota Baru."
Wortel bergerak itu bertingkah angkuh. Dia berharap sikap itu akan membuatnya ceroboh, sehingga dia akan tergelincir dan mendapatkan masalah. Tapi dalam situasi ini, itu juga akan mempengaruhi mereka. Ini sulit. Apakah ada suatu hal buruk yang hanya bisa berefek pada si wortel itu?
“Kumpulan sampah gob dari Kota Tua tidak bisa menentang raja gob. Mereka tahu bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun terhadap sekelompok tentara sukarelawan manusia yang serius. Mereka hanya sampah kecil yang tidak berharga. Kalian bisa terus maju ke depan dan mengabaikan mereka. Jika kita bertindak seperti kita memiliki tempat ini, mereka tidak akan mengganggu kita.”
Haruhiro dan yang lainnya tetap diam. Sepertinya bukan dia saja yang merasa seperti itu. Merry, Setora, dan Kuzaku juga tidak berniat untuk berbicara dengan si wortel itu.
Wortel yang bergerak itu mendecakkan lidahnya. Sepertinya dia merasa kesal karena diabaikan, meskipun dia hanyalah wortel.
Setelah beberapa waktu, Neal membuka mulutnya.
“Yah, jadi begini rasanya, ya…”
Neal adalah anak buah Jenderal Jin Mogis, dan wortel yang bergerak itu adalah perwakilan dari sekutunya. Sejauh menyangkut Neal, bahkan jika itu wortel bergerak yang dia hadapi, dia harus cukup perhatian padanya. Itu kah yang sedang dia lakukan sekarang?
Haruhiro berharap mereka berdua akan saling berteman. Untuk bagiannya, dia ingin melakukan sesedikit mungkin untuk berhubungan dengan salah satu dari mereka, dan menyelesaikan apa yang perlu dia lakukan dengan aman. Dia juga ingin agar Shihoru kembali pada mereka.
Ini adalah misi yang dipercayakan kepada Haruhiro dan partynya:
Melewati Kota Tua Damuro untuk menuju ke Kota Baru.
Bertemu dengan Raja para goblin, Gwagajin, atau mogado.
Sampaikan permintaan Jin Mogis, lalu terima jawabannya.
Kembali ke Altana, dan sampaikan jawaban Mogado Gwagajin kepada jenderal.
Mereka sebenarnya tidak mendapatkan pernyataan dari jenderal bahwa dia telah menculik Shihoru, tetapi dia mengatakan, “Jika kamu memenuhi tugasmu, semuanya akan berada di tempatnya.” Itu berarti dia akan melepaskan Shihoru tanpa cedera. Jika tidak, maka Haruhiro dan yang lainnya akan mengambil tindakan tanpa ada ruang diskusi lebih lanjut. Mereka tidak akan menahan diri jika itu yang terjadi.
Dan juga, Neal adalah pengawas mereka. Wortel yang bergerak itu rupanya adalah orang yang akan bernegosiasi dengan Mogado Gwagajin. Sulit membayangkan kalau ada orang yang bisa berkomunikasi dengan goblin, tapi ternyata wortel ini bisa. Apakah karena dia itu wortel? Dia tidak mengerti, tapi ternyata ada caranya. Mereka tidak akan pergi ke sana jika tidak punya caranya.
Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, misi ini tidak mungkin akan menjadi misi yang aman.
Damuro adalah wilayah musuh.
Selain itu, Altana telah ditempati oleh para goblin sampai baru-baru ini.
Mereka telah membunuh banyak manusia.
Itu belum semuanya. Mereka juga telah memakan mayat-mayatnya.
Tampaknya para goblin juga memakan jenis mereka sendiri, jadi mereka mungkin tidak bermaksud untuk menghina secara khusus.
Apa salahnya memakan orang mati? Kalian juga memakan daging hewan, kan?
Jika mereka mengatakan itu padanya, dia akan berjuang untuk menemukan jawaban. Tetapi bahkan mengesampingkan itu, para goblin secara terang-terangan memusuhi umat manusia.
Menurut wortel yang bergerak, para goblin di Kota Baru tidak seperti yang ada di Kota Tua. Yang ada disini hanyalah anggota paling rendah dari masyarakat goblin, artinya mereka itu ampas semata.
Para goblin di Kota Tua tampak menyedihkan jika dibandingkan dengan goblin yang pernah menduduki Altana. Meskipun ada perbedaan individu, secara keseluruhan, tak satupun dari mereka yang tampak begitu kuat. Bahkan ketika Ekspedisi Selatan menyerang, mereka tampaknya tidak mau repot-repot untuk memobilisasi goblin di Kota Tua.
Haruhiro tidak tahu apakah dia beruntung atau tidak beruntung karena melupakan ini, tapi sekitar lima tahun yang lalu, Haruhiro dan partynya biasa datang ke Kota Tua Damuro setiap hari.
Untuk apa mereka datang ke sini? Sudah pasti kalau itu bukan untuk berpiknik. Mereka hanya bekerja untuk mencari nafkah. Party itu biasa berburu goblin. Kota Tua Damuro adalah tempat berburu yang ideal bagi tentara sukarelawan yang baru dibentuk.
Banyak peserta pelatihan tentara sukarelawan telah mengumpulkan pengalaman di Kota Tua ini, dan tumbuh untuk terbiasa membunuh makhluk hidup dengan tangan mereka sendiri. Kemudian mereka akan menjadi tentara sukarelawan sepenuhnya, lalu meninggalkan tempat ini. Haruhiro pasti salah satu dari mereka.
Tapi goblin juga makhluk hidup. Sudah pasti kalau mereka tidak menganggapi itu dengan diam saja.
Di masa pelatihan mereka, party Haruhiro telah kehilangan seorang rekan bernama Manato. Dia tahu itu karena Merry telah memberitahunya tentang hal itu. Mereka telah membalaskan dendamnya terhadap para goblin di Kota Tua.
Bunuh, dan dibunuh, lalu bunuh, dan dibunuh lagi. Itu adalah lingkaran setan. Jika mereka tidak memutuskan rantai di suatu tempat, itu tidak akan pernah berakhir. Namun, entah dia mengingatnya atau tidak, Haruhiro telah membunuh banyak goblin dari Kota Tua. Jadi dia sudah pasti adalah seorang pembunuh.
Ayo kita hentikan pembunuhan yang sia-sia ini.
Dia tidak dalam posisi untuk mengucapkan kata-kata itu, jadi dia tidak akan mengatakannya. Jika goblin dari Kota Tua menyerang mereka, dia akan melawan mereka tanpa ragu. Dia juga tidak akan menunjukkan belas kasih. Jika pertempuran bisa dihindari, maka itu lah yang terbaik.
Tapi kurasa itu tidak akan terjadi.
“Gungya!” teriak seorang goblin.
Itu dekat.
Dibelakangnya.
Haruhiro berbalik. Goblin itu ada di dalam reruntuhan, sekitar sepuluh meter di belakang mereka ke kiri. Bangunan itu berlantai dua, tetapi sebagian besarnya sudah hancur. Hanya sekitar setengah dari setiap lantai yang tersisa. Itu dia. Di lantai dua. Seorang goblin. Mengenakan setelan chainmail yang penuh lubang. Apa dia sedang memegang tombak di tangannya? Tombak itu pendek. Apakah dia berencana untuk melemparnya dari sana?
“Kuzaku…!”
Bahkan sebelum Haruhiro memanggil namanya, Kuzaku sudah menghunuskan katana besarnya dan berbalik untuk menyerang. Tombak itu terbang. Kuzaku menepisnya dengan satu ayunan. Neal berteriak.
“Itu tadi berbahaya!”
Apa yang kau bicarakan!? Kau itu seharusnya yang mengawasi keadaan di sana!
Haruhiro menghunus belatinya saat dia melihat sekeliling sambil mengutuk-ngutuk Neal.
Untuk apa kami menempatkanmu di belakang sana? Jangan lengah, idiot. Jadilah berguna jika kau ingin hidup!
“Apa-apaan itu?! Kau itu hanya bajingan kecil yang menyebalkan! ”
Wortel yang bergerak itu mencengkeram hiasan rambut kecilnya yang mewah, atau apa pun itu. Meskipun tidak terlihat seperti itu, tapi hiasan rambut tersebut merupakan relik.
"Majulah!"
Ketika Haruhiro berlari menuju reruntuhan di depan kanan mereka, semua orang mengikutinya tanpa penundaan.
Itu adalah bangunan berlantai satu. Dua pertiga dari dinding masih utuh. Tapi langit-langitnya telah
runtuh. Tidak ada goblin di dalamnya. Dia bisa mengkonfirmasi itu dengan cepat.
Dengan punggung menempel ke reruntuhan, mereka memposisikan diri sehingga bidang penglihatan kolektif mereka mencakup ke segala arah. Kiichi memanjat dinding dan berdiri di atas tiang penyangga.
Neal, meskipun karena kegagalannya tadi, masih lah seorang scout yang aktif. Selama dia tidak lengah, dia bisa melakukan banyak hal. Bahkan wortel yang bergerak itu kooperatif dan bersedia bertindak sebagai salah satu dari mereka sedikit mengejutkan. Masa lalu Hiyomu si wortel yang bergerak tidak jelas, tapi dia mungkin punya pengalaman sebagai tentara sukarelawan.
"Lima di selatan," kata Setora dengan suara tenang.
"Di Barat, tiga," lanjut Merry.
"Lima di timur kurasa?" Kuzaku memiringkan kepalanya ke samping. “Bukan itu, enam. Atau mungkin delapan.”
Dia tidak menentu, jadi Neil mengoreksinya.
“Pasti ada lebih dari sepuluh. Di mana matamu itu?”
Haruhiro melirik goblin yang rekan-rekannya temukan.
“Mereka terorganisir...”
Mereka bukan segerombolan yang tidak teratur. Mereka memiliki seorang pemimpin. Dimana dia?
“Sepertinya mereka akan menyerang dari timur. Aku akan menahannya,” Kuzaku menyiapkan katana besarnya. "Aku akan baik-baik saja dengan dukungan yang sedikit."
“Musuh di selatan dan barat mencoba bertemu. Bukankah timur hanyalah umpan saja?” kata Setora dengan jelas.
“Sebelah Utara itu mencurigakan,” kata Hiyomu. “Baru saja, salah satu makhluk kecil itu menjulurkan kepalanya, lalu bersembunyi. Gob itu sangat licik.”
“Serahkan bagian sini pada kami,” kata Neal sambil tertawa jahat, lalu mendorong bahu Haruhiro. "Pergilah ke sana, pahlawan."
Haruskah aku menendangnya? pikir Haruhiro sejenak. Tapi sudah jelas kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang sia-sia seperti itu.
Utara, ya? Dia tidak melihat goblin disana. Bisakah dia mempercayai apa yang dikatakan Hiyomu? Dia tidak mempercayainya sedikit pun sebagai pribadi. Namun, jika mereka tidak bisa keluar dari situasi ini, Hiyomu juga akan berada dalam masalah. Selain itu, sepertinya Hiyomu dan Master Menara Terlarang tidak bermaksud untuk menyakiti Party Haruhiro. Siapa Master Menara Terlarang? Itu tidak jelas pada saat ini, tetapi dia pasti memiliki beberapa tujuan. Mereka mencoba menggunakan Party Haruhiro untuk mencapainya.
“Kuzaku, hadapi musuh sebagai penyerang terdepan. Setora, kau lah yang jadi komando sekarang.
Aku akan menemukan dan membunuh pemimpin musuh.”
Haruhiro tidak menunggu jawaban dari mereka. Dia tenggelam ke dalam tanah. Itu adalah gambaran mental yang dia gunakan. —Stealth.
Dia segera pindah dari tempat dia berada dan menuju ke utara. Dia tidak berjalan langsung di tengah-tengah jalanan. Dengan kemampuan terbaiknya, dia menggunakan reruntuhan, puing-puing, dan bayangan yang mereka buat untuk menyembunyikan dirinya saat dia berjalan.
Sesekali ia memotong jalan. Dia tidak takut. Dia merasakan — insting, hanya itu yang bisa dia pikirkan untuk menyebutnya — saat dia akan ditemukan. Kali ini, dia tidak merasa akan ditemukan.
Kuzaku dan yang lainnya sedang bertarung. Dia tidak berbalik untuk melihat. Mereka baik-baik saja. Dia bisa menyerahkan ini kepada mereka.
Dia tidak mencari. Jika dia pergi mencari, akan lebih mungkin dia akan kehilangan apa yang ingin dia temukan. Dia mengambil pandangan yang luas dari seluruh pemandangan. Jika ada sesuatu yang bergerak, bentuk atau warna apa pun yang tampak tidak pada tempatnya, perhatiannya akan beralih ke arah tersebut dengan sendirinya.
Dia menemukannya. Seorang goblin. Kulit mereka umumnya berwarna hijau kekuningan. Reruntuhan itu ditutupi lumut, ivy, dan tanaman merambat, sehingga memberikan beberapa tingkat kamuflase. Tapi masih menonjol ketika ada sesuatu yang bergerak.
Di depan kanannya, sekitar tiga puluh meter jauhnya, ada reruntuhan besar berlantai dua. Lantai pertama kokoh. Lantai kedua setengah hancur, seperti semacam teras yang telah runtuh.
Haruhiro menempelkan punggungnya ke dinding luar reruntuhan di dekatnya, dan mengamati teras yang dimaksud. Ada dua goblin di atas sana sekarang. Mereka berjongkok di bawah bayang-bayang perabot berbentuk kotak yang tergeletak miring, sesekali mereka menjulurkan kepalanya dari sana.
Apakah hanya mereka berdua? Tidak. Dua pertiga dari lantai dua telah direduksi menjadi seperti teras, tetapi sepertiga sisanya masih memiliki atap dan dinding. Ada juga tangga di sana.
Satu goblin menaiki tangga. Apakah dia mencoba untuk bergabung dengan goblin yang di atas? Ia menjaga posturnya tetap rendah, dan bergegas ke bayangan perabotan.
Haruhiro menuju ke posisi para goblin. Para goblin di teras tetap waspada terhadap sekeliling mereka. Jadi dia juga harus sedikit berhati-hati.
Dia sudah mencapai reruntuhan. Teras lantai dua berada di atas kepala Haruhiro. Dindingnya dipenuhi dengan tanaman ivy. Ada satu jendela sekitar tiga meter di depannya. Dia mencoba mendekatinya.
Dia mendengar suara-suara. Suara goblin. Di dalam reruntuhan, para goblin sedang berbicara. Apakah ada dua atau tiga dari mereka? Atau nungkin lebih banyak dari itu?
Dia mengintip melalui jendela ke dalam gedung. Ada sebuah ruangan besar, dan tangga di belakang. Dia melihat enam, tujuh — delapan goblin.
Seorang turun dari tangga, lalu goblin lain naik untuk menggantikannya.
Kursi, bukan itu, meja? Salah satu goblin sedang duduk di atas meja. Goblin itu sendiri sepertinya memiliki peralatan yang lebih baik dari yang lain. Itu agak tidak pas, tapi itu masihlah baju besi tembaga, dan bahkan memakai helm juga. Armor dan helm berkilauan. Itu pasti telah dipoles dengan hati-hati. Ada sejumlah belati, mungkin empat, tergantung di pinggangnya, dan sebuah pedang panjang di punggungnya.
Itulah pemimpinnya, pikir Haruhiro. Yang lain tampak jelas tunduk pada goblin tersebut.
Selain gob helm, ada empat goblin yang membawa busur silang. Gob berbusur membutuhkan dia untuk ekstra hati-hati. Bahkan dengan Merry di sini, panah yang tertembak ke arah vital akan menjadi kabar buruk.
Haruhiro bergerak lagi sekitar lima meter di sepanjang dinding. Ada sesuatu yang tampak seperti jalan masuk dan keluar. Tidak ada pintu disana. Tapi hanya lubang sederhana yang tinggi dan sempit. Ada tanda-tanda tanaman ivy nya baru-baru ini dibabad habis.
Dia melihat ke dalam melalui pintu masuk. Terlalu jauh. Gob helm itu tujuh, delapan meter jauhnya. Jendela itu lebih dekat. Bahkan di sana jaraknya lima meter, dan mereka akan menyadarinya jika dia masuk melalui jendela.
Haruhiro memutuskan untuk memanjat dinding, di area dimana lantai dua masih memiliki dinding dan langit-langit. Sepertinya tempat yang bagus untuk dimulai.
Tanaman-tanaman Ivy tidak bisa menahan berat badan Haruhiro. Jadi dia menggunakan tonjolan batu sebagai pegangan dan pijakannya, lalu dengan cepat naik ke atap lantai dua.
Atapnya menggunakan semacam genteng. Haruhiro merangkak ke depan, dan berhati-hati agar tidak merusaknya. Dia melihat ke teras dari atas. Apakah perabot berbentuk kotak itu adalah lemari? Tiga goblin berkerumun di dekat bayangannya.
Satu goblin menjulurkan kepalanya dari balik lemari. Dia melihat ke sekeliling, lalu dengan cepat merunduk lagi.
Para goblin itu bertugas sebagai pengintai. Mungkin ada dua orang di atas sana di setiap saat, dengan goblin yang satu lagi bertugas sebagai utusan. Jadi tiga totalnya, ya?
Jika hanya dua, dia bisa menghabisinya dengan cepat. Yang ketiga akan menimbulkan keributan. Para goblin di bawah akan menyadari ada yang salah. Jadi itu bukanlah rencana yang bagus.
Para goblin pengintai hanya mengawasi hal-hal di luar reruntuhan ini. Tidak mungkin baginya untuk membunuh ketiganya sekaligus. Tapi dia tidak benar-benar perlu membunuh para pengintai. Itu benar. Ini akan berhasil.
Haruhiro berbalik dan menurunkan dirinya ke bawah dinding untuk sampai di lantai teras.
Satu goblin menjulurkan kepalanya dari balik lemari, dan melihat sekeliling dengan gelisah. Tapi dia sama sekali tidak menyadari Haruhiro. Haruhiro menuju tangga. Goblin pengintai masih belum menyadarinya. Juga tidak ada tanda-tanda seseorang akan menaiki tangga.
Haruhiro menuruni tangga dengan tangannya menyentuh gagang belati. Ada pendaratan di tengah. Bahkan tanpa turun sejauh itu, jika dia berjongkok, dia bisa melihat ke lantai pertama.
Ada jarak kira-kira dua meter dari bagian bawah tangga di lantai pertama ke tempat gob helm itu duduk. Empat busur panah dekat dengan meja, dan empat lainnya sedikit lebih jauh.
Gob helm itu mengatakan sesuatu, dan gob berbusur mengeluarkan suara yang terdengar seperti tawa. Kemudian gob lainnya tertawa dan bertepuk tangan juga. Ya, gob helm itu pasti pemimpinnya. Gob berbusur adalah pengikut dekatnya, dan goblin lainnya mungkin berada di posisi sebagai budak. Dinamika kekuasaan disini sudah terlihat jelas.
Haruhiro menarik belatinya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Atau mungkin akan lebih akurat untuk mengatakan dia bisa melihatnya. Video itu diputar di dalam kepalanya. Haruhiro hanya harus mengikutinya.
Dia menuruni tangga. Dia akan segera mendarat.
Gob helm mengatakan sesuatu lagi. Para goblin tertawa.
Dia melewati pendaratan, dan turun lebih jauh.
Sisi kanan tubuh gob helm itu menghadap ke arahnya. Dua dari gob berbusur pasti memiliki Haruhiro di bidang penglihatan mereka. Mereka seharusnya bisa melihatnya, tetapi tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa Haruhiro akan ada di sana, jadi mereka masih belum menyadarinya. Tetapi mereka bisa saja menemukannya setiap saat.
Dia mencapai bagian bawah tangga. Gob helm itu berada tepat di depannya.
Jika aku berhenti sekarang, aku pasti akan menjadi sangat kacau.
Pikiran itu membuatnya kaku. Jadi dia terus bergerak.
Haruhiro mencoba berputar-putar di belakang gob helm itu. Setelah dua kali melangkah, salah satu gob berbusur menelan ludah. Dia menatapnya dengan mata yang melotot. Dia sudah ketahuan.
Dia jadi berpikir, Apa baru sekarang kau menyadariku? Panik adalah hal terburuk yang harus dia hindari. Dia harus mundur atau maju sekarang, dan dia tidak bisa menunda keputusan itu.
Haruhiro melompat ke arah gob helm itu. Dia melingkarkan lengan kirinya di lehernya dari belakang. Helmnya terlalu besar untuk goblin ini, dan juga mudah tergelincir ke samping. Setelah lehernya terlihat, dia menikam belati dia memegang dengan pegangan backhand ke dalamnya. Gob helm tersebut mulai meronta-ronta setelah itu. Tapi sudah terlambat.
Haruhiro masih memegang gob helm yang telah mati seketika di lengan kirinya, lalu dia melesat menuju pintu keluar.
Salah satu gob berbusur mengarahkan senjatanya ke arah Haruhiro. Dia berniat untuk menggunakan gob helm sebagai tameng jika panahnya ditembakkan. Tapi goblin itu tidak melakukannya.
Para goblin mulai membuat kegaduahan. Tapi pada saat itu, Haruhiro sudah berada di luar.
Dia membuang mayat gob helm saat dia berlari ke tempat dia naik ke lantai dua sebelumnya. Gob berbusur keluar dari reruntuhan untuk mengejar Haruhiro. Tapi dia sudah memanjat dinding dengan belati mulutnya. Para goblin tidak bisa menemukan Haruhiro sekarang.
Dia naik ke atap lantai dua. Para goblin di teras sedang melihat ke bawah, dan memekik ketika mereka mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mereka bingung dan panik. Jadi itu membuat Haruhiro mudah melakukan pekerjaannya.
Dia melompat ke teras dan langsung menusuk punggung salah satu gob pengintai dengan belatinya yang membuat Gob itu terbunuh seketika. Gob pengintai lainnya sedang bersandar di tepi teras. Haruhiro melepaskannya, lalu menangani goblin yang tersisa dan menggorok lehernya.
Gob pengintai berteriak "Gyah!" karena jatuh ke lantai bawah, tapi ini hanya lantai dua. Dari tanah, ia dengan cepat berdiri, dan menatap Haruhiro.
“Ngyahgwoah!”
Dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia katakan, tetapi dia berasumsi bahwa dia mengatakan sesuatu seperti, Itu musuh! Dia disana!
Dua dari gob berbusur membidik Haruhiro. Dia langsung menunduk tepat setelah baut terbang ke arahnya. Baut-baut itu melewati jauh di atas kepalanya. Lalu segera diikuti oleh dua lainnya. Baut-baut itu ditembakkan dari bawah, jadi tidak mungkin mengenai Haruhiro yang ada di teras.
Gob berbusur itu berteriak. Dilihat dari suara yang mereka buat, sejumlah goblin telah berlari kembali ke reruntuhan. Mereka sedang menaiki tangga untuk menyerang Haruhiro di teras.
Haruhiro berdiri, dan segera melemparkan dirinya dari teras. Ada tiga gob berbusur di bawah. Apakah yang satunya lagi ada di dalam reruntuhan bersama dengan gob lainnya?
Setelah mendarat, dia langsung mendekati gob berbusur. Gob itu tampak sangat terkejut. Ketika dia berada dalam posisi untuk menyerangnya, goblin itu tidak menembakkan panahnya, tetapi menjulurkannya ke depan dalam posisi bertahan untuk melindungi dirinya sendiri. Dia benar-benar ketakutan, dan siap melarikan diri.
Haruhiro mencoba merebut panah dengan tangan kirinya. Gob berbusur itu secara refleks menarik panahnya ke dirinya sendiri untuk mencoba menghentikan dia merebut busurnya. Ketika Haruhiro melepaskannya, gob itu terlempar kebelakang. Karena keseimbangannya goyah sekarang, punggung gob berbusur itu terbuka, jadi dia bisa menanamkan belati ke dalamnya dengan mudah.
Karena alasan yang tidak diketahuinya, dia tahu bagaimana cara menusuk yang mematikan, sudut mana yang tepat untuk menyerang, dan seberapa dalam, seolah-olah itu adalah kebiasaan baginya. Itu tampak mengerikan bahkan baginya, tetapi itu membuat segalanya lebih mudah.
Ada dua gob berbusur yang tersisa. Salah satunya melarikan diri ke reruntuhan. Yang lain melemparkan panahnya ke arahnya. Dia menghindarinya, lalu mendekati goblin itu.
Dia menyerang gob berbusur itu di rahang dengan telapak tangannya, lalu menyapu kakinya dari bawah dengan keras, dan dia gorok tenggorokan goblin itu agar tidak bisa bernapas. Darah mengalir dari arteri karotisnya. Dan sekarang, hanya kematian yang menunggunya.
Dia masuk ke reruntuhan lagi, dan gob berbusur yang melarikan diri ada di sana sedang berbalik darinya. Dia langsung menyerbunya, dan menusukkan belatinya ke titik vital di punggung.
Hanya satu gob berbusur yang tersisa. Empat goblin lainnya sudah setengah jalan dari tangga untuk
mengejarnya. Mereka berbalik, berteriak keras, dan sangat panik. Mereka takut pada Haruhiro.
Tentu saja mereka akan takut. Dia basah kuyup dari kepala sampai kaki dengan darah goblin. Dia mungkin telah melakukan ini karena keadaan yang terpaksa, tetapi para goblin tidak akan percaya itu. Seorang pembunuh massal muncul, dan sedang membunuh rekan-rekan mereka satu demi satu. Di mata goblin, Haruhiro pastilah seorang monster.
Dia berbohong jika dia mengatakan itu tidak menyakitkan sedikit pun. Tapi dia tidak bisa menyerah pada mereka. Haruhiro mengejar gob berbusur itu. Kakinya pasti kelelahan, karena gob itu jatuh segera setelah sampai di pendaratan.
"...SIALAN."
Haruhiro merebut busurnya, lalu menendang pantatnya.
“Tinggalkan kami sendiri. Kalian juga tidak ingin mati, kan?”
Tidak peduli apa yang dia katakan, mereka tidak akan mengerti. Tapi meskipun mereka tidak mengerti apa yang dia katakan, dia masih berharap kalau ancaman itu akan berhasil.
Masih memegang panah di tangannya, Haruhiro memunggungi gob berbusur itu.
Gob berbusur itu tidak bergerak. Goblin lain di atas juga tetap diam.
Ketika dia sampai di pintu keluar, Haruhiro berbalik untuk melihat mereka. Gob berbusur dan gob lain menatapnya. Mereka semua gemetaran.
Haruhiro melemparkan panahnya ke lantai, dan semua goblin melompat terkejut. Dia mungkin sudah cukup mengintimidasi mereka. Dia berharap begitu. Jika tidak, maka dia harus membunuh mereka lebih banyak. Dia ingin menghindari itu sebisa mungkin.
“...Bukan berarti aku dalam posisi untuk mengatakan aku tidak ingin membunuh setelah semua yang telah kulakukan ini.”
Haruhiro meninggalkan reruntuhan itu. Dia menjauh, dan berbaluk lagi untuk melihat reruntuhan tadi. Para goblin masih belum keluar. Dia juga tidak melihat ada goblin di teras lantai kedua. Apakah mereka mengira dia ada di luar, menunggu untuk menyergap mereka?
"Apa aku teralalu berlebihan...?"
Haruhiro bergegas kembali ke rekan-rekannya. Dia tahu bahwa mereka juga sudah menyelesaikan semua bagiannya masing-masing. Sepertinya semua orang baik-baik saja. Lebih dari sepuluh goblin tergeletak mati. Sebagian besar dari mereka telah dibunuh dengan katana besar milik Kuzaku.
“Kerja bagus, bung,” kata Kuzaku. Dia bertingkah sangat ceria dan santai tentang semua ini, padahal dia lebih banyak bermandikan darah ketimbang Haruhiro. Itu agak tidak pada tempatnya.
"Yah, aku tidak tahu apakah aku bisa menyebutnya sebagai pekerjaan yang bagus ."
“Para goblin dari Kota Tua tidak bisa melakukan perlawanan yang layak. Mungkinkah karena aku terlalu kuat?"
"Jangan jadi sombong, bodoh." Setora meninju bahu Kuzaku.
"Ayolah, aku tadi hanya bercanda, oke?"
"Jika kau berniat untuk bercanda, maka buatlah itu terdengar seperti lelucon."
"Dia itu benar-benar orang yang super-duper konyol, ya kan?" Hiyomu menyela, dan Kuzaku tampak terluka karena itu.
"Aku tidak ingin mendengar itu darimu ..."
Neal tersenyum tipis. Sepertinya dia ingin setuju. Bahkan jika dia mempertimbangkan perasaan Hiyomu, dia pasti sudah muak dengannya sekarang.
"Gimana jadinya tadi?" tanya Merry pada Haruhiro. Haruhiro mengangguk secara refleks, tetapi dia tidak ingin membahasnya.
“...Aku telah membunuh goblin yang kuduga sebagai pemimpin mereka. Ayo kita terus maju.”
“Kiichi!”
Ketika Setora memanggil namanya, Kiichi dengan gesit melompat turun dari atas reruntuhan.
Haruhiro menarik napas dalam-dalam. Dia harus menjadi serius lagi. Dia telah menangani sekelompok goblin yang dipimpin oleh gob helm. Tapi itu saja. Kelompok lain mungkin akan menyerang mereka lagi nanti.
Merry menghampirinya. Haruhiro berpikir dia mungkin akan bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?" Jika dia menanyakan itu, dia akan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tapi bukan itu yang terjadi.
Merry meraih tangan kiri Haruhiro, dan memeriksa pergelangan tangannya.
"Sihirnya sudah hilang."
"...Oh. Ya, itu sudah hilang.”
Merry telah merapalkan mantra sihir pendukung Dewa Cahaya Lumiaris Protection dan Assist pada Haruhiro, Kuzaku, Setora, dan dirinya sendiri, bersama dengan Hiyomu dan Neal, sesuai dengan jumlah maksimal sihir tersebut. Setelah melantunkan mantranya, efek dari sihir itu berdurasi sekitar tiga puluh menit, jadi Merry akan menyusunnya kembali sebelum itu habis.
Dua heksagram dengan warna berbeda masih bersinar di pergelangan tangan kiri Merry. Sepertinya Kuzaku dan yang lainnya juga memilikinya. Rupanya, sihirnya telah memudar karena Haruhiro berada terlalu jauh dari Merry.
"Aku akan menyusunnya kembali."
Merry masih memegang pergelangan tangan Haruhiro saat dia membuat tanda heksagram dengan jari-jari tangannya yang lain.
“O Cahaya, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamu... Protection. -Assist."
Dua heksagram menyala di pergelangan tangan Haruhiro saat dia melihatnya.
Segera setelah itu, tubuh dan hatinya terasa lebih ringan. Dia tidak tahu kalau sihir Merry juga akan mempengaruhi hatinya.
"Terima kasih."
“Ini bukan apa-apa kok.” Merry tersenyum.
Huh? Haruhiro berpikir dengan curiga. Apa ini? Dadaku terasa aneh.
Ini menyakitkan.
Dia tidak merasa dingin, tapi merinding. Ada gemerisik di belakang lehernya. Tenggorokannya tercekat, dan dia tidak bisa berbicara.
"Apa ada yang salah?" Merry memiringkan kepalanya ke samping.
Tidak, tidak ada yang salah, dia ingin mengatakan itu, tapi mulutnya hanya terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan kata-kata apa pun.
"Ah!" Merry melepaskan pergelangan tangan Haruhiro, lalu menundukkan kepalanya. Pipi dan telinganya memerah. "Maaf," Merry meminta maaf dengan suara kecil sambil menarik-narik rambutnya sendiri. “Aku hanya... hanya berniat untuk memeriksa keadaanmu. Itu saja. Ya, itu saja kok."
"...Ya."
Haruhiro juga menurunkan pandangannya ke bawah. Merry mengucapkan kata-kata itu dengan tergesa-gesa, seolah-olah dia sedang membuat alasan, tapi mengapa dia melakukan itu? Sejujurnya, dia juga tidak tahu. Bukan hanya Merry. Dia juga cukup bingung. Kenapa dia panik seperti ini?
Dia tidak bisa menghilangkan ekspresi malu-malu Merry dari kepalanya. Tentu saja dia tidak bisa. Merry berada tepat di depan matanya. Jika dia mengangkat pandangannya sedikit saja, maka dia bisa melihat ekspersi malunya dengan bebas.
Tapi aku tidak bisa melihatnya.
Jantungku berpacu seperti orang gila.
Ini gawat, ya kan? Keadaanku yang sekarang ini. Tenanglah diriku. Jika kau tidak menjernihkan pikiranmu, maka kau tidak akan bisa bergerak maju.
Apa yang sebenarnya telah terjadi padaku?
Seseorang, tolong jawab aku.
Bukan berarti bahwa aku bisa menanyakan itu.
Komentar
Posting Komentar