Bab 7: Masa Depan Selalu Menggandeng Masa Lalu

Kiyoe (ピーター) on Twitter: "Hai to Gensou no Grimgar Volume 15 illust.  https://t.co/sN7sls1ohT" / Twitter

Mereka berjalan sepanjang malam, dan menjelang fajar mereka telah tiba di hutan yang ada di kaki Pegunungan Tenryu. Meskipun ini masih kaki Pegunungan Tenryu, bekas lokasi perkemahan kelompok tersebut jaraknya lebih dari 50, atau mungkin 60 kilometer lebih.

 

Semua orang benar-benar kelelahan, tetapi jika mereka berkemah disini tanpa mengetahui apa saja yang ada di daerah tersebut, itu akan sangat berbahaya. Pertama mereka perlu memahami medan area tersebut, mencari tahu apakah ada binatang buas yang berbahaya, dan memeriksa sumber yang berpotensial ada airnya. Matahari sudah terbit, jadi mereka tidak akan memiliki waktu yang mudah untuk tidur. Lebih baik jika mereka menyelesaikan sesuatu yang perlu diselesaikan dulu.

 

Mereka dengan mudah menemukan sungai. Di sebelah sungai ada sebuah gua, tapi didalamnya penuh dengan kelelawar dan tertutup oleh kotoran mereka. Jika mereka akan menggunakan gua itu, mereka harus mengusir kelelawar-kelelawar tersebut dan membersihkan kotoran mereka.

 

Pepohonan di sini lebih lebat daripada di dekat lembah. Lebih seperti hutan rimba. Mungkin karena ada cekungan Sungai Jet disini, pepohonan dan tanaman tampak sangat hidup di sekitarnya. Di tempat ini juga terasa lembab baik di udara maupun di tanah.

 

Mereka pernah melihat sekilas seekor kadal besar yang berkaki dua dari kejauhan. Merry mengatakan kalau itu mungkin kuda-naga liar yang merupakan spesies naga kecil. Mereka yang dibesarkan di penangkaran rupanya bisa membawa seseorang di punggung mereka.

 

Di sore hari, Haruhiro dan yang lainnya beristirahat sebentar di tempat mereka pertama kali menemukan sungai. Ada batu besar berlumut, dan ruang terbuka kecil di bawahnya. Mereka memutuskan untuk menggunakan batu itu sebagai situs berkemah sementara mereka, meskipun akan ada hal yang positif dan negatif jika mereka tinggal di tempat yang sangat menonjol seperti itu.

 

Bahkan saat yang lain duduk di tanah, Haruhiro tetap berdiri. Dia memiliki perasaan yang samar jika dia duduk sekarang, itu akan menyedot semangatnya.

 

Kiichi berada di atas sebuah batu besar untuk berjaga-jaga.

 

Tidak ada yang berbicara. Kuzaku dan Merry sama-sama mencoba mengatakan sesuatu, tapi menutup mulut mereka sebelum mengeluarkan suara. Mereka pasti merasa sedih. Bahkan jika mereka tidak merasa seperti itu, tidak aneh bagi mereka untuk merasa kalah, dipukuli, dan tidak termotivasi.

 

Dataran Quickwind juga telah diduduki oleh musuh.

 

Mereka tidak punya sekutu di sini, dan meskipun jika mereka punya sekutu, mereka pasti sedang bersembunyi. Sama seperti kelompok mereka.

 

Mungkin itu artinya tidak ada kekuatan sekutu yang cukup besar untuk bisa menyerang musuh yang telah menduduki Altana, Deadhead Watching Keep, dan Riverside Iron Fortress. Bahkan jika Tentara Perbatasan dan tentara sukarelawan masih hidup dan sehat, mereka pasti berada dalam situasi yang sama seperti Haruhiro dan kelompoknya yang sedang berlari dan bersembunyi untuk bisa bertahan hidup.

 

Yah, tidak ada yang berubah.

Haruhiro hendak mengatakan itu beberapa kali, tapi selalu berhenti setiap kali dia hampir mengatakannya. Meskipun itu benar, itu tidak akan menjadi hal yang berguna untuk dikatakan.

 

Kita tidak punya harapan yang nyata.

 

Haruhiro sudah mengira bahwa area ini telah dipenuhi oleh musuh. Dari awal dia tidak memiliki keyakinan sedikit pun bahwa mungkin, hanya mungkin, ada beberapa harapan.

 

Dia ingin berteriak, Apa-apaan ini? Persetan ini! Itu tidak adil! Apakah aku melakukan sesuatu yang pantas untuk mendapatkan ini? Bahkan jika aku melakukannya, itu terlalu kejam!

 

Jika dia bisa menipu dirinya sendiri untuk melanjutkan perjalanan, dia secara bertahap akan terbiasa melakukan itu. Sebenarnya, dia sudah merasa jauh lebih baik dari kemarin.

 

Dia menebak, bahkan jika ada sedikit perbedaan, mereka semua merasa hal yang sama dengannya.

 

Segala sesuatu menjadi sulit sekarang, tetapi jika mereka bisa melewati masa-masa sulit ini, mereka akan mampu bertahan entah bagaimana.

 

"Ayo kita makan sesuatu," kata Haruhiro.

 

Merry, Setora, dan Shihoru menatap Haruhiro dengan linglung. Tanggapan mereka suram dan lemah. Kuzaku bahkan tidak mengangkat pandangannya.

 

Haruhiro memukul bagian atas kepala Kuzaku.

 

"Waktunya makan."

 

“...Aw!” Kuzaku menekankan tangan ke kepalanya dan menatap Haruhiro. "...Hah? Makan?"

 

"Ya. Ayo makan."

 

"...Ok."

 

Bahkan saat dia berpikir, Berapa kali aku harus mengatakannya? Haruhiro mengulangi ucapannya sendiri.

 

“Ayo cari makanan.”

 

Bahkan tanpa keluar untuk mencari lebih banyak makanan, mereka masih mempunyai makanan yang tersisa dari bekas kamp mereka di lembah. Itu hanya daging kering dan buah-buahan beri, tetapi mengunyah sesuatu akan membantu mereka menenangkan pikirannya, dan mereka akan lebih rileks saat perut mereka tidak kosong. Mereka juga mungkin bisa mengobrol sedikit, kalau begitu.

 

Mereka memutuskan untuk tidak menyalakan api untuk sekarang, dan melakukan diskusi di mana sebaiknya memasang atap jika mereka akan membangun kompor, dan di mana mereka akan tidur.

 

Ketika sampai pada hal-hal seperti ini, tahap perencanaan akan selalu menjadi hal yang paling menyenangkan. Terkadang mereka terlalu bersemangat dan muncul dengan ide-ide yang tidak realistis, tetapi jika berbicara tentang mimpi-mimpi tersebut menghibur mereka, itu akan menjadi hal yang sangat bagus bagi kelompok tersebut.

Di malam hari, Setora mengatakan kalau dia mengantuk dan akan tidur sebentar bersama Kiichi. Kuzaku juga berbaring, dan segera setelah itu dia langsung mendengkur.

 

Pada akhirnya hanya Haruhiro, Shihoru, dan Merry lah yang tetap terjaga, duduk melingkar dalam bentuk segitiga dengan jarak yang sama jauhnya.

 

Itu adalah cara duduk yang logis jika kau ingin menghilangkan titik buta. Mereka tidak dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Rasanya seperti jarak yang pas untuk mereka.

 

Tapi rasanya agak canggung.

 

Kenapa? Dia tidak tahu. Apakah Haruhiro satu-satunya yang merasa seperti itu?

 

Rupanya tidak, karena Shihoru dan Merry keduanya tampak jelas tidak mampu untuk bersantai.

 

 “Dark,” Haruhiro memutuskan untuk mencoba memulai percakapan bergulir.

 

Shihoru mengangguk.

 

"...Ya."

 

“Kamu berhasil melakukannya. Memanggil Dark."

 

"...Ya." Shihoru mengangguk sekali lagi, lalu tersenyum. "Aku berhasil melakukannya."

 

Sudut bibir Haruhiro juga sedikit terangkat. Haruhiro memiliki waktu yang sangat sulit untuk benar-benar bisa tersenyum. Sebenarnya, dia bahkan tidak bisa melakukan itu.

 

“Aku senang untukmu."

 

"Ya... aku juga senang."

 

“Kontrolmu juga sempurna. Kontrol... Apakah itu kata yang tepat? Itu tidak aneh, kan?”

 

“Ini tidak... aneh. Aku pikir itu cocok.”

 

"Oh ya? Kalau begitu itu bagus." Haruhiro mengusap pipinya. "Apakah aku terlalu melebih-lebihkannya? Mengatakan kalau itu bagus.”

 

Shihoru menggelengkan kepalanya.

 

“Kalau kamu bilang itu bagus, Haruhiro-kun… Itu membuatku… senang.”

 

Haruhiro hampir berkata, Oh, ya? lagi, tapi dia menelan kata-kata itu dan mencari sesuatu yang lain untuk dikatakan, tetapi gagal untuk menemukannya.

 

"Ya," gumam Merry.

 

Ketika Haruhiro melihat ke arahnya, mata Merry menunduk.

 

"Itu bagus," katanya tidak kepada siapa pun secara khusus. Bibirnya tersenyum, tapi entah kenapa

dia tampak sedih.

 

Kenapa dia tampak sedih? Haruhiro merasa itu aneh, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya untuk berbicara dengannya tentang hal itu. Akhirnya Setora, Kiichi, dan Kuzaku terbangun.

 

Mereka semua makan sekali lagi sebelum terlalu gelap.

 

"Apa aku boleh mengatakan sesuatu yang memanjakan?" Kuzaku bertanya sambil mengunyah sepotong daging kering.

 

"Tidak," kata Haruhiro tanpa ragu-ragu.

 

Kuzaku terlihat seperti akan menangis.

 

“Apaaaa…?”

 

“Jika aku tidak perlu mendengarkannya, kau dapat mengatakan apa pun yang kau inginkan,” kata Setora, lalu menjaga jarak darinya.

 

“Jika kamu gak mau mendengarkan, lalu apa gunanya…? Aku hanya ingin mengatakan, 'Akan menyenangkan jika kita semua bisa makan sesuatu yang lebih enak bersama-sama,' itu saja.”

 

Haruhiro menghela nafas sambil mengangkat bahunya dengan berlebihan.

 

"Pada akhirnya kau tetap mengatakannya."

 

“Aw, ayolah. Kalian semua hanya mempermainkanku, kan?” Kuzaku menatap mereka. "Apakah aku salah? Kalian hanya bercanda, kan? Ya, kan? Hah? Kalian tidak melakukan itu?”

 

Tidak ada yang merespon.

 

"Hah? Hah?" Kuzaku mulai panik. “Aku salah? Apakah aku salah paham? Atau mungkin aku adalah orang yang mengganggu? Mungkinkah kalian semua agak membenciku?"

 

Karena tidak tahan untuk melihatnya lebih lama lagi, Shihoru memberinya sedikit senyuman.

 

"...Itu tidak benar."

 

“Y-ya, kan?!” Kuzaku tampak sangat lega. "Whew, kalian semua sangat mengagetkanku tadi! Sengaja melakukan itu padaku seperti ini! Jangan bilang padaku kalau semua orang kecuali aku sebenarnya sudah mendapatkan ingatannya kembali?! ”

 

Jelas, bukan itu masalahnya, tapi mereka dapat berkomunikasi seperti mereka telah bersama selama bertahun-tahun. Tidak selalu. Tapi kadang-kadang, ada momen ketika mereka merasa seperti itu.

 

"Mungkin kau tidak terlalu membutuhkan ingatan seperti itu," kata Merry tiba-tiba. "Yang penting itu bukan masa lalu, tapi sekarang."

 

Apa yang membuat Merry berpikir seperti itu?

 

Tidak seperti Haruhiro dan yang lainnya, Merry memiliki ingatannya, dan karena itu, dia banyak

membantu mereka.

 

Haruhiro tidak bisa mengingatnya bahkan ketika dia berusaha sekuat tenaga untuk melakukan itu, tapi Haruhiro tidak pernah berpikir dia tidak membutuhkan ingatannya.

 

Jika Hiyomu atau orang lain muncul sekarang dan menawarkan ingatan mereka yang dicuri untuk dikembalikan pada mereka tanpa syarat, dia mungkin tidak akan menolak tawaran itu. Dia sangat menginginkan ingatannya kembali.

 

Begitu malam datang lagi, kelompok itu bergiliran jaga dan tidur.

 

Kuzaku dan Setora sudah tidur kemarin malam, jadi sekarang mereka yang bertugas untuk berjaga malam dengan Kiichi, dan kemudian membangunkan Haruhiro di tengah malam. Merry juga bangun, tapi Shihoru tertidur lelap.

 

“Mengapa tidak membiarkannya beristirahat lebih lama?” Setora mengatakan itu sambil menunjuk ke Shihoru dengan dagunya. “Sihirnya sangat berguna. Kita harus tetap membuatnya berada dalam kondisi di mana dia dapat menggunakan kekuatannya secara penuh jika perlu.”

 

“Kau seharusnya mengatakan itu dengan lebih baik …” kata Kuzaku, lalu berbalik ke arah Haruhiro sambil mengatakan "Benar, kan?" untuk meminta persetujuan.

 

Haruhiro juga ingin membiarkan Shihoru beristirahat. Bahkan jika mereka melakukan itu, ini adalah Shihoru yang kita bicarakan, Haruhiro merasa kalau Shihoru akan bangun dengan sendirinya bahkan tanpa disuruh. Untuk saat ini, dia memutuskan untuk berjaga malam bersama Merry.

 

Kuzaku dengan cepat berbaring dan tertidur. Setora juga berbaring sambil memeluk Kiichi.

 

Haruhiro mencoba menanyakan Merry tentang sesuatu yang mengganggunya.

 

“Hei, Merry.”

 

"Apa?" Merry menjawab dengan nada yang tenang.

 

Bagaimana dia harus mengangkat topik ini?

 

"Tidak, uh... Tidak apa-apa, lupakan saja."

 

Merry tertawa.

 

"Oh ya?"

 

“Tidak...” Haruhiro terdiam. "... Ini tidak baik - baik saja."

 

"Kau tahu, hal seperti ini mengingatkanku kembali."

 

"Hah?"

 

“Cara bicaramu. Itu sama seperti dulu, dulu sekali.”

 

“Hah? ...Oh. Maksudmu sebelum aku kehilangan ingatanku?”

“Bahkan sebelum itu.” Merry menghela nafas. "...Maafkan aku. Dengan banyaknya kejadian yang telah terjadi seperti ini, mungkin lebih baik untuk tidak memiliki ingatan sama sekali…”

 

“Tapi kau mengingatnya. Bukankah sudah jelas kalau kau pasti akan tahu hal-hal yang telah terjadi sebelumnya?"

 

"Tapi aku satu-satunya yang mengingatnya."

 

“Hrm...Tapi, apa ya, itu ingatan yang penting bagimu... kan?”

 

Ada jeda singkat sebelum Merry menjawab.

 

"...Hmm. Ya. Mereka memang sangat penting.”

 

“Kalau begitu aku pikir kau tidak bisa mengatakan kalau kau tidak membutuhkannya. Karena itu juga membantu kita semua yang kau ingat. Faktanya adalah, tanpa ingatanmu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita.”

 

"Tapi kau tahu?"

 

"Ya?"

 

"Hanya saja..." Merry merendahkan suaranya. “Bukan itu saja alasannnya. Ada juga hal-hal yang tidak kukatakan pada kalian.”

 

"...Oh, ya?"

 

“Karena ada beberapa hal yang menurutku tidak perlu untuk dikatakan.”

 

Seperti apa?

 

Haruhiro ingin menanyakan itu, tapi dia tidak bisa melakukannya.

 

Jika Haruhiro mengartikan apa yang dikatakan Merry, pada dasarnya hal-hal yang tidak perlu dia katakan itu adalah sesuatu yang tidak penting.

 

Tapi apakah itu benar-benar alasannya? Mungkin saja itu tidak tidak penting, tapi ada alasan lain yang tidak bisa dia katakan padanya.

 

Mungkin Merry punya alasan tersendiri untuk tidak membicarakannya. Dia mungkin sengaja menyimpan hal-hal itu untuk dirinya sendiri. Haruhiro cukup penasaran sehingga dia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan keinginannya untuk menanyainya tentang hal itu. Tapi terlepas dari rasa ingin tahunya, dia tidak ingin memaksanya.

 

“Omong-omong tentang masa lalu, aku tahu kalau kamu bilang aku adalah pemimpinnya, tapi …” Haruhiro mengatakan itu dengan suara yang ceria. Atau setidaknya, dia mencoba untuk terdengar ceria. “Aku hanya tidak mempercayai itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku cocok dengan peran tersebut. Maksudku dalam hal kepribadian.”

 

“Kau mungkin bukan tipe yang menarik semua orang,” Merry menjawab dengan santai. “Kau menyatukan kami dengan cara yang berbeda dari orang lain, cara yang hanya bisa kau lakukan.”

"Hah? Apa yang kau maksud dengan itu? Apakah itu artinya kalau aku itu sangat tidak bisa diandalkan sampai-sampai yang lainnya harus bekerja lebih keras, atau semacamnya?”

 

"Aku gak pernah berpikir kalau kau tidak bisa diandalkan," kata Merry. "Oh, tapi,” tambahnya, “jangan salah paham. Aku tidak memberi tahu kamu apa yang harus kau lakukan sekarang, atau bagaimana aku menginginkanmu, Haru.”

 

Merry sangat memperhatikan Haruhiro.

 

Mengapa dia begitu baik padanya?

 

Tentu saja karena dia adalah rekannya.

 

Tapi "Haru," ya? pikir Haruhiro. Merry adalah satu-satunya yang memanggil dia seperti itu.

 

Nama Haruhiro agak panjang, jadi semua orang memanggilnya Haru. Jika saja itulah yang terjadi, maka dia tidak akan terlalu mempermasalahkannya Tapi bukan itu yang terjadi. Semua orang kecuali Merry memanggilnya Haruhiro, atau Haruhiro-kun.

 

Mungkin dia memanggilnya Haru karena lebih mudah diucapkan.

 

Nama Kuzaku, Setora, dan Shihoru memiliki tiga suku kata, sementara Haruhiro empat, jadi dia mempersingkatnya. Mungkin itulah alasan dia memanggilnya seperti itu.

 

“Kau memiliki cara untuk mengatasi sesuatu dengan caramu sendiri. Kau mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi kau juga keras kepala. Tapi dalam artian yang bagus."

 

"Apakah ada keras kepala dalam artian yang baik...?"

 

“Ketika kau melakukan sesuatu, bukankah penting untuk memiliki beberapa bagian darimu yang tidak goyah? Tanpa itu, kau akan selalu ditarik oleh setiap arus."

 

“Ohh, aku mengerti.”

 

“Aku terpaku pada masa lalu. Sampai sekarang pun masih seperti itu... "kata Merry. Kemudian, dengan suara yang lebih pelan, “Mungkin itu adalah kepribadianku,” tambahnya.

 

“Di masa lalu,” Haruhiro membalasnya.

 

“Aku tidak pernah bisa menghadap ke depan. kau — kalian semua menyelamatkanku.”

 

“Aku sendiri tidak dapat membayangkan kalau aku adalah orang yang berpandangan ke depan...”

 

Dia tidak hanya berusaha untuk menyembunyikan betapa malunya dia dengan pujiannya; tapi dia juga benar-benar berpikir seperti itu. Haruhiro tidak punya keceriaan seperti Kuzaku yang membuatnya tidak memikirkan banyak hal, atau pikiran rasional seperti Setora yang membuatnya bisa berpikir jernih dan menghindari untuk berpikiran negatif.

 

"Yah..." Merry berpikir sejenak sebelum berbicara. "Mungkin kau bukan orang yang berpandangan ke depan. Bukannya kau merencanakan semua langkah selanjutnya sebelum melakukannya. Tapi kau adalah orang yang tidak pernah mengalihkan pandanganmu dari apa yang terjadi di depanmu

pada saat itu.”

 

"Hrm... Jadi, aku adalah orang yang tegap?"

 

"Jika aku harus mengatakannya, mungkin saja itu?"

 

“Jika kau mengatakan kepadaku kalau aku adalah orang yang berhati-hati, atau sesuatu seperti itu, aku agak mengerti apa yang kau maksud..."

 

"Pada saat yang sama, kau juga bisa menjadi sembrono."

 

"Hah? Aku?"

 

"Kadang-kadang itu terjadi," kata Merry dengan senyum nakal. "Kau mengejutkanku beberapa kali. Tetapi setiap kali kau melakukan sesuatu yang mengejutkanku, itu tidak pernah kau lakukan untuk dirimu sendiri, tapi itu untuk rekan-rekanmu. Itu sebabnya aku ... aku merasakan ini padamu. ”

 

“Hah?” Haruhiro bingung apa yang dimaksud Merry.

 

"Aku tidak pernah bisa merasa cukup untuk berterima kasih atas apa yang kau lakukan untukku."

 

“Tidak...” hanya itu yang bisa Haruhiro katakan.

 

Dia tidak ingat melakukan sesuatu yang pantas untuk mendapatkan rasa terima kasih Merry. Meskipun dia melakukan itu, dia benar-benar tidak mengingatnya.

 

"Maaf," Merry meminta maaf. "...Astaga. Apa yang aku lakukan? Terpaku pada masa lalu lagi. Meskipun itu tidak berarti apa-apa bagi kalian. ”

 

Haruhiro menggelengkan kepalanya. Dia tidak berpikir itu tidak ada artinya.

 

Sementara Merry mengingat semuanya, Haruhiro tidak bisa mengingatnya. Mungkin Merry dan Haruhiro telah berbagi beberapa kenangan. Mungkin juga kalau kenangan-kenangan tersebut penting bagi mereka berdua. Tapi Haruhiro tidak mengingatnya.

 

Pada dasarnya, apa yang Merry katakan adalah; meskipun itu bermakna baginya, itu tidak ada artinya bagi Haruhiro, dan secara realistis tidak mungkin itu berarti bagi Haruhiro. Jurang di antara mereka membuatnya frustrasi.

 

Haruhiro ingin meminta maaf padanya karena melupakan itu semua. Tapi itu hanya akan menyusahkan Merry, jadi dia tidak akan melakukan itu.

 

“Anu…” Shihoru berbicara.

 

"Ah!" Merry panik. “S-Shihoru, kamu sudah bangun? S-Sejak Kapan?"

 

“Erm… beberapa saat yang lalu?”

 

"Apa kamu mendengarkan percakapan kita ...?"

 

“H-Hanya sedikit...”

“O-Oh.... Jadi kamu mendengarkan ya ... Kamu seharusnya mengatakan sesuatu."

 

Haruhiro tersenyum samar dan berkata, "Ya." Apa yang membuat Merry begitu gugup seperti itu? Haruhiro berpikir itu tidak masuk akal.

 

Shihoru bangkit dan merangkak ke tempat mereka berada.

 

Mungkin Shihoru tidak bisa melihat di kegelapan seperti ini, karena dia berlari ke arah Haruhiro.

 

“Eek...”

 

"Oh! A-Apa kau baik-baik saja?”

 

 “A-Aku baik-baik saja...” kata Shihoru sambil duduk di sebelah Haruhiro.

 

Haruhiro merasa kalau dia agak dekat dengannya, tapi mungkin dia merasa seperti itu karena sulit untuk mengukur jarak dalam kegelapan.

 

"Maaf. Aku..." Shihoru menundukkan kepalanya begitu rendah sampai-sampai Haruhiro bisa mengatakan itu bahkan tanpa bisa melihatnya. "...Aku ketiduran. Kalian pasti sudah mencoba untuk membangunkanku, tapi aku tidak bangun... kan...?”

 

“Tidak juga sih, kami tidak pernah mencoba untuk membangunkanmu,” jawab Haruhiro.

 

"Hah...? Kenapa...?"

 

“Kau tidur sangat nyenyak sehingga kita memikirkan untuk membiarkanmu beristirahat, jadi kita melakukannya.”

 

"Ya," Merry setuju. “Kamu pasti kelelahan…”

 

Shihoru terdiam.

 

Apakah mereka menyakiti perasaannya? Dia mungkin merasa terluka karena mereka memberinya perlakuan khusus, atau mungkin karena dia tidak dianggap setara.

 

“Seharusnya kami membangunkanmu, ya?” Haruhiro mencoba mengatakan. "Kita tidak punya maksud yang buruk tentang itu ..."

 

Shihoru menggelengkan kepalanya dengan kuat.

 

"Aku tidak pernah berpikir kalau kau bermaksud seperti itu ... Maaf."

 

Mengapa dia meminta maaf?

 

Yah, bukannya Haruhiro tidak mengerti. Shihoru adalah orang yang serius. Dia juga memandang rendah dirinya sendiri, jadi dia merasa tersudut secara emosional, berpikir kalau dia perlu berusaha lebih keras daripada semua orang supaya menjadi lebih berguna.

 

Haruhiro ingin memberitahunya untuk tenang saja tentang itu, tetapi bahkan jika dia mengatakan hal tersebut, Shihoru mungkin tidak akan bisa tenang.

Yang bisa Haruhiro lakukan hanyalah menghormati keinginannya, dan bersiap-siap untuk mendukungnya ketika saatnya tiba. Dia harus selalu memperhatikannya dengan seksama jadi dia bisa membantunya ketika dia terlihat seperti akan rusak — bukan itu, dia akan melakukannya bahkan sebelum sampai ke titik itu.

 

Haruhiro mengangkat tangan kanannya, dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh punggung Shihoru.

 

Whoa, tunggu dulu diriku, pikirnya, lalu menarik tangannya kembali.

 

Apa yang baru saja aku lakukan? Tidak, aku tidak melakukannya. Aku tadi hanya hampir menyentuhnya. Untungnya tadi itu hanyalah upaya yang gagal.

 

Dia adalah seorang gadis. Jadi Haruhiro tidak bisa menyentuhnya begitu saja. Itu akan tampak tidak bermoral, atau tidak pantas jika dia melakukannya. Jadi dia tidak akan melakukan itu.

 

Dia selalu mendapati dirinya ingin menyemangati Shihoru.

 

Sudah jelas kalau dia tidak punya motif tersembunyi untuk itu.

 

Setidaknya dia berpikir seperti itu.

 

Hmm, apa itu kebenarannya? Haruhiro tidak bisa mengatakan kalau dia tidak memiliki keinginan untuk menyentuh wanita. Dia mungkin punya sedikit keinginan untuk melakukan itu. Apakah dia bisa mengatakan dengan yakin kalau menyentuh Shihoru bukanlah perwujudan dari keinginannya itu?

 

Begitu dia mulai memikirkan tentang hal tersebut, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

 

Awalnya Shihoru terdiam, tapi sekarang Haruhiro juga terdiam. Dari Perspektif Merry, ini mungkin bukan situasi di mana dia bisa mengatakan apa pun seenaknya.

 

Mereka bertiga mengawasi daerah itu sembari menunggu fajar. Hati mereka pasti tidak tenang. Setidaknya Haruhiro merasa seperti itu. Tapi di permukaan, mereka semua tampak tenang.

Komentar