Prolog

Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Haruhiro (Hai to Gensou no Grimgar), Official Art, Manga Cover
Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Haruhiro (Hai to Gensou no Grimgar), Official Art, Character Request, Novel Illustration, Grimgar Of Fantasy And Ash
Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Haruhiro (Hai to Gensou no Grimgar), Novel Illustration, Official Art

Kiyoe (ピーター) on Twitter: "Hai to Gensou no Grimgar Volume 15 illust.  https://t.co/sN7sls1ohT" / Twitter

"Awaken."

 

Dia membuka matanya, sepertinya dia mendengar suara seseorang

 

Gelap. Mungkin karena malam hari? Tapi tidak gelap total. Ada cahaya.

 

Melihat ke atas, ada lilin kecil yang ditempel di dinding. Tidak hanya satu, tapi banyak tertempel di dinding sejauh mata memandang dengan jarak antara satu dan yang lainnya sama.

 

Tempat apa ini?

 

Agak sulit untuk bernapas. Dia mencoba menyentuh dinding, dan rasanya keras dan berbatu. Tidak heran punggungnya terasa sakit. Itu bukan dinding. Tapi hanya batu polos.

 

Mungkin dia berada di gua... Gua? Kenapa dia berada di gua...?

 

Dia tidak tahu. Dia sama sekali tidak tahu.

 

Lilin-lilin  itu cukup tinggi. Dia mungkin hampir tidak bisa  menyentuhnya bahkan  jika dia berdiri. Mereka juga tidak  diberikan cahaya yang cukup untuk melihat tangan dan kakinya dengan baik.

 

Ketika dia menajamkan pendengarannya. Ada suara samar orang bernafas, mungkin?

 

"Apakah ada orang di sana?"

 

“Eh… ya.”

 

Ada tanggapan.

 

"...Ya."

 

"Di mana ini?"

 

“Nyaa...”

 

Lebih dari satu.

 

"Erm, aku... aku di sini."

 

“A-A-Apa yang terjadi di sini? Siapa pun itu, kumohon tolong aku…”

 

“Aku merasa seperti sedang tergantung atau semacamnya. Ayolah…”

 

“Bisakah kau menjauh dariku? Kau bau."

 

Ada berapa totalnya? Bukan hanya dua atau tiga. Ada lagi. Pria dan wanita.

 

"Tunggu ..." Dia memutuskan untuk mengambil kesempatannya untuk bertanya, "Di mana ... ini? Apakah ada yang tahu?”

 

Pria besar yang ada di dekatnya berkata, "Tidak tahu ..." sembari menggelengkan kepalanya.

 

Apakah matanya sudah beradaptasi dengan kegelapan? Dia bisa melihat jauh lebih baik sekarang.

"Aku tidak tahu. Maksudku... Um, aku... Uhh... Apa ya...?”

 

"Huh... apa?"

 

"Aku mungkin... Kuzaku."

 

"Ohh. Namamu?"

 

“Ya, tapi... Aku tidak begitu mengingatnya.”

 

“Ingat apa? Ah...!"

 

Dia mencengkeram dadanya, seolah mencoba mencakar sesuatu yang menempel. Dia tidak bisa mengingatnya.

 

Apakah ini yang dibicarakan pria besar itu?

 

"...Aku juga sama. Haruhiro... Itu namaku, tapi itu semua yang aku tahu."

 

Sudah berapa lama dia di sini? Kenapa dia ada di tempat ini?

 

Dia memikirkannya, mencoba untuk mengingat sesuatu.

 

Sesuatu mulai keluar di benaknya.

 

Tiba-tiba, seuatu itu menghilang seketika.

 

Tidak mungkin dia tidak mengingatnya. Tapi dia benar-benar tidak bisa mengingatnya, dia bingung.

 

"Apa-apaan ini...?"

 

"Woo, tahan." Seorang wanita berbicara. “Kamu tidak ingat?” Dia terdengar sangat ragu. “Seberapa jauh kamu tidak mengingatnya?"

 

“Seberapa jauh? Apa yang kau maksud...?"

 

Haruhiro mengerang saat dia memikirkannya. Kepalanya terasa berat. Ada rasa sakit aneh di kepala nya saat dia memikirkannya.

 

Apakah ada reseptor nyeri* di otaknya?

 

(Reseptor nyeri adalah reseptor  yang bertugas  untuk menyalurkan sinyal nyeri dari tubuh agar bisa sampai ke otak. Fungsi saraf sensorik ini sangat penting untuk melindungi diri kita..)

 

Tidak ada, kan? Kalau begitu, apakah itu berarti rasa sakit ini adalah rasa sakit yang palsu?

 

Pria besar itu berkata, “Aku sudah memberitahumu kalau aku tidak tahu apa-apa selain namaku."

 

"Tidak mungkin ..." Wanita itu terdiam.

 

“Aneh, kan? Aku juga berpikir seperti itu …” Kata pria besar itu, lalu memiringkan kepalanya ke

samping saat dia mengerang sembari tampak memikirkan sesuatu.

 

"Intinya, kita tidak bisa mengingatnya."

 

“Kamu juga, Haru? Bukan hanya Kuzaku?”

 

Ketika wanita itu memanggilnya Haru, secara refleks dia menjawab, "Ya," untuk sesaat dia tidak merasa aneh karena dipanggil seperti itu.

 

Perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres muncul setelah sedikit penundaan.

 

Sepertinya wanita itu mengenalnya.Setidaknya dari cara dia berbicara, harusnya seperti itu.

 

“Um, apakah kau mungkin… mengenalku?"

 

"Mengenalmu? Lebih dari itu, aku—“

 

“Eek!” Jeritan itu bukan dari wanita itu, tapi dari wanita lain.

 

Mata Haruhiro tertuju pada wanita itu. Wanita itu melingkarkan tangannya di tubuhnya sendiri sembari menundukkan kepalanya ke bawah.

 

Haruhiro buru-buru mengalihkan pandangannya. Wanita itu tidak memakai pakaian apapaun. Pada dasarnya dia telanjang.

 

“Woo, luar biasa…!”

 

Kuzaku menatap wanita itu dengan saksama, tapi kemudian, “Aku seharusnya tidak melihat,” dia menutup matanya dan mengalihkan pandangannya. Sepertinya Kuzaku tidak sengaja meliriknya. “M-Maaf! Aku benar-benar minta maaf!”

 

Akan lebih baik jika ada sesuatu yang bisa dia kenakan, ketika Haruhiro berniat untuk menawarkan pakaiannya kepada wanita itu, seseorang melemparkan jubah berwarna gelap kepada wanita itu.

 

"Pakai itu."

 

“T-Terima kasih …”

 

Begitu wanita itu mengenakan jubahnya, sepertinya dia menjadi semakin tenang.

 

Mengapa wanita itu telanjang? Dari cara dia bertindak, dia tidak telanjang atas kemauannya sendiri. Tempat ini tidak cukup terang bagi Haruhiro untuk bisa melihat semuanya. Dia mempertimbangkan untuk mengatakan itu padanya, tapi dia tidak tahu apakah itu akan menghiburnya atau tidak, jadi dia urung untuk mengatakannya.

 

"Untuk sekarang, mengapa kita tidak mencoba mengatakan apa yang kita ketahui dulu?"

 

Berapa banyak orang yang ada di sini? Berapa banyak dari mereka yang hanya tahu nama mereka sendiri, dan berapa banyak dari mereka yang mengingat lebih dari namanya? Mereka bahkan tidak bisa memulai sampai mereka tahu sebanyak itu. Atau mungkin mereka bisa, dia tidak tahu, tapi itu mungkin memberi mereka petunjuk. Jika memungkinkan, dia menginginkannya.

“Aku Haruhiro. Aku tahu aku sudah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku hanya tahu namaku saja."

 

“Ohh. Aku Kuzaku. Kurasa aku sama dengan Haruhiro.”

 

“...Shihoru. Aku juga... hanya tahu namaku. Kenapa aku telanjang tadi...?”

 

“Setora. Hanya itu yang bisa kuingat. ”

 

"Aku Io, dan selain itu... Ya, aku juga tidak tahu."

 

“Gomi*. Itu semua yang kutahu. Aku punya nama yang secara harfiah berarti sampah? Oh, apakah kau bercanda denganku?”

 

(Sampah)

 

“Tasukete*.... Rasanya meenakutkan karena hanya itu yang kuingat. Apakah itu bahkan sebuah nama? Tasukete. Apakah aku hanya berteriak minta tolong selama ini...?”

 

(Minta Tolong)

 

“AAAAAku Hiyo. Kurasa hanya itu yang bisa aku katakan untuk saat ini. ”

 

“Nyaa.”

 

Ada seekor binatang yang terlihat mirip dengan kucing, tapi bukan kucing. Lebih tepatnya ada ciri-ciri kucing yang tercampur di hewan tersebut . Hewan itu sepertinya terbiasa dengan manusia. Atau lebih tepatnya hewan itu menempel pada Setora.

 

"Hewan kecil itu ada di sekitarmu."

 

Seperti yang Kuzaku katakan, hewan itu dari tadi tidak menjauh dari Setora.

 

Setora memiringkan kepalanya ke samping. Dia sepertinya tidak tahu mengapa dia membelai hewan itu seperti sudah sangat terbiasa melakukannya.

 

Mengesampingkan hewan tersebut yang tidak diragukan lagi tidak mengerti bahasa manusia, ada delapan dari mereka yang hanya tahu nama mereka sendiri: Haruhiro, Kuzaku, Shihoru, Setora, Io, Gomi, Tasukete, dan Hiyo.

 

Tapi ada satu pengecualian.

 

"Aku ... Merry."

 

Dialah satu-satunya orang yang mengingat lebih dari namanya saja. Sebagian besar yang ada disini hanya mengingat namanya saja. Tapi Merry adalah pengecualian, dan orang-orang pada umumnya menjalani hidup tanpa mengetahui apa-apa selain nama mereka sendiri. Sudah jelas tidak seperti itu.

 

Situasi ini jelas tidak normal. Bahkan tanpa ingatannya, Haruhiro bisa tahu sebanyak itu. Merry menunjuk Haruhiro, Kuzaku, Shihoru, dan Setora secara bergantian.

 

"Aku mengenal kalian. Kita adalah rekan.”

Dia menjelaskan bahwa hewan itu disebut nyaa, dan Setora-lah yang memeliharanya, itu tidak aneh mengingat bagaimana hewan itu bertindak pada Setora. Namanya adalah Kiichi.

 

"Bagaimana denganku?" tanya Io.

 

“Kamu cukup terkenal, jadi aku pernah mendengar rumor tentangmu.”

 

“Aku terkenal. Aku cukup terkenal sampai-sampai banyak orang telah mengenalku... "

 

Io menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Apakah dia terkejut? Sepertinya dia juga berusaha menahan senyum. Apakah dia senang? Apakah fakta itu membuatnya bahagia?

 

“Apa yang kau tahu tentangku?”

 

"D-D-Dan aku?"

 

Menurut Merry, Gomi dan Tasukete adalah rekan Io.

 

"... Rekan-rekanku?" Io menggelengkan kepalanya berulang kali dengan tidak percaya. "Mereka berdua rekanku dari semua orang...?”

 

"Maafkan aku..." kata Taskete, suaranya menjadi sangat kecil. Dia mungkin sedang menangis.

 

“Cara yang bagus untuk mengatakannya...” Gomi bergumam pada dirinya sendiri dengan kesal.

 

Kebetulan, Io dan  kelompoknya tidak sepenuhnya tidak berhubungan dengan Haruhiro dan yang lainnya. Ada kelompok besar yang disebut "klan," rupanya, kedua party mereka berasal dari klan yang sama. Tapi karena mereka belum  pernah bertemu secara langsung, mereka hanya memiliki sedikit rasa kepercayaan antara satu dan yang lainnya.

 

Menurut Merry, dia  telah bekerja  bersama Haruhiro, Kuzaku, Shihoru, Setora, dan Kiichi  sebagai rekan. Mereka telah mengembara ke banyak tempat yang tidak dikenal, menghadapi banyak situasi yang berbahaya, dan sempat terpisah.

 

“Hanya sejauh itulah yang aku ingat.".

 

“Aku mengerti,” Haruhiro bergumam pada dirinya sendiri. Apa sebenarnya yang dia mengerti?

 

Semua kejadian ini sama sekali tidak ada yang masuk akal.

 

Tanpa ingatannya, dia tidak punya apa-apa yang bisa dia gunakan sebagai patokan untuk memahami nya, jadi tidak mungkin dia bisa puas dengan penjelasan Merry.

 

Meskipun begitu, Kuzaku sepertinya benar-benar menerima penjelasan tersebut.

 

“Rekan, ya? Rekan. Kita rekan.” Kuzaku berulang kali mengangguk pada dirinya sendiri. “Sekarang setelah kau mengatakannya, aku merasa kita memang seperti itu. Itu terasa pas untukku, kau tahu?”

 

Benarkah?

 

Haruhiro ingin  menanyakannnya tentang itu, tapi itu juga merupakan fakta bahwa  dia sendiri tidak

merasa terkejut ketika Merry mengungkapkan bahwa mereka adalah rekan. Meskipun mungkin saja dia tidak bisa terkejut. Dia  tidak akan  begitu saja  menerimanya dan berpikir, Oh, oke. Kita adalah rekan, ya? Kurasa itu berarti kita selarang sudah menjadi rekan.

 

“Bagaimana dengan Hiyo?” tanya Hiyo.

 

"Kau..." Merry mulai mengatakan sesuatu, lalu menggelengkan kepalanya.

 

"Aku tidak tahu."

 

“Awww. Hiyo adalah satu-satunya yang tidak kamu tahu? Bukankah itu serasaaaa tidak adil?”

 

“Aku rasa ini bukan masalah tentang adil atau tidak adil...” Haruhiro menyela.

 

“Tapi, Tapiiii. Itu tidak adiiiiil. Tidak adil sama sekali. Hiyolah satu-satunya yang tidak tahu apa-apa. Hmmm? Tunggu, apakah hanya duduk di sini selamanya akan ada gunanya bagi kita?"

 

“Itu, eh...”

 

Jika kau bertanya kepada Haruhiro, "Apakah kau ingin tinggal di sini selamanya?" dia akan mengatakan, "Tidak, tidak juga."

 

Tempat ini sepertinya gua dengan terowongan. Dia tidak punya alasan untuk memikirkan ini, tapi dia merasa jika mereka mengikuti lilin-lilin tersebut, mereka akan menemukan sesuatu.

 

“Kalau begitu, ayo pergi.”

 

Saat dia mencoba untuk pergi, Io menghentikannya.

 

 “Tunggu dulu. Mengapa kau bertindak seperti kau adalah pemimpinnya? Apakah kau mencoba untuk membuatku melakukan apa yang kau katakan?”

 

“Aku tidak mencoba melakukan itu. Kalau begitu, mengapa tidak kau saja yang memutuskan? ”

 

Io menghela nafas, dan itu tampak disengaja. “Jika kau bersikeras. Oke, akulah yang akan membuat keputusan.”

 

Haruhiro tidak benar-benar berskeras meminta dia melakukannya, tetapi jika dia mengatakannya,

mereka mungkin akan berakhir bertengkar karena itu.

 

"Jadi apa yang akan kita lakukan?"

 

"Ayo pergi."

 

Setelah berbicara seperti itu, pada akhirnya kita pergi?

 

Haruhiro hanya memikirkannya, dan tidak mengatakannya. Akan sangat merepotkan jika berurusan dengan Io. Dia hanya menginginkan konflik sesedikit mungkin. Oke, bisakah kau pergi sekarang? Tapi Io tidak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak.

 

"Apa yang sedang kau lakukan?"

“Hah....? Apa yang kau maksud?” Haruhiro linglung sejenak..

 

"Cepatlah pergi," kata Io, menunjuk ke arah lilin dengan dagunya.

 

Butuh beberapa saat bagi Haruhiro untuk mengerti apa yang dimaksud Io.

 

"...Aku?"

 

"Ya, kau," lanjut Io. “Itu bisa saja berbahaya di sana, kan? Seseorang harus mengambil risiko, tapi sudah jelas itu bukan aku. Kau setuju, kan?”

 

Io menyeringai. Jika Haruhiro melihatnya lebih dekat, tidak, bahkan tanpa melihat dari dekat, semua orang akan setuju kalau dia cantik dan memiliki senyum yang menawan, tapi dia bisa merasakan niatnya untuk memanfaatkan kedua fakta tersebut. Atau apakah dia terlalu mengada-ngada?

 

Sejak awal Haruhiro memang mencoba untuk memimpin. Pada dasarnya situasi ini hanya berputar-putar tidak jelas dari awal.

 

Entah kenapa  rasanya wajar bagi dia untuk menjadi orang yang memimpin. Itulah perasaan samar yang dia punya, tapi itu juga aneh, mengingat dia juga punya perasaan bahwa dia bukan tipe orang yang ramah, suka bersosialisasi, atau orang yang proaktif.

 

“Sejujurnya, semua ini sama sekali tidak ada yang masuk akal...”

 

Ketika Haruhiro mulai berjalan, Kuzaku mengikutinya. Merry, Shihoru, Setora, dan Kiichi juga mengikuti, sementara Io, Gomi, Tasukete, dan Hiyo mengikuti di bagian paling belakang.

 

Tidak ada yang tahu seberapa jauh garis lilin itu akan membawa mereka.

 

Ini adalah situasi yang aneh. Namun, Haruhiro tidak terlalu terpengaruh olehnya.

 

Apakah dia kehilangan rasa akan realitas? Atau apakah dia orangnya memang seperti itu?

 

Sebenarnya yang lainnya juga sama sepertinya, mereka tidak terlalu mengeluh, ataupun tampak

gelisah. Bahkan ketika mereka melihat sesuatu yang tamopak seperti jeruji besi di depan mereka, semua orang tetap tenang, dan tidak ada yang panik.

 

"Apakah itu pintu keluar?"

 

Jeruji besi itu tampaknya bisa dibuka-tutup seperti pintu. Bukan seperti pintu, tapi itu memang pintu. Begitu pintu itu terbuka, koridor sempit yang berbau jamur membentang dihadapannya. Keadaannya gelap di koridor tersebut.

 

Haruhiro dan yang lainnya terus menyusuri koridor.

 

Dia tahu kalau jalan ini tidak akan menjadi jalan buntu di ujungnya, karena dia bisa melihat tangga di ujung koridor, dan cahaya bersinar dari atasnya.

 

Hah? Pikir Haruhiro, dan dia hampir berhenti berjalan.

 

Tiba-tiba dia merasa seperti dia pernah ada di sini sebelumnya. Tapi itu hanya perasaan yang samar,

dan bukannya ingatannya sudah kembali.

 

Ketika dia menaiki tangga, ada pintu jeruji besi lain di sana. Di balik pintu tersebut ada ruangan yang terbuat dari batu-batuan.

 

Haruhiro meletakkan tangannya di pintu itu yang sedikit terbuka. Dia mendorongnya dengan ringan, lalu dia mendorongnya lagi dengan suara deritan saat mendorongnya.

 

Ada tangga menuju ke atas di ruangan itu. Dia tidak melihat meja, kursi, atau jenis furnitur lainnya, tetapi ada banyak rak yang menempel di dinding, dan dua lampu yang menyala di ruangan terebut.

 

Apa itu benda yang seperti gagang kehitaman yang mencuat dari dinding? Apakah itu semacam gantungan peralatan? Mungkin juga kalau itu merupakan tuas untuk mengoperasikan sesuatu.

 

Haruhiro menyelidikinya dengan cermat, berhati-hati untuk tidak menyentuhnya. Tidak ada yang menyuruhnya untuk melakukan itu, tapi dia mendapati dirinya melakukan hal tersebut bahkan   tanpa berniat melakukannya.

 

Ketika dia melihat ke samping, dia melihat Taskete sedang memeriksa rak dan mengetuk dinding.

 

Matanya bertemu dengan mata Tasukete.

 

Sekilas dia melihat ada cahaya menakutkan yang bersinar di matanya melalui poni Tasukete yang sangat panjang.

 

Rasanya agak canggung. jadi Haruhiro mengalihkan pandangannya.

 

"Tasukete-san juga seorang Thief?" Kata Merry tiba-tiba.

 

"Ohh." Kuzaku bertepuk tangan, lalu memiringkan kepalanya ke samping.

 

"...Thief? Seperti pencuri? Dan ‘juga'...? Jadi Haruhiro juga seorang Thief, ya? Hah? Apakah itu

berarti dia seorang perampok?”

 

“Tidak, bukan itu...”

 

Menurut Merry, Haruhiro dan yang lainnya adalah seorang tentara sukarelawan untuk negara yang disebut Arabakia. Tapi ada berbagai jenis tentara sukarelawan.

 

Thief adalah salah satu jenisnya. Mereka melakukan pengintaian, membuka pintu yang terkunci, dan mencari jebakan berbahaya. Mereka sebenarnya bukan pencuri sungguhan, tetapi skill yang mereka gunakan sama dan juga mereka bertugas sebagai peran pendukung dalam pertempuran.

 

“Jadi aku adalah seorang thieft. Tentara sukarelawan…”

 

Dia cukup sulit untuk percaya bahwa dia pernah menjadi tentara sukarelawan, atau sesuatu yang berhubungan dengan prajurit apa pun itu.

 

Tapi ketika dia memikirkannya lagi, Haruhiro memiliki dua pisau pendek tergantung di pinggang nya. Kuzaku dan Gomi membawa pedang yang jauh lebih besar, dan mereka juga mengenakan sesuatu yang tampak seperti baju besi, jika dilihat dari perspektif objektif, Haruhiro dan yang

lainnya tampak seperti kelompok yang menangani hal-hal yang berbahaya.

 

Kuzaku disebut sebagai paladin, sementara Shihoru adalah seorang mage, dan Merry adalah seorang priest. Rupanya Io juga merupakan seorang priest.

 

Setora sama sekali bukan seorang tentara sukarelawan, tetapi seorang rekan yang telah bergabung dengan mereka saat mereka sedang berpetualang.

 

Merry tidak tahu apa peran Gomi dan Tasukete. Menurut perkiraan Merry, Gomi adalah seorang Warrior, atau mungkin seorang Dark Knight. Tasukete mungkin adalah seorang thieft yang sama seperti Haruhiro.

 

Haruhiro merasa bahwa menjadi Thieft lebih cocok untuknya daripada menjadi Warrior atau Mage.

 

Tasukete tidak terlalu tinggi seperti Kuzaku, atau seperti Gomi dengan wajah anehnya yang muram dan tubuh kekarnya. Yang ada, dia lebih mirip seperti Haruhiro.

 

Io melirik ke arah Hiyo.

 

"Dan dia?"

 

"Hmm!" Hiyo menunjuk dirinya sendiri. “Maksudmu Hiyo?”

 

Merry menatap Hiyo dari samping.

 

“Adapun dia—”

 

Sepertinya mungkin ada makna tersembunyi dari cara dia menatapnya.

 

“...Adapun dia, Apakah dia seorang tentara sukarelawan atau bukan... sulit untuk kukatakan.”

 

Hiyo tertawa.

 

“Hiyo juga tidak begitu yakin tentang itu.”

 

Apakah dia hanya bercanda? Atau mungkin, dilihat dari cara Merry bertingkah seperti ada sesuatu yang aneh, dia berusaha menghindari masalah tersebut.

 

Jika dia memikirkannya lagi, bukankah gaya rambutnya yang bermodel twintails, dan pakaiannya yang terlalu didekorasi itu agak tidak pada tempatnya?

 

"Ngomong-ngomong," kata Hiyo sambil menunjuk ke tangga yang menuju ke atas. "Sepertinya kita bisa naik ke sana. Sekarang apa yang akan kita lakukan?”

Komentar