Bab 3: Apakah si Raja yang Tak Tertidur Tidak Bisa Tidur?


Siapa yang meninggalkan ini di sini? Atau, jika bukan ‘siapa’, lalu apa lagi kalau begitu?

 

Sudah berapa lama gunung itu berdiri sendirian di tengah-tengah dataran kosong tak berujung yang merupakan Dataran Quickwind?

 

Orang-orang punya nama terhadap Gunung tersebut.

 

Mt. Grief.

 

Ada sejumlah teori tentang asal-usul tempat itu. Ini lah teori yang diterima secara umum:

 

Ada semacam kastil tua yang sebagian besar telah rusak di puncak gunung, dan terlihat bahkan dari kejauhan di siang hari. Meskipun mungkin tampak seperti kastil biasa, ternyata itu salah. Dahulu kala, ada kuil untuk dewa-dewa tua di gunung tersebut. Di zaman kuno, ada seorang raja yang punya nyali untuk membangun sebuah kastil di atas reruntuhan kuil itu. Kemudian, ketika si raja meninggal, kastil itu tetap ada sebagai penanda makamnya. Si raja yang tak kenal takut dipuja karena tindakannya yang luar biasa, dan untuk menunjukkan kesedihan mereka atas kematiannya, orang-orang menyanyikan lagu ratapan saat mereka akan menguburnya.

 

Bahkan saat bintang yang tak terhitung jumlahnya bersinar di atas mereka, kegelapan malam di Dataran Quickwind masih lah terasa sangat pekat. Jika seseorang menengadah ke langit untuk menahan diri agar tidak dihancurkan oleh kegelapan yang menindas, cahaya cemerlang dari puncak Mt. Grief tak akan mungkin untuk dilewatkan.

 

Para pengintai yang dikirim oleh Korps Tentara Sukarelawan melaporkan bahwa saat ini sedang berlangsung konstruksi untuk memulihkan kastil tua. Dan secara khusus, dinding-dinding yang menjulang tepat di sisi lereng curam dekat puncak gunung telah mengalami banyak perbaikan.

 

Kecuali jalan sempit menuju gerbang, dan ada juga barikade seperti abatis ditempatkan di sekeliling kastil. Jika mereka mendekat dengan melawti jalan sempit, maka mereka akan terhalang oleh para pemanah,  crossbowman, dan para slinger*. Jika mereka mengambil rute lain, maka mereka harus menghilangkan barikade-barikadenya dulu. Sudah jelas kalau itu akan memakan waktu, dan selama mereka melakukan itu, mereka akan menjadi sasaran senjata jarak jauh yang sama saat mereka berniat untuk memakai jalan sempit. Korps Tentara Sukarelawan bisa saja meminta para mage mereka memimpin serangan frontal dan dengan cepat melewati semua rintangan itu, tapi mereka harus bersiap untuk menerima jumlah korban yang tidak sedikit.

 

(Seseorang yang melemparkan suatu objek dari suatu benda, contohnya itu kek mortar, dan catapult)

 

Itu lah sebabnya mereka mengamil opsi untuk pergi ke pintu belakang.

 

Oke, sekarang, bukan berarti ada gerbang depan dan belakang beneran di kastil atas gunung itu.

 

Informasi tentang "pintu belakang" datang dari Shinohara. Klannya, Orion, sempat menyelidiki Mt. Grief karena telah menjadi sarang undead. Mereka bahkan telah menyusup ke kastil itu berkali-kali.

 

Konon katanya, fokus Orion bukanlah kastil tua.

 

Kastil itu dibangun di atas reruntuhan kuil tua. Raja yang membangunnya juga dimakamkan di sana, jika ceritanya memang lah merupakan fakta. Namun, dari hasil pencarian sekuat tenaga mereka, Shinohara dan orang-orangnya tak dapat menemukan tempat mana pun yang mungkin saja merupakan tempat dibaringkannya seseorang dengan status tinggi.

 

Mungkinkah makam sang raja ada di tempat lain? Orion melanjutkan pencarian mereka, dan akhirnya, mereka menemukannya.

 

Makamnya berada di bawah tanah.

 

Di bawah kastil, ada kuburan rahasia.

 

Yah, lebih tepatnya, tempat itu adalah ruang yang mereka teorikan sebagai kuburan, tapi tempat itu terlalu rumit untuk bisa di sebut dengan kata lain, jadi untuk saat ini kita akan terus menyebutnya kuburan.

 

Orion menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyelidiki dan akhirnya berhasil menemukan dua jalan menuju kuburan. Yang satu ada di kastil tua, dan satunya lagi di kaki (Gunung) Mt. Grief, kuburan tersebut disegel di balik kedua pintu batu itu.

 

Orion berhasil memasuki Makam melalui kedua pintu tersebut. Memang tidak salah lagi kalau itu adalah kuburan. Shinohara dan Kimura kurang lebih yakin bahwa sang raja dimakamkan di bawah kastil. Mereka mengaku telah menemukan cukup bukti untuk meyakinkan mereka terhadap dugaan itu.

 

Shinohara menyebut kamar tempat sang raja berbaring tidur sebagai ruang pemakaman. Hebatnya, Orion berhasil menginjakkan kaki di sana. Namun, setiap kali mereka memasuki ruang pemakaman, pasti ada yang mati. Karena itu, Shinohara terpaksa memerintahkan mereka untuk mundur.

 

Alasan semua itu terhubung dengan operasi untuk mengambil Mt. Grief terletak pada kenyataannya bahwa Makam dapat dimasuki baik melalui kaki bukit maupun kastil.

 

Kita akan menyebut pintu masuk di kaki bukit sebagai pintu masuk kaki bukit, dan pintu masuk di kastil sebagai pintu masuk kastil. Keduanya mengarah ke ruang pemakaman. Kebetulan, pintu masuk kastil jauh lebih dekat dengan ruang pemakaman.

 

Singkatnya adalah, mungkin untuk masuk melalui pintu masuk kaki bukit, lalu melalui Makam, dan menerobos ruang pemakaman, kemudian memasuki kastil.

 

Serangan pada Mt. Grief adalah operasi gabungan antara Tentara Perbatasan dan Korps Tentara Sukarelawan.

 

Komandan Jin Mogis dari Tentara Perbatasan telah mengirim seratus orang terbaiknya di bawah komando Jenderal Thomas Margo. Selain itu, Haruhiro, Kuzaku, Ranta, Yume, Merry, Setora, dan 23 anggota Orion yang dipimpin oleh Shinohara juga berpartisipasi.

 

Korps Tentara Sukarelawan telah mengirim Tim Renji, Tokkis, Wild Angels, Iron Knuckle, dan Berserker yang semuanya bertotal 70 orang.

 

Dari sini, detasemen yg beranggotakan 26 orang—10 dari Orion, termasuk Shinohara dan Kimura; party Haruhiro; Tim Renji; dan Tokkis—akan mencoba menembus kastil dengan melintasi Makam.

Dan untuk pasukan utama, peran mereka adalah untuk bertingkah seolah-olah mereka akan mengambil Mt. Grief dengan serangan frontal, yang membuat hal itu memaksa musuh untuk mempertahankan pijakan siap tempur sementara pasukan utama menunggu sinyal dari detasemen.

 

Tak berlebihan untuk mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan operasi ini akan bergantung pada detasemen ini.

 

Sebenarnya, pasukan utama tak akan menyerang sama sekali sampai detasemen ini berhasil masuk ke dalam kastil dan mengirim sinyal. Jika mereka tak bisa melakukan itu, maka operasi ini bahkan tidak akan dimulai.

 

"Grah...!" Kuzaku mengayunkan katana besarnya dengan lebar dan menebas satu pion humanoid.

 

“Na ha ha…! Akan kutunjukkan padamu gimana caranya ngatasin para pion itu!” Si Dark Knight bertopeng mengeluarkan tawa yang tak menyenangkan sebelum melompat ke arah salah satu pion seperti semacam burung yang mengerikan. Katananya terayun dengan kejam saat dia berteriak "Piooon!" dan memenggal kepala pion tersebut. “Gitu caranya, dong!”

 

“Lebay...” gumam Kuzaku, sambil terus mengayunkan katana besarnya seperti ranting. Di setiap ayunan pedangnya yang gesit, pion lain akan tertebas.

 

“Hoo-hah!” Yume menendang mereka dengan keras. Dia menggunakan tendangan ke depan untuk mendorong salah satu pion yang mendekatinya ke belakang dan segera menyerangnya dengan tendangan memutar untuk mengirimnya terbang. Kelihatannya hanya itu lah yang akan terjadi, tapi kemudian dia melompat ke udara, lalu berteriak, “Cha-cha-cha-chai!” saat dia melepaskan tiga tendangan lagi, masing-masing tendangannya lebih cepat dari yang bisa diikuti mata Haruhiro, dan mengirim musuhnya terbang lagi. Kemudian, di atas semua itu—“Hah-nyah!”—dia memukul musuhnya dengan telapak tangan, dan lagi-lagi mengirimnya terbang ke udara.

 

"Apa!? Kau itu semacam master kung-fu atau apa sih?!" kata si Dark Knight bertopeng yang sedang menebas pion di kiri dan kanan sambil meneriakkan “pion, pion, pion, pion,” seolah-olah itu adalah semacam efek suara.

 

Kenapa dia begitu bersenang-senang terhadap pertempuran ini? Yah, mungkin karena dia adalah Ranta? Memang begitulah Ranta orangnya.

 

Merry dan Setora berdiri saling membelakangi, dan menggunakan senjatanya masing-masing, yaitu palu perang dan tombak untuk mengatasi para pion yang mendekati mereka.

 

Haruhiro tidak yakin tentang apa itu, tapi karena Ranta dan Yume terlalu banyak bergerak, dia jadi merasa santai ketika melihat Merry dan Setora berada di satu lokasi. Lebih tepatnya, itu tidak menenangkan ketika mereka banyak bergerak. Tapi tetap saja, dia hanya melebih-lebihkan hal itu. Bagaimanapun juga, mereka masih lah berada dalam medan pertempuran. Ya. Dia tak punya waktu untuk merasa ditenangkan.

 

Haruhiro berada di belakang pion yang telah mendekati Merry dan menempel padanya. Dia memegang kepalanya dengan tangan kirinya sambil menggunakan belati di tangan kanannya untuk menggorok tenggorokannya dengan cepat.

 

Kata "pion" tampaknya berasal dari kata "prajurit infanteri." Seluruh tubuh pion-pion di Makam ini terbungkus oleh sesuatu yang menyerupai perban keputihan. Karena itu, Orion juga menyebut mereka sebagai mumi laki-laki atau mumi saja. Tapi bukannya terasa seperti kain atau kain kasa, perban itu terasa lebih seperti tanah liat atau setidaknya ada unsur tanahnya. Jika kau memenggal atau mematahkan kepala mereka, maka mereka akan hancur lebur seperti yang baru saja Haruhiro bunuh. Ternyata para pion terbuat dari tanah dan tulang.

 

“Makasih, Haru!” teriak Merry, yang membuat Haruhiro merasa sedikit lega, karena akhir-akhir ini dia terlalu pendiam. Sekarang jika saja Setora juga sedikit ceria, pikirnya. Namun, dia tak ingin keduanya memaksakan diri untuk bertindak ceria. Dia tahu kalau mereka masih akan melakukan apa yang harus dilakukan. Dia mempercayai mereka. Jika saja mereka gagal, maka Haruhiro lah yang akan memikirkan bagaimana cara memperbaikinya. Bagaimanapun juga, dia adalah pemimpin mereka.

 

Bagian Makam yang ini disebut aula masuk, dan merupakan sebuah ruangan besar tepat di dalam pintu masuk kaki bukit. Tentu saja, Orion yang menamakannya demikian. Tapi apakah kenyataanya tempatnya memang benar-benar seperti itu? Ruangan tersebut lebih kelihatan seperti teater.

 

Segera setelah memasuki aula masuk, para anggota Orion menyebarkan lebih dari selusin batang yang memancarkan cahaya yang intens, sehingga ruangan itu cukup terang bagi mereka agar bisa melihat. Namun, cahayanya tak mencapai langit-langit, dan tidak jelas apakah dinding dan lantainya adalah batu bulat atau lempengan batu. Panggung itu lebih rendah di tengah dan semakin meninggi ke tepi, karena bagian tengahnya rendah, jadi itu tak sepenuhnya terlihat seperti panggung.  Apapun masalahnya, Haruhiro dan yang lainnya sedang berusaha menuju ke tempat seperti panggung itu.

 

Para pion memang lemah, tapi mereka terus menyerbu satu demi satu. Itu benar-benar merepotkan bagi mereka untuk mencoba membuat kemajuan. Kemungkinan besar hal tersebut tak akan memakan korban di sisi mereka, tapi jika hanya Party Haruhiro sendiri yang ada di sini, maka mereka mungkin akan terdorong mundur.

 

“Ayo maju dengan pelan-pelan dan mantap!” Shinohara menggunakan perisai berkilau perak kusam untuk memukul mundur satu pion. Pedangnya pendek, tapi lebar, serta ujung bilahnya terpotong secara diagonal. Bentuk pedangnya agak tidak biasa, tapi itu sangat tajam. Pedang itu menebas para pion seperti kertas.

 

Orion adalah klan yang terkenal. Shinohara bukan lah satu-satunya petarung yang terampil diantara mereka. Ada satu orang bernama Matsuyagi, atau dekat dengan itu, yang menggunakan gada di kedua tangannya, dia bertarung seperti orang gila. Pemandangan seperti itu lah yang terlihat oleh nya. Mereka juga punya 2 mage, 1 hunter, dan 1 thief. Sangat mudah untuk mengetahui bahwa mereka adalah kelompok yang seimbang.

 

“Mwe heh!”

 

Namun, si priest yang berkacamata menyebabkan banyak hal untuk menghilangkan rasa keseimbangan itu hanya dengan eksistensinya.

 

“Mwa hah!”

 

Kimura selalu saja aneh. Tapi mengingat kalau sekarang Haruhiro juga membuat Merry ikut bertarung, jadi dia tidak dalam posisi untuk mengatakan bahwa Kimura tak boleh ikut serta. Tapi tetap saja, Kimura tak perlu segitu proaktif-nya untuk maju ke garis depan. Lagipula, Orion punya banyak petarung lainnya.

 

Gaya bertarungnya juga aneh. Dia melindungi dirinya sendiri dengan yang perisai kecil bergaya buckler* saat dia mendekat sendirian ke para pion, lalu mengayunkan tongkatnya. Entah karena alasan apa, dia menolak untuk menggunakan ayunan ke samping, diagonal, atau ke bawah seperti yang Haruhiro harapkan. Dia selalu mengayunkannya dari bawah. Setiap serangan tongkatnya dia ayunkan ke atas. Targetnya juga selalu sama.

 

(Perisai bundar kecil dengan pegangan di bagian lengan bawah)

 

“Kehfwah!”

 

Yaitu selangkangan musuhnya.

 

Kimura mengayunkan tongkatnya ke arah selangkangan pion dari bawah.

 

“Swa hah!”

 

Ketika dia memukul selangkangan para pion, mereka hancur lebur. Kimura menyukai sensasinya.

 

“Nufoh! Tovahhh!”

 

Wow, sungguh aneh beberapa suara yang dia buat barusan itu.

 

Kedengarannya hampir seperti Kimura merasakan kepuasan seksual dari menghancurkan para pion. Priest macam apa sih yang bertindak seperti itu? Tapi lagi-lagi, setelah kehilangan ingatannya tentang waktunya sebagai tentara sukarelawan, maka mungkin gambaran Haruhiro tentang seperti apa seharusnya seorang priest itu melenceng? Dia tak bisa menyangkal kemungkinan tersebut.

                         

“Waktunya jurus pamungkasku!”

 

Pria lain yang mengenakan seragam priest seperti Kimura berlari ke depan dan melakukan jungkir balik ke depan.

 

"Sommersault Bomb!"

 

Menggunakan momentum lompatannya, dia mengayunkan palu perangnya dengan kedua tangan ke bawah, lalu menghancurkan pion itu, dan lantai di bawahnya. Kerusakannya sungguh luar biasa.

 

“Oooorahhh…!”

 

Kemudian dia kembali tegak, lalu mengangkat senjatanya dan mengayunkannya ke bawah lagi dengan satu gerakan cepat. Kecepatannya sungguh mengerikan. Tada. Itu Tada-san. Dia gila. Ada ledakan menderu setiap kali Tada-san mengahantam para pion. Serius nih, kok bisa sih suaranya segitu berisiknya? Serangannya itu melampaui pertanyaan apakah pantas bagi seorang priest untuk bertarung seperti itu atau tidak. Apa yang sebenarnya telah terjadi sampai bisa jadi gitu?

 

"Ini diaaaaa, seranganku datang!"

 

Di sebelah Tada, ada Kikkawa yang kelewat semangat. Dia mendekat, lalu memenggal kepala para pion. Kikkawa sungguh lah berisik dan tampaknya sangat ingin diperhatikan, tetapi dia bergerak secara efisien, tanpa gerakan sia-sia.

 

“Menari seperti macan tutul!”

 

Ketika berbicara tentang Tokimune, agak sulit untuk mengatakan apakah dia bergerak secara efisien atau tidak. Kakinya memang bergerak secara ringan, tapi kenapa dia memutarkan pedangnya setiap kali dia berhasil menghantam pion? Itu tampak tak berguna, tapi mungkin dia melakukan itu untuk menjaga ritme tertentu? Namun, itu menimbulkan pertanyaan apakah ritme memang diperlukan.

 

"Dan menyengat seperti ikan paus!"

 

Melihat cara dia melompat ke tengah-tengah segerombolan pion, dan membantingkan perisainya ke tanah untuk melakukan handstand* di atasnya, lalu berputar sambil menendang para pion, mungkin dia memang perlu menjaga ritme tertentu. Bukannya Haruhiro tahu. Serius lho. Haruhiro tak tahu. Tapi mengesampingkan itu, dia cukup yakin kalau pepatah yang baru saja dia ucapkan harusnya adalah, “Menari seperti kupu-kupu, dan menyengat seperti lebah."

 

(Cari di google)

 

Lagian juga, semua anggota Tokkis gila, tetapi yang paling gila dari mereka semua bukanlah Tokimune atau pun Tada.

 

Yang paling gila adalah wanita itu .

 

Seharusnya dia adalah seorang mage, tapi dia menggunakan pedang.

 

Ya, itu benar, pedang.

 

Dan dia juga berpedang ganda.

 

Ya, dia telah membawa dua pedang selama ini, yang tergantung di pinggulnya. Seharusnya tidak mengejutkan kalau pedang-pedang tersebut akan dia gunakan. Tapi tetap saja, ketika Haruhiro melihat cara bertarungnya, itu membuatnya sangat terkejut. Hanya pemandangan luar biasa yang bisa dia lihat.

 

Jika ada orang yang tampak menari di sini, itu adalah wanita tersebut, bukan Tokimune.

 

Gaya berpedang Mimori itu... apa ya sebutannya? Indah. Serangannya sama sekali tak lambat, tapi juga tampak tidak tergesa-gesa. Dia langsung mengayunankan pedangnya dengan lebar dan membelah si pion menjadi dua. Begitu dia selesai mengayunkan pedang kanannya, dia tidak mundur. Dia terus lanjut menyerang dengan menggunakan ayunan lebar dari tangan kirinya. Kau pasti berpikir bahwa ayunan seperti itu akan membuatnya kehilangan keseimbangan, tetapi Mimori punya pusat gravitasi yang kuat. Bahkan jika seluruh tubuhnya miring atau dia mengayunkan pedangnya memakai kekuatan yang cukup besar, pusatnya tidak pernah bergeming. Mimori tak pernah berhenti, juga tak pernah melambat. Dia terus mengayunkan pedangnya tanpa henti. Tak ada yang dibuat-buat ketika Haruhiro memikirkan itu. Dia hanya terus mengayunkan pedangnya, dan begini lah hasilnya. Rasanya seperti dia telah mencapai tingkat kesempurnaan tertentu. Mungkin ini berlebihan, tapi dia benar-benar merasa permainan pedangnya Mimori berada di level lain. Gaya berpedangnya benar-benar indah.

 

Namun terlepas dari semua keterampilan pedangnya itu, Mimori masih lah seorang mage, jadi dia juga bertarung seperti yang hanya bisa dilakukan oleh seorang mage. Saat dia telah membelah para pion, dia menggambar elemen dengan ujung pedangnya dan mengucapkan mantra.

"Delm, hel, en, balk, zel, arve!"

 

Haruhiro berpikir bahwa dia mengalusinasikan suara ledakan ketika Tada menghancurkan para pion menggunakan palu perangnya, tapi tidak, itu bukan lah apa-apa jika dibandingkan dengan yang satu ini. Suara serangannya memekakkan telinga sampai membuat perutnya ikut bergema, itu lah suara ledakan yang sebenarnya.

 

Kisaran lima, enam meter di depan tempat Mimori mengacungkan pedangnya, telah terjadi ledakan.

 

Ledakan mantra sihir Arve mungkin hanya menerbangkan tiga, empat, dan mungkin paling banyak lima pion. Tapi yang ini memiliki efek yang jauh lebih besar dari itu.

 

"Rasakan itu...!"

 

Anna-san sangat dilindungi oleh Kikkawa dan Tokimune. Jadi tak ada yang bisa menyentuhnya. Sekarang, tentang Anna-san sendiri, dia tidak melakukan sesuatu yang berarti. Yah, bukan itu juga sih, bukannya dia sama sekali tak melakukan apa-apa. Dia membusungkan dadanya.

 

“Itu menunjukkan padamu apa yang bisa kami lakukan, yeah! Ambil itu! Aku bertaruh kau sedang ketakutan sekarang, dasar pecundang yang tak berharga...!”

 

Dia tampak sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dengan dirinya sendiri dan juga lebih dari senang untuk menunjukkannya.

 

Para priest ada di sini untuk bertindak ketika sesuatu terjadi pada rekan-rekannya sendiri. Jadi, di sisi lain, Anna-san mungkin sedang melakukan hal yang benar. Tokkis punya cara mereka sendiri dalam menangani sesuatu. Sepertinya mereka tak pernah kehilangan siapa pun sebelumnya, jadi Haruhiro menganggap bahwa cara itu berhasil untuk mereka. Dia bahkan mulai menganggap bahwa sikap Anna-san membuatnya segar. Karena dia adalah seorang priest, dia berdiri diam di sana sampai dia dibutuhkan. Tapi meski dia hanya tetap di pinggir lapangan, bukan berarti dia harus meminta maaf karena hal tersebut. Tak apa-apa baginya untuk menjadi berisik dan bangga pada diri nya sendiri.

 

Namun, kejutan yang sebenarnya berasal dari Tim Renji.

 

Si petarung berrambut cepak yang memiliki lentera tergantung di ikat pinggangnya, Ron, dan si priest kecil mungil, Chibi-chan, melindungi si mage berkacamata bingkai hitam, Adachi, sambil terus menjatuhkan para pion. Sementara itu, Renji, sedang menyerang habis-habisan, dan terlihat seperti dia akan mengalahkan semua musuhnya sendiri, meskipun secara realistis itu tidak mungkin. Cara dia menjaga jarak tertentu dari rekan-rekannya dan dengan tak acuh menebas pion mana pun yang terlalu dekat dengan mereka tampak begitu mudah, tampak seolah-olah dia sedang istirahat.

 

Bukan itu, dia sedang berjuang keras, dan mencapai pencapaian lebih dari kebanyakan orang di sini, tapi bukankah dia terlihat seperti sedang tidur sambil berjalan? Dia mampu membuat dirinya terlihat sepele seperti itu. Mungkin hal itu lah yang paling menakjubkan tentang dia. Hal tersebut seperti membuat Haruhiro terlempar.

 

"Hah...?!"

 

Tiba-tiba, Haruhiro merasakan sesuatu. Apa sesuatu itu? Pada saat ini, dia hanya bisa menggambarkannya sebagai "sesuatu," tapi dia segera mengetahui apa “sesuatu” itu.

Sesuatu itu terbang ke arah mereka. Menuju ke panggung dari kiri — bukan itu, tapi dari depan dan ke kiri, ya?

 

“Kuzaku!” Setora meneriakkan peringatan sebelum Haruhiro.

 

“Whah?!” Kuzaku bereaksi seketika dengan memukul objek yang datang dengan katana besarnya, dan mengubah arah terbang sesuatu itu. Objek itu cukup besar. Dan berhasil membuat Kuzaku kehilangan keseimbangan meskipun hanya sedikit, jadi pastinya objek tersebut cukup berat. Apa itu?

 

“Ada lebih banyak yang datang!” teriak Haruhiro.

 

Apakah itu adalah semacam bola? Bukan bola, tapi peluru. Yang seukuran kepalan tangan, ya? Omong-omong tentang objek yang besar.

 

"Menghindar!" Shinohara berteriak sambil melindungi dirinya dengan perisainya.

 

"Meow!" Yume mundur ke belakang lalu membungkuk, dan peluru yang dia hindari menabrak dan menghancurkan satu pion. "Mereka menembaki dengan busa!"

 

“Maksudmu menembaki dengan buta, kan!? Gwah!” Ranta menggunakan beberapa gerakan misterius untuk maju ke kiri dan kanan untuk menghindari dua atau tiga peluru. Tembakan yang dia hindari menghancurkan salah satu pion.

 

“Haunt!” teriak Shinohara sambil menunjuk ke arah peluru itu datang dengan pedangnya. “Prioritaskan untuk menjatuhkan mereka lebih dulu …!”

 

Dia telah memberi tahu mereka tentang haunt sebelumnya. Berbeda dengan pion, haunt hanya lah humanoid yang punya tubuh dari pinggang ke atas. Mereka akan tinggal di satu tempat dengan kedua tangan menyentuh tanah, dan menembakkan peluru dari wajahnya. Haunt itu seperti menara tetap.

 

Jika Kuzaku, Yume, Ranta, Merry, dan Setora semuanya ada di sini, maka party ini bisa berfungsi dengan baik tanpanya. Haruhiro berlari ke arah yang dia duga para haunt berada.

 

"Dasar bodoh!" Ranta menyusulnya dan meninggalkannya. “Serahkan ini padaku!"

 

Dia sangat lah cepat. Sudah terlambat untuk mencoba menyuruh dia kembali sekarang. Haruhiro berhenti. Biarkan saja Ranta menangani para haunt. Dia tak akan menjadi satu-satunya orang yang mengejar mereka, tetapi dilihat dari kecepatannya itu, maka dia pasti akan menjadi orang pertama yang sampai di sana.

 

Tapi ternyata dugaannya itu salah.

 

“Whah…?!” teriak Ranta kaget.

 

Haruhiro melihat sosok yang berlari di depan Ranta.

 

“Renji!” Haruhiro tercengang.

 

Kapan dia sampai di sana?

Renji telah meninggalkan timnya dan pergi untuk memburu para haunt sendiri.

 

 “Murgh…!” Kacamata Kimura berkilat.

 

Di depan Ranta, Renji tiba-tiba berhenti.

 

"Apa...?!"

 

Apakah itu nyamuk? Tidak, mungkin bukan. Itu hanya tampak seperti segerombolan nyamuk. Segerombolan besar darinya turun ke arah Renji.

 

“Guheh…! Aku gak nyangka phantom akan menyambut kita di pintu masuk aula!" Kimura tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Atau kah dia hanya tidak mencoba untuk melakukan itu? Mungkin benar. Bagaimanapun juga, ini adalah Kimura yang dibicarakan.

 

“Cih…!” Renji mengayunkan pedang besarnya untuk mencoba mengusir segeromblan phantom itu. Kekuatan pedangnya mampu mencerai beraikan mereka, tapi yang dilakukannya barusan hanya seperti mendorong lenganmu menembus tirai. Phantom itu terdiri dari sangat banyak sesuatu yang kecil seperti serangga yang membuatnya sulit untuk menebas mereka semua dengan pedang. Bahkan jika kekuatan pedangnya bisa membuat mereka tercerai berai, mereka langsung kembali berkumpul dalam waktu singkat.

 

"Gak akan bekerja lhooo...!"

 

Oke, Kimura. Kau diizinkan untuk bersemangat, tapi kau tak boleh terdengar sangat bahagia.

 

“Phantom ituuu! Kebal bangeeeet! Terhadap kekuatan fisiiik! Kau haruuus! Menggunakan sihiiir! Atau... Whah?!”

 

“Oof…?!” Ranta tergagap. Dia telah melambat karena bahkan jika dia mengejar Renji, dia tak yakin apa yang bisa dia lakukan terhadap para haunt itu nantinya, tapi kemudian seseorang mendorongnya ke samping. Posturnya kecil. Itu adalah...

 

"Light...!"

 

Chibi-chan... Priest Tim Renji. Apa yang akan dia lakukan?

 

“Lumiaris…!”

 

Dia berguling ke depan sambil mengatakan suatu kalimat yang singkat, Chibi-chan langsung berada di depan Renji, lalu mengarahkan telapak tangannya ke arah phantom.

 

"Bukankah rapalannya terlalu sedikiiiit?!" teriak Kimura.

 

Rapalan. Tadi itu rapalan? Light. Lumiaris. Biasanya kan, “O Light, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamu,” benar kan?

 

"Judgement!"

 

Serius nih?

 

Tak berlebihan untuk mengatakan bahwa Haruhiro mengira dia akan jadi buta barusan. Matanya langsung tertutup untuk menghindarinya dari bahaya. Meskipun begitu, dia masih bisa melihat cahaya putih intens melalui kelopak matanya yang membakar retinanya. Lalu ada suatu suara yang menusuk telinga yang tak pernah dia alami sebelumnya. Chibi-chan berada pada jarak yang cukup jauh dari Haruhiro saat dia melepaskan mantranya, tapi dia tetap merasa masih ada angin kencang yang bertiup ke arahnya.

 

“Mantra cahayaaaa! Pamungkaaaas” teriak Kimura dengan semangat.

 

Kau sungguh menyebalkan.

 

Haruhiro membuka matanya. Dia masih merasa sulit untuk melihat. Tapi untungnya, mantra pamungkas Chibi-chan, atau apa pun itu, telah menghancurkan para phantom.

 

“Hah…!” Renji mengayunkan pedangnya ke arah para haunt.

 

Renji pasti sudah istirahat saat pertarungan tadi. Dia tak bercanda. Itu lah satu-satunya kesimpulan yang bisa Haruhiro pikirkan.

 

Karena yang satu ini berbeda.

 

Kecepatan serta gerakannya sungguh mengerikan.

 

Dia berada di level yang sangat jauh darinya.

 

Apakah Renji melangkah maju saat dia mengayunkan pedang besarnya? Sepertinya yang barusan dia lakukan adalah suatu hal lain yang sama sekali berbeda, bukan? Pedang besar itu bermata satu serta berbilah tebal, yang bagian belakangnya bergerigi. Pedang itu juga sangat panjang, jadi pastinya berat. Seharusnya tak ada manusia yang bisa menggunakannya seperti itu. Renji tampak seperti telah mengikat rantai ke gagang pedangnya dan mengayun-ngayunkannya menggunakan rantai itu. Tapi kau harus menambahkan, kalau harus ada total dua atau tiga rantai di pedang besar nya agar bisa diayunkan seperti itu, untuk bisa melakukan sesuatu yang dekat dengan apa pun yang sebenarnya dia lakukan. Atau mungkin tidak? Ya, itu memang salah. Tak peduli apa yang Renji lakukan dengan pedang besarnya, Haruhiro tak akan bisa mengetahuinya dalam waktu dekat.

 

“Sisakan beberapa untukku!”

 

Ranta mengatakan sesuatu. Tapi Renji tak mau berhenti. Sulit membayangkan kalau ada orang yang bisa menghentikannya sekarang.

 

"Dia sungguh sesuatu yang berbeda, ya?"

 

Kebetulan, Haruhiro melihat Shinohara si pemimpin Orion membisikkan itu. Dia telah mengambil setiap kesempatan yang ada agar bisa mengamati Shinohara. Berkat itu, dia bisa melihat ini.

 

Wajah Shinohara tanpa ekspresi. Itu bukan lah wajah seseorang yang memuji orang lain. Kapan dia mulai kehilangan ekspresi seperti itu? Haruhiro tak bisa memberikan jawaban.

 

Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Segera setelah itu, Shinohara tersenyum lagi. Dia memasang senyumnya yang biasa. Senyum dari orang yang punya berkepribadian baik. Seperti mengatakan, aku bisa mentolerir apa pun.

“Hmph…” Tada memanggul palu perangnya dan melihat ke sekeliling area.

 

Tokimune memutar pedang panjangnya sedikit dan menebas si pion. “Apa kita kurang lebih sudah membereskannya sekarang?” dia bertanya-tanya dengan keras.

 

Renji telah memburu semua haunt. Ranta menghentakkan kakinya dengan marah.

 

“Oookk!”

 

"Kau itu apaan sih? Monyet kah?" gumam Kuzaku.

 

Kelihatannya, tak ada pion yang tersisa, setidaknya tidak ada di area yang diterangi oleh batang bercahaya.

 

“Duhuh…!” Kacamata Kimura berkilat lagi. Tapi bung, caranya tertawa... Haruhiro tak bisa terbiasa dengan itu. Setiap kali dia mendengarnya, dia jadi marah. Kedengarannya juga tawanya berbeda setiap saat. Karena itu, tawanya selalu keluar dengan jenis baru yang membuatnya marah. Dia tak butuh variasi semacam itu dalam hidupnya.

 

“Sepertinya kita sudah mengatasi mereka untuk saat ini. Gu fuh fuh…”

 

“Ayo cepat maju.” Shinohara menyarungkan pedangnya dan menuju lebih dalam dari aula masuk. “Lebih banyak dari mereka akan muncul jika kita leha-leha saja di sekitar sini."

 

Apakah tadi hanya imajinasi Haruhiro? Sisa-sisa pion dan haunt yang berserakan di sekitar pintu aula masuk terlihat saling mengaduk-ngaduk. Dari kelihatannya, tanah itu tidak benar-benar bergerak, jadi pasti tadi hanya lah imajinasinya.

 

Setidaknya untuk saat ini.

 

Orion dan Tokkis mulai bergerak. Renji sudah menuju semakin dalam dari aula masuk bersama Chibi-chan, Ron, dan Adachi di belakangnya.

 

Haruhiro memberi isyarat kepada Kuzaku, Yume, Merry dan Setora dengan matanya, kemudian mengikuti di belakang Tim Renji.

 

Ranta menyesuaikan topengnya, lalu bergabung dengan mereka.

 

“...Tempat ini membuatku merinding.”

 

Haruhiro sangat setuju, tapi itu hanya akan membuatnya kesal jika dia mengatakan itu pada si dark knight bertopeng, jadi dia terus berjalan dalam diam.

 

Orion telah menghabiskan waktu yang lama untuk menjelajahi Makam, dan juga telah mengalahkan sejumlah besar musuh saat melakukannya. Namun, setiap kali mereka memasuki Makam lagi, musuh yang lebih banyak muncul kembali. Shinohara dan orang-orangnya bahkan telah melihat sisa-sisa musuh bergabung bersama, dan jadi musuh tipe baru.

 

Makam ini tidak akan pernah kehabisan musuh. Bahan untuk membuat musuh yang baru itu tak pernah berkurang, dan musuh akan lebih banyak muncul lagi selama sumbernya masih ada. Artinya, tak peduli seberapa banyak dari mereka yang telah dikalahkan, akan selalu ada lebih banyak dari itu muncul lagi nantinya.

 

Sudah jelas kalau ini bukan lah fenomena alam.

 

Pastinya ada suatu kekuatan yang sedang aktif di sini supaya bisa terus membuat mereka muncul. Pemilik kemampuan itu ada di suatu tempat di Makam ini.

 

Tampaknya, bahkan sekarang dalam kematian pun, raja kuno tidak tidur.

 

Komentar