Ada pepatah yang mengatakan bahwa kemalangan dan kebahagiaan seperti tali yang tipis. Mungkin maksudnya kemalangan dan kebahagiaan seperti 2 sisi koin yang berbeda, atau kegagalan bisa membawamu pada kesuksesan, atau keberuntungan yang tidak terduga dapat membawamu pada hal sebaliknya, atau pun segala sesuatu bisa berjalan bagus atau buruk.
Mungkin mereka diincar oleh Mangarof karena mereka diikuti oleh sekawanan Jakail. Jika mereka tidak diserang Mangoraf, maka Vicky Sand dan kuda-kudanya pasti akan baik-baik saja sekarang. Tapi dia tidak tahu apakah mereka akan selamat ketika masuk ke Grey Marshes. Selain itu, para Jakail telah mengalihkan perhatian Mangoraf dari delegasi, yang membuat mereka bisa kabur. Vicky— Jika bukan karena Vicky Sand dan 4 kuda lainnya, mungkin orang lain lah yang akan jadi korban Mangoraf dan kawanan Jakail.
Kedinginan di Gray Marshes sangat lah parah, dan beragam lintah-lintah juga sangat menganggu. Namun, setelah mengalami berbagai kejadian pahit di Dataran Quickwind, mereka masih bisa menahannya. Setelah 3 hari melintasi Grey Marshes, akhirnya mereka memasuki Sea of Trees (Lautan Pepohonan) di kaki Pegunungan Kurogane.
Menurut Itsukushima, habitat Lizardman berada di pesisir Irot, Sea of Trees. Mungkin Ekspedisi Selatan lah yang memaksa mereka pindah ke selatan. Delegasi itu harus mengasumsikan bahwa Sea of Trees mungkin sudah menjadi wilayah Ekspedisi Selatan dan lebih berhati-hati.
Jadi, kelompok itu pun memfokuskan untuk mencari informasi musuh dan melanjutkan perjalanan melalui Sea of Trees seolah-olah mereka sedang melintasi jembatan batu.
Bahkan jika tidak terasa seperti itu, mereka tidak bisa terburu-buru untuk maju dan pergi sejauh mungkin di hutan ini. Di Sea of Trees, ada pohon-pohon besar yang terlihat menjulang sangat tinggi sampai ke langit, dan pohon-pohon yang meliut-liut dan melilit satu sama lain, bersamaan dengan akar-akar yang seolah-olah berusaha menguasai tanah di sana, serta tanaman-tanaman di sekitarnya. Batang-batang dan akar-akar pohon membentuk seperti bukit dan lembah, dan hampir tidak ada tanah datar bisa mereka temukan, yang membuatnya sulit untuk berjalan.
“Tanah ini tidak cocok untuk manusia tempati...”
Neil si Scout mengeluh lagi dan lagi.
Setelah kematian Vicky Sand, Neal mengambil alih peran sebagai Duta Besar delegasi. Oleh karena itu, bisa disebut dia adalah pemimpin Delegasi, tapi tidak ada yang memperlakukannya seperti itu. Ketika Ranta memanggilnya ‘deputy’ dengan cara sarkastik, semua orang menirunya. Neal tidak menyukainya, tapi mereka tidak peduli. Pada dasarnya, tidak ada satu pun orang yang merespon ocehan mengeluh Neal.
Omong-omong, mereka masuk ke Sea of Trees di pagi hari dan saat malah telah tiba, mereka hanya berjalan sejauh 10 km. Progres ini jauh lebih lambat ketimbang perjalanan mereka ketika di Gray Marshes.
Meskipun mereka berkemah, mereka tidak bisa menyalakan api, jadi mereka pun berkumpul di satu tempat dalam kegelapan. Tidak ada sinar bulan atau cahaya bintang di Sea of Trees. Karena mereka tidak bisa melihat apa pun, maka mereka tidak punya pilihan selain beristiharat dalam jarak di mana mereka bisa merasakan kehadiran satu sama lain di malam hari.
“Ah, maaf.” Ucap Neal, lalu tertawa.
“Nya?” kata Yume.
“Oi, bajingan! Barusan saja kau menyentuh Yume, kan!?” timpal Ranta.
“Hm? Tadi itu tidak sengaja. Aku juga meminta maaf. Keadaannya terlalu gelap bagiku untuk bisa melihat.”
“Aku tidak percaya apa pun yang kau katakan.”
“Kelihatannya aku sangat dibenci, ya? Memangnya apa sih yang telah kulakukan sampai-sampai pantas mendapatkan ini?”
“Apakah harus kukatakan karena apa saja?” tanya Setora.
“Tidak, tidak perlu.”
Haruhiro bisa melihat Neal sedang mengangkat bahunya. Jika Setora mengatakan bagaimana itu bisa terjadi dan mengapa bisa terjadi, bahkan Haruhiro pun mungkin tidak akan bisa sembuh sementara jika berada dalam posisi Neal.
“Tapi, ya...”
Kuzaku berbaring sambil menguap lebar.
“Malam di sini gak terlalu dingin ketimbang di Grey Marshes, udaranya pun bagus dan lembab. Rasanya menenangkan. Membuatku ngantuk juga...”
“Kau emang gak suka ambil pusing, ya...” balas Ranta.
Haruhiro tertawa.
“Jika kau ingin tidur, maka tidur saja. Aku akan membangkunkanmu jika sesuatu terjadi, tapi Kuzaku, bahkan tanpa kubangkunkanmu, mungkin kau akan bangun sendiri karena punya Insting bagus.”
“Yah, kalo gitu selamat malam, ya...” Kuzaku menguap.
Kelihatannya dia sudah tertidur lelap.
“Itu adalah salah satu kelebihanmu.” Bisik Setora.
Haruhiro pun setuju.
Dia sadar bahwa tangan kanan Merry menyentuh tangan kirinya, Merry duduk di sampingnya, dan Haruhiro tidak yakin dia bisa tertidur seperti Kuzaku.
Kuharap bisa saling bergandengan tangan dengannya.
Di kegelapan ini, tidak ada yang bisa melihat mereka. Saking gelapnya, tak peduli apa yang dilakukan Haruhiro dan Merry, selama mereka tidak banyak membuat kebisingan, maka tak akan ada orang yang curiga. Meskipun begitu, bukan berarti mereka bisa melakukan semuanya. Lebih tepatnya, Haruhiro tidak bisa melakukan hal yang begitu besar. Dia tidak punya keberanian sebanyak itu. Tapi dia pikir baik-baik saja jika hanya bergandengan tangan dengannya.
Mungkin aneh kalau aku lah yang mengatakan ini, tapi meskipun Merry terkadang menggerak-gerakkan tangannya ke sana sini, dia tidak mencoba pergi menjauh dariku, yang berarti dia tidak ingin melepaskanku. Aku penasaran. Tentang apa? Bukan sudah jelas? Tentang ‘itu’.
Bukankah itu mungkin kalau Merry juga ingin saling bergandengan tangan denganku?
Aku bertanya-tanya apakah itu memang benar. Bukankah ada cara untuk mencari tahunya? Aku tinggal tanya saja padanya seperti ‘bisakah aku menggenggam tanganmu?’ atau semacamnya. Tapi mustahil. Aku tidak bisa melakukan itu.
“Hey, Yume.”
Ranta berdeham.
“Maukah kau... tidur denganku?”
“Kau masih seratus tahun lebih awal.”
Kelihatannya Itsukushima memukul Ranta atau semacamnya.
“Gwah!? Apa-apaan itu dasar pak tua!? Kenapa kau seolah-olah bisa melihatku di kegelapan ini!?”
“Aku tidak bisa melihatmu, tapi nyaris bisa. Jangan remehkan Hunter, Dark Knight...”
“Hoo...? Kalo gitu Yume, apa kau juga bisa melihatku?”
“Kalo secara samar sih iya...”
“Ah...!”
“Ini ketiak Ranta, kan...?”
“Jangan menyentuhnya! Itu adalah tempat yang sensitif...!”
“Ohh, jadi ini tuh titik lemah Ranta, ya? Kalo gitu bakal Yume gelitik...!”
“Be-be-berhenti! Berhenti! Itu terlalu menggelikan! Jadi hentikan!”
“Tikitikitikitikitikitik...!”
“Ahhh! Kan dah kubilang hentikan! Kau ingin ngebunuhku, kah...!?”
“Kalau begini mah, maka kuyakin tidak akan berubah bahkan setelah seratus tahun.” Kata Itsukushima dengan lembut.
Benar. Diam-diam Haruhiro merasa senang pada Ranta.
Sebenarnya, pada saat Ranta dan Yume saling bermain-main, Haruhiro berhasil bergandengan tangan dengan Merry.
Rasa kebersamaan dalam hubungan ini sungguh luar biasa. Yang terasa tidak hanya secara fisik, mereka juga seperti terhubung secara batin. Tentu saja, itu hanya lah ilusi semata.
Tunggu dulu, apakah itu benar-benar ilusi semata?
Merry bersandar pada bahu kiri Haruhiro. Itu adalah hal yang paling Haruhiro inginkan dan berharap agar terjadi.
Kepala Merry menyentuh pipi Haruhiro. Rambutnya. Baunya.
Sudah menjadi hal yang wajar bagi mereka untuk tidak bisa mandi selama perjalanan seperti ini. Bukan hal yang aneh juga jika mereka harus melakukan perjalanan saat hujan, dan melalui rawa basah, atau pun sungai, tapi yang pasti sangat sulit untuk bisa mandi dengan bersih. Yang terbaik yang bisa mereka lakukan hanya lah membasuh muka dan tubuh mereka kadang-kadang. Sejujurnya, terkadang dia sangat lah bau. Yah, sebenarnya hampir terjadi setiap saat. Dia sudah terbiasa dengan itu, tapi kalau dipikir-pikir lagi dengan baik, maka pastinya dia sangat kotor.
Tapi anehnya, entah kenapa ketika dia melebihi tingkatan bau tertentu, baunya menjadi manis, ringan, dan tidak terlalu buruk.
Baunya berbeda-beda pada setiap orang. Mungkin hanya Haruhiro yang berpikir seperti ini, kalau bau Pria dan Wanita punya perbedaan yang cukup besar.
Singkatnya, bau Merry sangat lah nyaman.
Dalam kasus ini, bau manis bisa juga sangat buruk baginya.
Haruhiro tidak punya keinginan yang kuat, sampai ke tingkatan di mana dia berpikir apakah normal jika keinginan dia hanya segitu sebagai pria. Tapi tentu saja, bukannya dia tidak punya sama sekali, jika kau punya sedikit nilai saja dalam dirimu maka itu akan bertambah jika kau mengkalinya, sedangkan 0 akan tetap 0 tak peduli sebetapa banyaknya kau mengkalinya.
Nilai dalam aroma Merry terlalu besar untuk dikali.
Di atas semua itu, sentuhan tangan dan anggota tubuh lainnya juga mengkalikan nilai dalam diri Haruhiro.
Haruhiro tidak pernah berpikir akan datang saat dimana dia akan memiliki keinginan kuat terhadap hal-hal seperti ini. Sulit untuk mengungkapkannya dalam kata-kata karena dia masih tidak terbiasa dengan hal-hal tersebut, tapi singkatnya, dia bernafsu pada Merry.
Selain itu, mungkin Haruhiro salah, tapi Merry bisa saja berpikiran sama dengannya.
Tentu saja, bahkan jika itu yang terjadi, tidak ada yang bisa dia lakukan tentang itu di sini, atau lebih tepatnya, dia tidak bisa bertindak terhadap hal tersebut.
Hal tersebut sudah jelas.
Itu lah sebabnya menyakitkan dalam beberapa hal, dan juga menjadi mudah bagi Haruhiro.
Bahkan jika keinginannya naik, dan ada perubahan dalam tubuhnya serta bayangan-bayangan tidak senonoh tentang ingin melakukan ini, ingin melakukan itu, dan seterusnya, entah bagaimana dia hanya harus menekannya dan menahannya. Karena tidak ada pilihan selain melakukan itu.
Di sisi lain, bagaimana jika dia berada dalam situasi dimana dia tidak harus menahannya? Untuk menggambarkannya secara kasar, jika kau berada dalam situasi dimana kau bisa melakukannya jika kau ingin, maka kau pun tidak punya pilihan lain selain melakukannya.
Haruhiro punya keraguan kuat pada dirinya, bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa melakukannya. Dia bukan lah orang seperti itu. Mungkin ini bukan masalah tentang itu. Tapi tetap saja tidak terasa benar baginya.
Bagaimanapun juga, tak peduli sebetapa ingin dia melakukannya, dia tidak bisa. Saling berpegangan tangan, merasakan kehangatan Merry, kelembutannya, aromanya. Hanya itu lah yang bisa dia lakukan. Tidak ada hal lain. Dia tidak bisa pergi lebih jauh.
Bahkan ketika Merry menyenderkan kepalanya pada kepala Haruhiro, yang menyebabkan bibir Haruhiro menyentuh dahi Merry. Bahkan ketika dia bisa merasakan nafas Merry dengan jelas. Namun...
Uwaaaah, aku tetap saja menyukainya.
Dia hanya bisa berpikir seperti semua keinginannya akan keluar dari setiap sela-sela tubuhnya, tapi dia tersadar oleh pikiran bahwa harus menahannya.
“Aku akan pergi sebentar.”
Dia mendengar suara Itsukushima berdiri. Si Anjing Serigala, Pochi, yang berbaring di sampingnya, sepertinya juga sudah berdiri.
“Aku tidak berpikir situasi sekarang berbahaya, tapi tetap jangan lengah. Dan jangan terlalu terbawa suasana.”
Hah? Apa yang dia maksud ‘jangan terlalu terbawa suasana’?
Haruhiro sangat ingin menanyakan itu, tapi takut hanya salah paham semata.
“Oke...” jawab Haruhiro singkat.
Aku tidak bisa melihat, kata Itsukushima tadi, kemudian lanjut mengatakan, tapi nyaris bisa. Jadi, setidaknya dia bisa melihat meskipun sedikit, kan?
Haruhiro dan Merry langsung menjauh tanpa berpikir dua kali. Tapi mereka hanya berniat untuk tidak terlalu dekat seperti bersandar atau semacamnya. Mereka masih berpegangan tangan. Bukannya mereka telah merencanakan ini, hanya saja ini terasa baik-baik saja bagi mereka.
Aku menyukainya.
Dari lubuh hatinya yang paling dalam, Haruhiro berpikir seperti itu. Namun ini bukan lah saatnya untuk berpikir seperti itu. Masih belum saatnya. Benar. Itu tidak benar. Tidak boleh.
“Tidak, tidak...” gumam Haruhiro dengan rendah.
“Ada apa?” tanya Merry.
“Ah, tidak... yah... ini bukan tidak, tapi tidak...”
Merry sadar bahwa dia sedang berbicara hal tidak masuk akal. Haruhiro pun sadar akan hal itu.
“Oke kalo gitu.”
Merry tersenyum tipis.
“Kamu harus mengarahkan pandangan kepalamu kedepan.”
Merry mengeratkan genggaman tangannya, tentu saja Haruhiro pun balas genggam tangannya.
“Zzz...”
Kuzaku sedang mengorok. Dia penasaran apa yang sedang dilakukan Ranta dan Yume. Mereka berdua diam saja. Dia yakin itu lah yang terjadi, tapi bisa saja salah. Setora juga diam saja. Orang yang baru saja menghela nafas pasti lah si Scout, Neal.
Malam pun terus berlarut. Kelihatan seperti kegelapan tidak akan menghilang, sampai mereka bergantian tidur dan area sekitar menjadi semakin terang oleh cahaya.
Di awal pagi, Itsukushima dan Pochi kembali.
“Ternyata ada beberapa hal telah berubah sejak aku meninggalakan Pegunungan Kurogane.”
“Hmm? Apa yang terjadi?” tanya Yume sambil melakukan peregangan.
“Yah...”
Itsukushima mengangkat bahunya dan melihat ke sekeliling grup.
“Aku mengerti. Haruhiro, Ranta. Kalian ikut lah denganku.”
Kuzaku memiringkan kepalanya.
“Apa kau mengatakan bahwa kita masih tidak akan berangkat?”
“Aku juga ikut.” Kata Neal.
Itsukushima tidak menolak.
“Itu lebih baik. Aku akan meninggalkan Pochi di sini. Yume, rawat lah dia sampai aku kembali.”
“Aye-aye.”
Ketika Yume menutup salah satu matanya, Itsukushima melakukan hal yang sama. Itsukushima berkedip canggung yang mebuat separuh wajahnya berkedut, tapi itu membuat Yume tersenyum lebar dan terlihat sangat bahagia.
Haruhiro, Ranta, dan Neal mengikuti Itsukushima melalui Sea of Trees. Itsukushima bergerak dengan cepat dan tangkas.
“Kenapa gak dibawa santai saja...?”
Neal mulai mengomel, tapi Itsukushima tidak melambat.
“Kan kau sendiri yang ingin ikut, jadi diam lah.”
“Memangnya apa yang terjadi?”
“Kau akan melihatnya.”
“Kau harus menjelaskannya lebih dulu.”
“Aku bukan lah pembicara yang bagus, kau tahu?”
“Tapi tidak ketika kau berusuan dengan anak didikmu yang lucu itu.”
“Jika kau membicarakan Yume lagi, aku akan meninggalkanmu.”
“Kau tidak mengerti, ya...?”
Neal berhenti bicara setelah itu.
Haruhiro dan Ranta berkonsentrasi supaya bisa mengikuti Itsukushima tanpa mengatakan apa-apa. Itsukushima bergerak dengan kecepatan dua kali lebih cepat dari kemarin. Tak satu pun dari Haruhiro mau pun Ranta bisa mengerti tentang hal itu.
Pada akhirnya, mereka berjalan selama 2 jam.
Memang benar, dia mengerti ketika melihatnya.
Di depan sana ada area lapang. Untuk sesaat, mereka berpikir telah sampai pada ujung Sea of Trees. Tapi di depan sana tidak sepenuhnya lapang, ada satu pohon besar dengan akar-akar kokoh menyebar ke segala arah. Akar-akar tersebut pasti tampak begitu indah akar karena bisa tersebar di seluruh area. Ketimbang ketinggiannya, ketebalan batang dan bagaimana cabang-cabangnya menyebar sangat luar biasa. Pohon itu tidak bisa lagi disebut besar saja, lebih seperti Pohon Raksasa, karena beda dengan yang lain.
“Gede banget...”
Ranta terbatuk.
Mereka tidak melangkahkan kaki ke area dimana Pohon Raksasa berada. Haruhiro dan yang lainnya bersembunyi di bayang-bayang pepohonan bagian luar area tersebut. Akan lebih baik untuk bersembunyi seperti ini.
Batang-batang dan cabang-cabang Pohon Raksasa itu digunakan sebagai bangunan dan tiang untuk lantai di langit-langit. Ada tangga tali, tangga kayu, dan tangga lainnya di sana-sini, dia juga bisa melihat sosok humanoid yang sedang naik turun di sana. Sosok-sosok itu mungkin bukan manusia, tapi mungkin Orc dan Undead.
Dan juga, ada banyak menara dan pagar di area sekitar Pohon Raksasa berada. Para Orc dan Undead sedang duduk di menara-menara tersebut, bersantai-santai, memain-mainkan senjatanya, atau hanya sekedar melihat-lihat di sekitar.
“Oi, oi, oi...”
Neal berjongkok dan memegangi kepalanya.
“Apakah mereka semua adalah musuh? Kita adalah musuh mereka, kan? Musuh kita telah membangun sesuatu seperti itu? Tempat tersebut seperti benteng saja. Sudah berapa lama mereka tinggal di situ...?”
“Aku pun tidak tahu. Aku menemukannya semalam.” Kata Itsukushima.
“Mereka terbantu oleh Pohon Raksasa itu, jadi mungkin tidak susah untuk membangunnya selama aku pergi dari Pegunungan Kurogane karena mereka tidak butuh khawatir tentang bahan-bahannya.”
Ranta menggeser topengnya ke dahi dan menatap Pohon Raksasa dengan intens. Matanya terlihat sangat serius.
“Ranta?”
Ketika Haruhiro memanggillnya, Ranta membalasnya dengan suara rendah, ‘ya’, tapi dia tetap tidak mengalihkan pandangannya dari Pohon Raksasa.
“Apa ada yang salah?” tanya Haruhiro lagi.
Ranta mengangkat tangan kirinya seolah bilang tunggu dulu.
Ranta melihat ke atas. Haruhiro pun ikut melihat ke atas.
Ada burung.
Seekot burung hitam melebarkan sayapnya dan menukik turun. Ukurannya besar. Panjang sayap si burung dari ujung ke ujung mungkin kisaran 2 meter, dan mungkin burung tersebut adalah Elang. Seekor Elang Hitam yang Besar.
“Forgo...” kata Ranta.
Si Elang tiba-tiba melebarkan sayapnya untuk melambat dan bertengger pada salah satu cabang Pohon Raksasa itu.
“Ada Jumbo di sana.”
Ranta mengambil nafas dan memasang topengnya kembali.
“Forgo adalah teman Jumbo. Benteng itu milik Forgan.”
Di masa lalu, Ranta mengkhianati Haruhiro dan yang lainnya dengan bergabung ke Forgan, meskipun dia mungkin melakukan itu karena tidak punya pilihan. Pasti dia akan tenang jika menghabiskan waktu bersama mereka. Tapi Ranta tidak begitu. Kelihatannya dia diburu karena kabur dari Forgan.
Haruhiro tidak tahu situasi penuhnya. Dia juga tidak punya niatan untuk menggali lebih dalam terhadap hal tersebut. Namun, dia merasa bahwa Ranta pasti telah melalui banyak hal dalam hal itu. Kelihatannya dia memiliki perasaan yang tak bisa diungkapkan pada Forgan.
“Ayo lihat-lihat ke sekitar.”
Itsukushima mulai berjalan.
Haruhiro dan yang lainnya mengikuti Itsukushima sambil mengawasi Pohon Raksasa.
“Pastinya jumlah mereka kisaran 1000.” Kata Neal. Pengintaian adalah keahlian pria ini.
“Tidak... ada lebih dari itu. Jumlahnya ada 2000 atau 3000-an.”
“Terlalu banyak.” Bisik si Pria bertopeng. “Seingatku jumlah Forgan hanya kisaran 200 atau 300, dan mereka seperti sekelompok orang yang berpikiran sama berkumpul di sekitar Jumbo. Seperti Keluarga, tapi tidak berhubungan darah.”
“Kelihatannya kau tahu banyak, ya?”
Neal menatap Ranta dengan curiga, tapi tidak menanyainya secara khusus.
“Jumbo, ya.”
Dia melihat tatapan jauh dari Itsukushima.
“Apa kau tahu dia?” tanya Ranta.
“Pada saat dulu, dulu sekali, ketika aku sedang berpetualang, aku membuat perapian di pegunungan, dan Orc itu tiba-tiba muncul. Orc ini tidak memiliki apa-apa selain minuman keras pada dirinya. Pada saat itu aku kebetulan kehabisan minuman keras. Kami menghabiskan malam itu dengan minum-minum lalu berpisah. Aku tidak pernah melihatnya lagi sejak saat itu, jadi aku ragu apakah dia masih mengingatku.”
“Kuyakin dia masih mengingatmu. Ini Jumbo yang sedang kita bicarakan.”
“Dia tidak terlihat seperti orang yang tertarik dengan peperangan.”
“Sepertinya mereka dipaksa untuk melakukan sesuatu karena diancam. Namun, ketika mereka tidak punya pilihan lain selain itu, maka mereka akan melakukannya secara menyeluruh. Mereka tidak akan ragu-ragu jika demi anggoatanya sendiri. Mereka adalah kelompok besar dan terkenal yang menerima jasa pembunuh bayaran mungkin karena dipaksa.
Ranta tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke suatu arah, Haruhiro dan yang lainnya menengok ke arah yang di tunjuk Ranta.
“Besar juga, ya...” kata Itsukushima tercengang.
Faktanya, menara itu memang sangat besar. Dia penasaran apakah mereka menyimpan barang-barang penting di sana. Bangunannya sih kasar, tapi kelihatannya itu seperti gudang tinggi atau semacamnya. Namun, apa yang Itsukushima sebut ‘besar’ bukan lah bangunan seperti gudang itu.
Ada satu Orc yang sedang duduk di depan bangunan tersebut. Umumnya Orc lebih besar daripada manusia. Tapi tetap saja, ukuran Orc tersebut tidak wajar. Dia begitu besar sampai-sampai dia harus mendongak begitu tinggi agar bisa manatap mukanya pada jarak dekat. Penampilannya juga terlihat berbeda dari Orc lainnya. Dia mengenakan pakaian seperti Kimono bertatahkan pola silver di background berwarna hitam.
“Godo Agaja.”
Haruhiro juga mengingat nama yang baru saja Ranta sebut. Dia merasa bahwa ada Orc di Forgan yang tampak seperti Jumbo berukuran dewasa. Godo Agaja. Itu lah nama Orc tersebut. Kemudian, ada suara gonggongan anjing atau serigala dari suatu tempat. Tidak hanya satu. Beberapa dari mereka melolong. Itsukushima mengerutkan alisnya dan berdeham.
“Ada serigala di sini.”
Para Hunter menyembah serigala raksasa bernama Eldritch, the White God. Saudaranya, the Black God Ragil, memakan ibu mereka, Kalmia, segera setelah lahir. Karena hal tersebut, Eldritch dan Ragil berpisah, dan serigala hitam dan putih, yang memiliki marganya masing-masing, mulai membenci satu sama lain dan bertarung dengan sengit.
Para Serigala Putih membentuk kelompok kecil dengan pasangan atau anak-anak mereka, dan berburu beruang, macan tutul, dan harimau. Di sisi lain, Serigala Hitam, terkadang membentuk kelompok berjumlah lebih dari 100 dan terlibat dalam perburuan berskala besar. Mereka akan menyerang manusia, orc, dan ternak dengan agresif. Tidak seperti Serigala Putih atau Serigala umum yang disebut Serigala Hutan atau Serigala Abu-Abu, Serigala Hitama dikatakan brutal dan kejam. Alasan kenapa Haruhiro mengetahui hal-hal seperti itu karena Yume sering mengoceh padanya tentang hal tersebut.
“Serigala Onsa, ya.” Kata Ranta. “Ada Goblin Beastmaster di Forgan. Sepertinya dia adalah penjinak binatang yang hebat. Serigala Hitam biasanya sulit untuk dijinakkan, kan?”
Itsukushima menggelengkan kepalany dengan ringan.
“Pertama-tama, Serigala bukan lah Anjing. Mereka memang mirip, dan hubungan mereka juga cukup dekat sehingga bisa nikah silang, tapi mereka tetap lah mahluk yang berbeda. Serigala tidak terbiasa dengan manusia. Itu lah sebabnya kita para Hunter menikah silangkan Serigala dan Anjing sehingga bisa mendapatkan Anjing Serigala. Serigala hitam atau bukan, jika goblin itu memiliki serigala-serigala yang mengikutinya, maka sudah tidak bisa dibilang menjinakkan lagi. Yang mana artinya goblin itu sudah diakui sebagai pemimpin para serigala.”
“Hey, ada sesuatu yang muncul.”
Neal mengarahkan dagunya ke arah bangunan mirip gudang.
“Apa yang mereka sedang lakukan...?”
Godo Agaja berbalik dan melihat ke pintu masuk bangunan mirip gudang. Sekelompok sosok berjubah hijau keluar dari bangunan tersebut satu demi satu. Pasti ada 10 dari mereka, atau lebih tepatnya memang ada 10.
Haruhiro merasa tidak tenang. Apa yang begitu menganggunya? Dia mencoba mencari tahunya, tapi tidak bisa menemukan alasannya.
“Apa yang mereka bawa...?” kata Itsukushima dengan curiga.
Semua sosok berjubah hijau itu membawa benda panjang seperti tongkat di pundak mereka. Kelihatannya itu bukan lah tombak atau pun pedang.
9 dari 10 memakai penutup jubah di kepala. Ada satu. Hanya ada satu orang yang tidak memakai penutup jubah di kepalanya.
Karena jarak yang jauh, dia tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas. Satu hal yang bisa dia tahu hanya lah info bahwa mereka memiliki kulit berwarna krem, atau seseuatu seperti itu.
“Gumow?” kata Haruhiro lumayan keras, lalu tersadar.
Gumow. Mereka adalah keturunan hasil persilangan dari Orc dan ras lain. Mahluk yang mendiami Jessie Land adalah Gumow. Jessie lah yang memberikan mereka jubah hijau dan memanggil mereka Ranger, membuat mereka bertugas untuk berburu dan berjaga.
Mungkinkah mereka adalah Ranger? Saat itu, Haruhiro hanya bisa berpiki bisa saja itu lah yang terjadi.
Di antara para Ranger, ada seorang wanita Gumow bernama Yanni, yang dipercaya Jessie. Tanpa mengenakkan penutup kepala, Gumow itu terlihat sangat mirip dengannya. Dia tidak bisa melihatnya begitu jelas dari kejauhan, jadi itu hanya lah dugaan semata.
“Kau mengenalnya...?” kata Ranta dengan suara rendah.
“Aku juga bertanya-tanya tentang itu...”
Hanya itu lah jawaban yang bisa Haruhiro berikan.
Ranta mendecakkan lidahnya. Haruhiro memberinya jawaban tidak jelas, jadi wajar saja dia kesal.
Seseorang keluar dari bangunan itu lagi.
Kali ini ada 2 orang. Salah satu dari mereka adalah manusia, tapi tanpa memiliki tangan kanan. Seorang pria bertangan satu. Dan juga, dia tidak bisa mengatakannya dengan yakin dari sini, tapi dia pikir pria itu hanya punya satu mata.
Ranta meletakkan tangannya di topeng. Pasti dia mencoba menggeser topengnya, tapi dengan cepat dia urung melakukannya.
“Si Pria Tua Takasagi...”
Takasagi. Pria itu juga memegang benda panjang seperti tongkat dengan tangan kirinya di pundak. Lalu ada satu lagi, rekan Takasagi.
Rekan Takasagi tidak terlihat seperti Manusia maupun Orc. Mungkin juga bukan Undead. Kulitnya berwarna kuning tua. Dia berwajah kasar seperti batu. Dia pendek, dengan punggung yang sangat bungkuk, tetapi tubuh bagian atasnya cukup menakjubkan. Atau lebih tepatnya, bahu, dada, dan lengannya berkembang dengan sangat bagus. Kelihatannya dia memakai desain baju yang sama seperti Godo Agaja.
Takasagi pergi dan berdiri ke depan Godo Agaja. Dia memutar-mutarkan benda panjang itu di depan Godo Agaja sambil tampak mengatakan sesuatu, tapi dia tidak bisa mendengarnya pada jarak seperti ini.
“Ah...”
Akhirnya dia mengerti. Hal yang membuat Haruhiro terganggu. Benda tersebut bukan lah pedang atau pun tombak. Itu adalah senjata terbang (?). Kenapa dia tidak langsung mengerti hal tersebut? Padahal dia pernah melihatnya sebelumnya.
“Itu adalah Senjata Api.”
“Senjata Api...?”
Si Pria Bertopeng menoleh ke Haruhiro, lalu ke Takasagi dan yang lainnya, kemudian menoleh ke Haruhiro lagi.
“Hah...!?”
“Kenapa mereka bisa punya senjata api...?”
Itsukushima mengusap-ngusap bagian bawah dagunya yang berjanggut. Itsukushima lah yang memberitahu Tentara Perbatasan tentang Senjata Baru. Dia adalah Hunter dan memiliki penglihatan mata yang bagus. Pastinya dia sudah tahu itu adalah Senjata Api dari awal.
“Senjata Api itu adalah apa yang kau sebut Senjata Baru, kan?” kata Neal lalu menelan ludah.
“Aku tidak tahu kenapa senjata itu bisa berada di tangan musuh. Tidak mungkin kalau itu diberikan begitu saja. Mungkin kah mereka mencurinya? Apa pun itu, kita sedang berada dalam masalah...”
“Shhh—”
Tiba-tiba, Ranta menarik wajahnya yang menyembul dari balik pohon dan menempelkan tubuhnya pada pohon tersebut.
Jika kau memeriksa ke sekitar, kau akan melihat Takasagi sedang melihat ke arah mereka. Tidak mungkin, apakah dia menyadari keberadaan mereka?
Haruhiro dan yang lainnya pun ikut bersembunyi di balik pepohonan dan menahan nafas.
“Apa kau pikir kita telah ketawan...?” tanya Haruhiro.
Ranta menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak tahu. Bagaimanapun juga, dia adalah pria tua dengan insting tajam. Kupikir ini baik-baik saja, tapi...”
“Ayo kembali.”
Itsukushima membuat keputusan cepat. Tidak ada yang menolak.
Butuh waktu kisaran 2 jam bagi Haruhiro dan yang lainnya untuk sampai ke tempat teman-temannya berada. Mereka tidak dikejar, jadi sepertinya mereka tidak ditemukan tadi.
Haruhiro memberitahu pada mereka apa saja yang terjadi. Yume dan Merry ingat Jessie Land. Mereka semua setuju bahwa para Gumow Berjubah Hijau yang Haruhiro lihat mungkin adalah para Ranger.
Tetap saja, dia tidak menduga bahwa Forgan mempunyai Senjata Api. Jumlah Senjata Api mereka tidak diketahui, tapi Haruhiro telah mengkonfirmasi bahwa mereka memiliki Senjata Api lebih dari 10. Sebetapa bahayanya kah itu bagi mereka?
“Ini hanya pengumpamaan, bukankah mungkin jika para Dwarf entah kenapa memihak ke musuh dengan Senjata Api di tangan?”
Setora mengatakan sesuatu yang Itsukushima sendiri sulit untuk katakan. Itsukushima tidak menyanggahnya.
“Para Dwarf tidak lah monolitik*. Iron Kingdom terbagi antara Faksi Menteri Kiri* dan Faksi Kepala Penjaga.”
(Mempunyai sifat seperti kesatuan terorganisasi yang membentuk kekuatan tunggal dan berpengaruh)
(Menteri Kiri (左大臣, Sadaijin) adalah posisi pemerintahan di Jepang pada akhir periode Nara dan Heian)
Menteri Kiri, yang berasal dari keluarga bergengsi, adalah pendamai dan progresif, mereka secara aktif mendorong penyebaran Senjata Api.
Di sisi lain, Kepala Penjaga, yang bertubuh kerdil, militan, kuno, dan sangat menolak Senjata Api. Senjata Api memang lah kuat, tapi itu adalah tindakan yang pengecut jika menggunakannya untuk perang karena tidak sesuai dengan cara Dwarf yang harusnya berani, bernyali, dan tekun.
Para Dwarf memegang konsep ‘pria’. Dalam kasus Dwarf, menjadi pria lebih penting daripada nyawanya sendiri, terlepas dari jenis kelamin. Pria tidak takut akan kematian. Mereka minum seperti pria, bertempur seperti pria, dan mati seperti pria. Sebagai Dwarf, kau harus menjadi seperti pria. Hidup dan mati sebagai pria adalah cara hidup para Dwarf.
Menggunakan Senjata Api bukan lah tindakan seorang Pria. Dikatakan bahwa masih banyak Dwarf yang berpikir seperti itu.
Namun, Senjata Api adalah senjata kuat yang bisa menembak dan menembus bahkan baju besi sekalipun. Kalau boleh terus terang, 100 orang dengan Senjata Api dan 100 orang tanpa Senjata Api bukan lah tandingan. Para Dwarf mengetahui hal tersebut, jadi mereka mulai menggunakan Senjata Api, mengatakan sesuatu kalau perang tidak butuh sesuatu seperti Pria atau semacamnya.
Kemudian ada generasi baru Dwarf yang mengatakan bahwa Senjata Api adalah jalan menuju masa depan Dwarf, sementara itu ada juga Dwarf yang masih memegang teguh pendirian ‘pria’ dan sangat membenci Senjata Api karena bukan lah tindakan Pria.
“Masalahnya bukan hanya dari Faksi Menteri Kiri saja, karena Faksi Ketua Penjaga juga bergerak dengan menolak keras penyebaran Senjata Api sekaligus.”
Itsukushima menggambar diagram simpel di tanah dan menjelaskan.
Iron-Bloded Kingdom terletak di Pegunungan Kurogane. Kenyataannya ada ribuan poros Vertikal maupun Horizontal di sana. Terowongan-terowongan ini secara kasar dibagi menjadi tempat bengkel, rumah, area produksi dan penyimpanan makanan dan anggur, Istana Raja Iron Kingdom, dan area pertambangan dan pemurnian.
Ada 2 pintu masuk dan keluar ke Iron Kingdom. Sebenarnya ada pintu masuk yang lain, tapi Itsukushima tidak terlalu tahu banyak tentang itu.
Salah satu pintu masuknya adalah, bilang saja, pintu belakang. Dikatakan bahwa Walter, seorang Warrior Dwarf, pernah berjuang keras di sana dan menahan pasukan Aliansi Raja. Nama Pintunya disebut Walter's Gate karena dia, dan terletak di sebelah barat Pegunungan Kurogane. Akan sangat sulit bagi orang asing untuk menemukan pintunya karena tersembunyi dari pandangan oleh objek-objek alam seperti batu dan keterampilan kerajinan para Dwarf.
Yang satu lagi adalah Pintu Masuk Utama ke Iron-Bloded Kingdom, the Great Iron Fist Gate, yang bisa dilihat dengan mudah oleh siapa pun yang berniat ke sana melalui Irot.
“Pasukan Ekspedisi Selatan mencoba menyerang mereka dengan menuju ke the Great Iron Fist Gate, tapi Iron-Bloded Kingdom sudah mempersiapkan hal tersebut.”
Itsukushima menggunakan ranting pohon untuk menggambar secara kasar Pegunungan Kurogane dan Irot untuk menunjukkan lokasi the Great Iron Fist Gate. Kemudian dia menempatkan 5 tanda di sekitarnya.
“Ada Axe Fort, Great Sword Fort, Spear Fort, War Hammer Fort, dan Gun Fort*. Ternyata Gun Fort baru-baru saja dibangun, tapi empat lainnya sudah ada dari dulu. Para Dwarf menggunakan 5 Benteng itu sebagai pertahanan dan tempat menyerang juga, membuat Ekspedisi Selatan tetap berada di teluk.”
(Benteng)
2 dari 5 benteng ditempati oleh Unit Menteri Kiri, sementara 3 lainnya ditempati oleh Unit Kepala Penjaga yang baru dibentuk. Di dua unit itu, pasukan utamanya adalah Para Dwarf yang memiliki Senjata Api.
“Aku tidak tahu detailnya, tapi aku dengar bahwa Unit Kepala Penjaga kinerjanya lebih kurang ketimbang Unit Menteri Kiri. Atau lebih tepatnya, banyak dari mereka yang dikasih Senjata Api tapi memilih untuk tidak menggunakannya. Mereka hanya ingin bertarung seperti pria. Kebanyakan dari Unit Kepala Penjaga adalah Dwarf seperti itu.”
“Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” tanya Neal.
“Bukankah kau lah yang harus memutuskannya? Aku kan cuma bawahanmu.” Ucap Ranta sambil tertawa mengejek.
Neal menyeringai dan mengangkat bahunya.
“Baiklah. Jika itu masalahnya, maka kau tinggal harus lari lurus ke tengah-tengah musuh sekarang dan menebas, menebas, dan menebas mereka. Sementara kau mengalihkan perhatian mereka, kita akan memasuki Iron Kingdom melalui the Great Iron Fist Gate.”
“Ohh, aku suka rencana itu...!” Kuzaku tertawa.
Ranta memukul kepala Kuzaku.
“Bagus matamu...!”
“Apa-apaan itu? Orang macam apa yang asal mukul orang lain seenaknya coba? Yume-san akan membencimu, lho.”
“Kenapa kau tiba-tiba menyebut Yume?”
“Hm? Apa yang kumaksud, ya...?”
Kuzaku menatap Yume. Yume mengembungkan salah satu pipinya dan memiringkan kepalanya.
“Hmm? Yah, kau tahu? Yume emang gak suka sama orang yang asal mukul orang lain seenaknya.”
“Aku gak akan memukulmu lagi... oke?”
Ranta langsung berubah. Yah, tidak juga sih.
“Tapi sekarang, aku juga disalahkan karena memukul Kuzaku? Ini semua karena kau! Jangan kau berani-berani lagi bercanda dengan mengajukan proporsal mengorbankanku! Sialan kau! Brengsek!”
“Tapi aku tidak bercanda, lho.”
“Jika memang benar begitu, maka itu lebih buruk lagi.”
“Benar kah? Aku sih berpikir kalau Ranta-kun akan bisa menyelesaikan masalahnya. Kuyakin kalau Ranta-kun bisa mengatasinya. Bagaimanapun juga ini tuh Ranta-kun, lho.”
“Hah!? Tentu saja aku bisa! Itu bukan hal yang mustahil bagiku! Kau pikir sedang bicara dengan siapa, hah!? Aku adalah Ranta-sama yang agung!”
Jika dibiarkan saja, maka pertengkaran ini akan berlangsung lama. Ternyata Ranta dan Kuzaku secara mengejutkan dekat. Haruhiro berpikir bagaimana cara untuk menghentikan pertengkaran mereka.
“Aku penasaran apa yang terjadi di Benteng.”
“Kalau begitu bagaimana kalau kita sedikit mendekat ke the Great Iron Fist?” kata Itsukushima.
Langkah mereka selanjutnya telah diputuskan. Delegasi itu menuju ke pintu utama dengan sangat hati-hati. Mereka mencoba mencari dan menilai pergerakan musuh, lima benteng dan situasi pertempuran.
Pasukan Ekspedisi Selatan bergerak dengan aktif. Meskipun tidak sebesar Benteng Forgan di Pohon Raksasa, ada kamp di mana-mana. Ada banyak pergerkan musuh yang keluar masuk dari sana. Namun, musuh itu tidak tersebar, tetapi sampai batas tertentu, mereka bergerak dalam kelompok, yang membuat mereka gampang terlihat dan mudah diawasi.
Dia tak bisa menghitung jumlah tepatnya, tapi mungkin jumlah musuh ada 10.000-an. Kelihatannya mereka membangun sejumlah pangkalan di perbatasan Sea of Trees, dan secara berulang mengirim tentara-tentara dari sana ke lini depan dekat Iron Fist Gate, kemudian mengirim mereka kembali.
Butuh waktu 2 hari bagi delegasi itu untuk sampai ke area Iron Fist Gate. Di sana, ada 1 pangkalan musuh yang menarik perhatian mereka.
Ada banyak orang yang sangat bungkuk dan bagian atas tubuhnya berkembang tidak wajar. Dia juga bisa melihat Gumow Ranger membawa Senjata Api. Apakah ini adalah pangkalan depan Forgan? Tempat tersebut dipagari, dan dijaga oleh banyak penjaga dan patroli. Dibandingkan dengan pangkalan lainnya, keamanan pangkalan yang satu ini jauh lebih ketat. Tidak akan mudah untuk bisa mendekat.
Hari sudah mendekati malam, jadi Haruhiro memutuskan untuk menyelinap ke pangkalan itu sendirian. Jika di sana ada serigala hitam dengan penciuman tajam, mungkin saja ini akan mustahil, tapi entah bagaimana dia bisa masuk ke kedalaman pangkalan itu tanpa diketahui oleh para penjaga.
Di sana, dia melihat si pria tua bermata dan bertangan satu, Takasagi. Di sana juga ada sekelompok Ranger yang dipimpin oleh Gumow mirip seperti Yanni. Ada juga seorang pria bungkuk dengan bagian atas tubuh yang berkembang tidak wajar, berpakaian sama seperti Jumbo dan Godo Agaja. Takasagi memanggilnya Wabo.
Orang-orang lainnya dari ras yang sama seperti Wabo sedang menggali ke bawah tanah, membuat kulit mereka kotor. Orc dan Undead juga bergabung dengan mereka.
Kelihatannya mereka tidak membuat lubang untuk kuburan atau tempat pembuangan sampah. Apakah mereka sedang menggali sumur? Tidak, lubangnya terlalu besar untuk seukuran sumur. Di pinggir-pinggirnya diperkuat oleh kayu. Terowongan. Apakah mereka mencoba untuk membuat jalur bawah tanah? Kelihatannya sih iya. Konstruksi yang besar-besaran.
Haruhiro juga memeriksa Senjata Api yang mereka miliki. Bukan hanya Ranger Gumow atau Wabo yang memilikinya. Ada lebih dari selusin Orc dan Undead yang memiliki Senjata Api di pundak mereka, tapi tidak dengan Takasagi, mungkin sulit baginya karena memakai tangan kiri. Mungkin ada lusinan Senjata Api yang Forgan miliki.
Haruhiro kembali ke teman-temannya. Ketika dia memberitahu mereka tentang konstruksi itu, Itsukushima kelihatannya tahu sesuatu.
“Aku mengerti. Terowongan Gnore, ya.”
Di Pegunungan Tenryu yang ada di selatan Altana, hidup lah ras pendek berbungkuk yang disebut Gnore.
Ras Gnore adalah ras penambang, tidak lebih dari Dwarf. Dikatakan bahwa ketangkasan mereka bahkan lebih bagus dari Dwarf, dan mereka bahkan membuat dan mengembangkan yang disebut Twirler. Namun, mereka sangat lah tertutup. Mereka tidak akan berinteraksi atau melakukan pertukaran dengan ras lain kecuali ada keuntungan yang pantas. Di masa lalu, Kerajaan Arabakia membuat Gnore menggali terowongan panjang yang disebut Jalan Naga Bumi Aorta sebagai tempat melarikan diri ke selatan Pegunungan Tenryu. Dikatakan bahwa harga untuk itu lebih dari setengah harga Kerajaan Arabakia.
Kelihatannya Gnore adalah kerabat dekat Gnome.
Namun, tidak seperti Gnome, yang dikenal akan kekayaan kreativitas dan pegrajin berpikiran tunggal, pekerjaan utama Gnore adalah mencuri. Mereka tidak membuat sesuatu dengan tangan sendiri, tapi mencuri segalanya dan memanfaatkannya. Namun, seperti parasit, Gnore akhirnya dibantai dan dibuang oleh kelicikan Gnome yang memanfaatkan mereka sebagai inang. Setelah itu, host selanjutnya yang Gnore pilih adalah Pegunungan Kurogane. Para Dwarf.
Ras Gnore membuat terowongan-terowongan di seluruh Pegunungan Kurogane dan bekas lubang-lubang di Iron-Bloded Kingdom, mencuri peralatan sehari-hari, pakaian, senjata, baju besi, makanan, anggur, tapi terkadang juga bahkan bayi. Setelah perang dengan Aliansi Kerajaan berakhir, yang jadi musuh terbesar Dwarf selanjutnya adalah parasit: ras Gnore yang melahap Iron-Bloded Kingdom. Untungnya atau sayangnya, musuh mereka masih tidak berkurang, dan pertempuran Dwarf terus berlanjut.
Menurut salah satu teori, panjang total terowongan-terowongan yang ras Gnore gali, gali, dan gali jauh melebihi panjang seluruh wilayah Iron-Bloded Kingdom. Selain itu, dikatakan juga bahwa ras Gnore memperluas terowongannya tidak hanya di Pegunungan Kurogane, tapi juga ke Lembah Irot.
“Setiap kali ras Gnore membuat lubang di Iron Kingdom, para Dwarf langsung mengambil tindakan cepat untuk mencoba menutupinya. Tapi para Dwarf sering mengatakan jika kau menemukan satu lubang, maka sebenarnya ada 10 lubang. Kelihatannya mereka kesulitan untuk menutupi semua lubang itu dengan cepat.”
“Dengan kata lain, musuh mencoba menyerang Iron-Bloded Kingdom melalui terowongan-terowongan yang dibuat oleh ras Gnore, ya.” Kata Setora datar.
Kuzaku tampak lumayan khawatir.
“Bukankah tadi itu masalah? Yah, meskipun kita emang kena masalah melulu dari awal. Gimana kamu bisa begitu tenang, Setora-san?”
“Memangnya apa gunanya panik?”
“Kamu benar, tapi... ini bukan masalah berguna atau tidak berguna. Ini tuh masalah perasaan, kau tahu?”
“Jadi, apakah perasaan ada gunanya bagiku?”
“Padahal kamu tahu aku bodoh, tapi kau terus mendesakku. Bahkan jika kau lakukan itu, aku tidak bisa mendapatkan jawaban apa pun, kau tahu. Jadi gitu lah...”
“Jadi begitu. Memang gak ada gunanya, ya. Ayo berhenti saja kalo gitu...”
“Kalo gitu aku jadi sedikit kesepian dong...”
“Emang aku peduli.”
Haruhiro menyadari bahwa Ranta memiliki kebiasaan untuk menonjolkan tindakan atau pun penampilannya sebelum mengatakan sesuatu yang penting dengan berusaha keren.
“Bukannya akan sulit ke sana tanpa bantuan seseorang yang punya pengetahuan disana?”
“Kau benar...”
Itsukushima terlihat sedang memikirkan sesuatu. Neal tertawa pendek.
“Ternyata memang ada pengkhianat, ya.”
Tidak ada kesimpulan tercapai hari itu.
Hari selanjutnya, setelah fajar, delegasi itu mulai bergerak, dan akhirnya sampai di tempat di mana mereka bisa memeriksa status ke-5 benteng. Haruhiro, Itsukushima, dan Neal berpencar untuk memeriksa areanya, dan memahami bahwa 2 dari 5 benteng telah di duduki oleh Ekspedisi Selatan. Dari semua penjaga yang ada di ke-2 benteng, ada 10 atau lebih yang memiliki Senjata Api.
“Kupikir kita lebih baik masuk melalui Walter Gate.” Putus Itsukushima.
“Jika kita berniat untuk ke Iron Fist Gate, maka kita harus melewati Hammer Fort dan Gun Fort, yang sekarang sudah berada dalam genggaman musuh. Tidak lucu jika musuh menemukan kita.”
“Benar”
Neal setuju, dan memutuskan untuk pergi ke Walter Gate sebagai ketua, meskipun hanya modal nama saja.
Komentar
Posting Komentar