Di depan Kediaman Pribadi House of Bratswood, ada Yume, Merry, Setora, Kuzaku, kemudian Itsukushima serta Neil sedang menunggu.
“Haruhiro...!”
Kuzaku memeluknya.
“Ah...”
Haruhiro merasa sedikit risih, tapi dia tidak berniat untuk mendorongnya menjauh.
“Ya.”
Haruhiro mengusap-ngusap punggung Kuzaku yang lebar dan membiarkannya dalam pelukan sementara.
Jika aku harus memilih dengan siapa aku harus berpelukan dan saling bersyukur seperti ini, maka sudah pasti aku lebih memilih dengan Merry ketimbang Kuzaku. Tentu saja, tidak mungkin aku akan melakukan itu didepan semuanya. Namun, aku juga penasaran. Dilihat dari tampang mata Merry dan ekspresi yang dia pakai dimukanya ketika aku melihatku, mungkinkah dia merasakan hal yang sama juga?
“'Dah Yume duga kalau Haru-kun akan baik-baik saja. Dia sangat lega, lho.”
Yume menempatkan tangan di dada dan mengehela nafas panjang. Ranta menggosok-gosok hidungnya dengan jari telunjuk dan tertawa.
“Tentu saja itu berkat diriku yang hebat ini...!”
“Hooh. Benarkah?”
Haruhiro tidak ingin mengakuinya, tapi itu memang lah fakta. Jadi, dia tidak punya pilihan selain menerimanya.
“Yah...”
“Oi bajingan! Jangan jawab ‘yah’ aja, dasar mata kantukan! Harusnya kau bilang ‘Terima kasih banyak’ atau ‘aku tidak akan melupakan hutang budi ini, Ranta-sama’!”
“Jadi harus begitu, ya.”
“Emang harus begitu!”
Setelah berusaha mati-matian membujuk Kepala Penjaga Roen kembali, Axelberd sang Menteri Kiri sepertinya pergi dari Iron Palace ke Iron Fist Gate dengan memimpin pasukannya.
Rencana sang Menteri Kiri adalah untuk memindahkan sisa-sia pasukan Dwarf serta warga sipil di Kerajaan ke the Great Iron Fist Gate dan berusaha mempertahankannya dari musuh sampai mati. Dia juga berencana untuk menerobos kekuatan pengepungan musuh dan melarikan diri dari Gerbang itu jika bisa.
Untuk Haruhiro, dia hanya bisa berharap kalau Gerbang Iron Fist masih belum tumbang. Untuk sementara, dia telah menunda pasukan Arnold agar hal tersebut bisa terjadi. Jika pasukan Axelberd bisa berhasil sampai ke Gerbang Iron Fist, maka setidaknya bukan lah hal yang tidak berarti bahwa Haruhiro telah berusaha mati-matian melarikan diri saat berurusan dengan pasukan Arnold.
Ketika Haruhiro dan yang lain pergi ke gudang, mereka bertemu Iron King, pelayan-pelayannya, Kepala Penjaga, si pria tua Utefan, anggota keluarga House of Bratswood, Kepala Elf Harmerial, dan Kepala House of Merkurian El Talich yang sedang berkumpul disana.
“Kau terlambat!”
Roen meneriaki Haruhiro dan yang lain segera setelah melihat mereka. Dia terlihat cukup kesal. Mungkin dia terlihat kesal bukan karena mereka, tapi lebih karena perannya yang diganti dengan sang Menteri Kiri yang berdiam diri di Iron-Bloded Kingdom sedangkan dia melindungi Iron King dan membantunya melarikan diri.
“Roen.”
Sang Iron-Bloded King mengenakan armor, helm, dan jubah dengan penutup kepala untuk menyembunyikan wajah dan bentuk tubuh dia yang sebenarnya. Tapi suara yang menegur Kepala Penjaga itu tidak salah lagi adalah suara sesosok Raja. Kilauan rambut perak yang keluar dari helmnya bukan lah hal yang normal.
“Kalau begitu, ayo pergi.” ucap Iron King.
Kemudian orang-orang dari House of Bratswood pun membuka pintu besinya. Mereka dan si tua Utefan memimpin, diikuti oleh Roen, Iron King dan para pelayannya, Kepala Elf, El Talich sang Kepala House of Merkurian, dan Haruhiro serta yang lain, dalam urutan itu, mereka pun memasuki jalur yang menuju ke Gerbang Walter.
“Di mana Gottheld-san?” tanya Haruhiro.
Itsukushima menggelengkan kepalanya.
“Dia pergi bersama sang Menteri Kiri.”
“Jadi begitu. Tapi bagaimana sang Iron King bisa diyakinkan? Kupikir dia tidak akan terlalu menyukainya.”
“Bukankah sudah jelas karena dia sayang nyawanya?” kata Neil dengan senyum mengejek.
Kuzaku mengerutkan kening.
“Jangan samakan sang Raja dengan dirimu.”
“Tapi bukankah memang benar? Apa yang salah?”
“Sangat beda jauh. Aku pun tahu itu.”
“Jika sudah waktunya, maka aku dan Raja Dwarf itu pun akan mati. Hal tersebut tidak akan bisa di ubah. Kuyakin kalian tidak peduli jika aku mati. Bagiku, hidupku lebih penting dari segalanya.”
“Kalau begitu maka kau lebih baik jaga baik-baik nyawamu itu.”
“Akan kulakukan itu bahkan tanpa kau beritahu.”
“Oke kalau begitu.”
“Ingatlah. Bahkan jika kalian semua mati, aku akan tetap hidup.”
“Bukankah kau terdengar seperti menyiratkan ‘Death Flag’ yang itu?”
Ranta tertawa mengejek. Neal balas menertawakannya.
“Aku beritahu kau sesuatu. Dalam pengalamanku, tidak penting apa pun yang kukatakan. Yang penting ialah tindakan yang kulakukan agar bisa menhindari situasi hidup dan mati.”
Setora mengangguk datar.
“Opinimu kali ini pantas didengar.”
“Benar, kan?”
Neal menyeringai, kemudian menunduk dan mengambil nafas.
“Apa yang harus kulakukan... Hanya itu lah yang harus kupikirkan sekarang. Jika saja aku tidak bekerja begitu keras untuk Mogis, maka pastinya aku tidak akan berada dalam masalah sialan ini. Harusnya aku kabur saja saat itu. Tapi saat itu, aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak salah. Aku melakukan hal yang benar. Benar. Sebab itu lah aku tidak bernasib buruk seperti Vicky. Aku tidak akan mati. Tidak sampai aku berhasil keluar dari masalah ini hidup-hidup...”
Neal menggumamkan sesuatu dengan pelan. Kelihatannya dia juga serius ketika memikirkannya.
Awalnya, misi delegasi itu adalah mengantarkan surat niat Jin Mogis pada Raja Iron, bernegosiasi dengannya, dan kembali 'tuk memberi tahu hasilnya. Perjalanan dari Altana ke sini sangat lah jauh dan lama, begitupun sebaliknya. Ada kemungkinan kalau negosiasinya gagal dan hanya buang-buang waktu saja. Haruhiro telah siap untuk itu. Apakah dia terlalu optimis? Dia tidak pernah mengira bahwa perjalanan jauh-jauh mereka ke sini hasilnya malah separah ini.
Kelompok itu berjalan cepat menyusuri jalan yang diperkuat dengan besi. Ada lentera-lentera tertanam di dinding, jadi mereka tidak perlu memegang alat penerangan apa pun.
“Munuuu...” ucap Yume.
“Ada apa?” tanya Ranta dengan cepat.
“Hm? Apa ya? Yume juga penasaran...”
Yume terus memiringkan kepalanya ke berbagai arah yang berbeda. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggunya.
Ada pintu-pintu besi di beberapa titik koridor itu. Kelompok tersebut membuka salah satu pintu besi itu, memasukinya, menutupinya, kemudian terus maju.
Haruhiro merasa seperti melewatkan sesuatu. Mungkin itu hanya imajinasinya semata, tapi dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Mungkin dia telah membuat banyak kesalahan sampai-sampai ini terjadi. Pasti ada beberapa kesalahan atau sesuatu yang tidak pada tempatnya itu yang harus diperbaiki sekarang.
Merry berjalan di samping Haruhiro. Haruhiro menengok ke arahnya 'tuk melihat kondisinya. Mata Merry terbuka lebar dan sedang melihat kedepan.
Haruhiro mencoba berbicara padanya, tapi entah kenapa, dia tidak bisa.
Si tua Utefan menggedor-gedor pintu besi terakhir. Si pria tua ini berambut dan berjanggut putih, dan terlihat sangat tua serta berjalan dengan tongkat yang terbuat dari metal, pegangannya menggembung seperti palu, membuatnya terlihat cukup berat. Bahkan sekarang pun, dia sedang memukul-mukul gagang tongkatnya dengan ringan ke pintu besi. Suara yang dibuatnya cukup mengesankan.
Pintu besi itu pun mulai terbuka. Harusnya dwarf-dwarf di sisi lain dari pintu ini lah yang membukanya, dan memang benar.
Saat mereka memasuki pintu besi itu, Kepala Penjaga Roen bertanya pada dwarf-dwarf yang sedang menjaga pintu itu.
“Apakah telah terjadi sesuatu yang gawat disini?”
“Tidak, pak”
“Aku mengerti. Bagus lah kalau begitu.”
Si Dwarf hampir terjatuh ketika Roen menepuk pundaknya.
Kelompok itu melanjutkan perjalan memasuki goa dan pergi dari Gerbang Walter. Haruhiro melihat ke atas untuk memeriksa para Dwarf yang sedang berjaga di dekat goa. Ada dwarf-dwarf yang menyembulkan kepalanya keluar dari bebatuan. Salah satinya turun dari atas sana. Dia adalah seorang Dwarf berumaka masam, Wirich.
“Yang...”
Wirich mencoba berlutut pada Raja Iron, tapi sang Raja menyuruhnya berhenti.
“Tidak perlu.”
“Baik!”
Wirich pun menurutinya, tapi dia tetap menundukkan kepalanya.
“Gerbang Walter akan ditutup dengan segera. Jadi kumohon cepat lah pergi dari sini.”
“Segera setelah operasi penutupannya selesai, kalian boleh ikut. Aku membutuhkan bantuan sebanyak mungkin dari kalian.”
“Ya!”
Segera setelah Wirich melambaikan tangannya, Dwarf-dwarf keluar menara pengawas satu demi satu. Mereka akan menuju ke Gerbang Walter dan melakukan sesuatu untuk memastikan gerbang tersebut tidak akan pernah bisa dibuka lagi.
“Sebaiknya kita pergi sejauh mungkin dari sini sebelum matahari terbenam.” Kata Setora.
Mereka telah berada di bawah tanah selama beberapa saat, jadi kepekaan waktu mereka agak sedikit melenceng, tapi dia masih bisa menduga bahwa mereka masih punya waktu kisaran beberapa jam lagi sebelum malam tiba.
Kota Tambang Tua di Gunung Yari yang mereka tuju dikatakan berjarak kisaran 100 km ke timur Pegunungan Kurogane. Tapi itu adalah jarak kalau berjalan lurus saja. Selain itu, lokasi Gerbang Walter ada di barat Pegunungan Kurogane. Jadi kenyataanya, mereka harus bepergian selama lebih dari 100 km. Barisan pohon di kaki Pegunungan Kurogane adalah teritori Pasukan Ekspedisi Selatan, jadi mereka harus pergi ke tujuan melalui pegunungan.
“Ini akan sangat menyusahkan.” Keluh Neal sambil mengehela nafas.
Sejujurnya, Haruhiro juga setuju, tapi mereka tidak punya pilihan selain melakukan ini. Setelah mengantar Raja Iron ke Kota Tambang Tua di Gunung Yari, maka mereka bisa kembali ke Altana, atau mereka bisa beristirahat dulu di Kota Bebas Vele. Jika dia tidak salah ingat, jarak dari Gunung Yari ke Vele adalah 7 atau 8 km. Dikatakan bahwa Vele itu netral, tapi kota tersebut berhubungan dengan Perusahaan Bajak Laut K&K milik Kisaragi. Mereka bisa berlega di sana. Faktanya, akan lebih aman jika mereka tinggal di Vele ketimbang kembali ke Altana, tapi masalahnya bukan itu, ada masalah Shihoru dan Tentara Sukarelawan yang harus dikhawatirkan.
Intinya, hal pertama yang akan mereka lakukan adalah pergi ke Gunung Yari.
Kelompok itu membentuk barisan dan mulai pergi ke tujuan melalui celah antar batu-batu raksasa.
Haruhiro dan yang lainnya juga melewati jalur itu.
Dalam perjalanan turun dari sisi sungai, Haruhiro menyadari bahwa Itsukushima terlihat muram. Yume juga, daripada muram, dia terlihat mengembungkan pipinya secara bergantian terus-menerus sambil melihat-lihat ke sekitar.
“Pochi, ya?”
Merry mengerutkan alisnya dan menyebut nama Anjing Serigala itu.
“Ya.”
Yume mengangguk.
“Pochi, Yume tahu kalo kamu harusnya ada disekitar sini, dan menunggu Master dan Yume. Yume harap kamu cepat-cepat menyadari kami dan datang kesini.”
“Yah, kuyakin dia akan datang pada kita cepat atau lambat.”
Itsukushima terlihat mengatakan itu padanya untuk membuatnya merasa tenang. Entah kenapa itu tidak terasa seperti dia yang biasanya.
Haruhiro menengok ke belakang. Kumpulan batu-batu yang runtuh dan saling bertumpukan yang berfungsi sebagai semacam tenggara untuk Gerbang Walter sudah tidak terlihat lagi dari sini.
Ketika mereka berjalan menuruni sisi sungai, ada area batu basah di sisi sungai yang muat untuk di masuki oleh 2 orang bersamaan. Selama mereka tidak terlalu ke sisi, maka mereka tidak perlu menginjakkan kakinya di sungat yang dangal namun beraliran deras.
Sisi kiri dari sungai itu relatif gampang dilewati, tapi sisi kanannya lebih tinggi dan licin.
“Haruhiro?”
Kuzaku memanggilnya.
“Ya.”
Haruhiro memberinya balasan samar.
Kelompok itu masih menuruni sisi sungai. Hanya Haruhiro yang menghentikan langkahnya.
“Apakah ada yang mengganggumu?”
Setora berhenti dan melihat ke atas terbing terjal di sebelah kanannya. Merry, Kuzaku, Ranta, Yume, Itsukushima, dan Neil juga berhenti.
“Oi, berhenti dulu!”
Ranta meneriaki kelompok itu. Raja Iron berbalik dan semuanya pun berhenti.
“Apa yang terjadi!?”
Kepala Penjaga meneriaki mereka. Haruhiro bertukar pandang dengan cepat bersama rekan-rekannya. Mereka tidak perlu repot-repot berbicara untuk mengerti apa yang Haruhiro maksud.
“Aku akan memeriksa ada apa di atas sana, hanya untuk memastikannya.”
Haruhiro mengatakan itu pada Roen sambil menunjuk ke tebing di sisi kanannya.
“Cepat lah selesaikan! Semuanya mulai tingkatkan penjagaanmu!”
Roen adalah orang yang tidak sabaran, tapi dia tidak lah bodoh. Saat Haruhiro mulai mendaki tebingnya, Itsukushima mengikuti.
“Aku akan ikut bersamamu.”
“Terima kasih karena bantuannya.”
Mungkin Itsukushima juga merasakan sesuatu, dan sedang mengasumsikan kemungkinan terburuk. Jika itu adalah Haruhiro dan Itsukushima, maka mereka tidak perlu bantuan lagi dari bawah. Mereka akan bisa mendaki tebing. Ada satu titik pendaratan di sana sebelum sampai ke puncak. Itsukushima lah yang pertama kali sampai ke sana. Haruhiro mengikutinya. Saat itu lah terjadi sesuatu.
“Osh!” “Osh!” “Osh!” “Osh!” “Osh!”
“Orc...!?”
Saat akhirnya sampai di atas, dia coba melihat ke atas tebing.
Haruhiro melihat suatu sosok melompat dari atasnya.
“Ooooooooooooooossssssshhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Sosok itu berambut putih bersih dan bergelombang. Dia memegang pedang di kedua tangannya. Orc. Sebuah Pasukan yang terdiri dari Undead dan Kobold, terutama Orc, pernah menduduki kastil di Mt. Grief. Orc ini lah Komandan mereka. Zan Dogran.
“Sialan...!”
Haruhiro terkejut ketika mendengar suara Kuzaku. Dia sedang berada dalam keadaan yang gawat. Ini adalah Zan Dogran yang sedang dibicarakan, bahkan Renji yang hebat pun kesulitan melawannya meskipun dia memakai Pedang dan Armor Iblis Relik. Jadi bagaimana dengan Kuzaku yang tidak memiliki semua itu? Sudah pasti ini situasi yang buruk.
“Kuza—”
“Ah...!”
Kelihatannya Kuzaku menarik pedang raksasanya dan coba saling mengunci pedang dengan Zan Dogran. Dia mencoba menahan pedangan Zan Dogran yang sedang meluncur di udara.
“Apa yang barusan terjadi...?”
Meskipun dia tidak bisa melihatnya degan jelas, Kuzaku terlempar oleh Zan Dogran. Dia benar-benar dibuat terbang jauh oleh Zan Dogran kemudian jatuh ke sungai.
“Dasar bodoh...!”
Dalam waktu cepat, Ranta coba menebasnya, tapi saat dia hendak melakukannya, dia tiba-tiba berhenti di depan Zan Dogran dan dengan cepat merendahkan posturnya. Posturnya lebih rendah dari jongkok. Musuhnya mungkin berpikir kalau Ranta tiba-tiba menghilang. Apalagi jika musuhnya adalah Orc Raksasa seperti Zan Dogran, maka pastinya itu bekerja. Harusnya sih begitu, tapi ternyata tidak. Bahkan trik seperti itu pun tidak bekerja padanya.
Zan Dogran menebaskan pedang bermata satu di tangan kirinya kebawah. Jelas-jelas dia sedang mengarah pada Ranta.
“Huh...?”
Ranta coba melarikan diri memakai gerakan mirip katak dengan melompat ke samping. Namun, pedang bermata satu yang dipegang di tangan kanan Zan Dogran datang ke arahnya dari jalur yang barusan dia ambil untuk bisa melarikan diri.
“Wahh...!?”
Dia terbelah.
Lebih tepatnya dia terlihat terbelah jadi dua tapi kemudian bersatu kembali. Tentu saja, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Ranta hanya terlihat seperti sudah terbelah, tapi rupanya Ranta berhasil menghindari serangan pedang bermata satu Zan Dogran.
“Osh!” “Osh!”
“Osh!” “Osh!” “Osh!”
“Osh!” “Osh!” “Osh!” “Osh!”
“Osh!” “Osh!” “Osh!” “Osh!” “Osh!”
Orc-orc berambut putuh dan berpedang mata satu mulai berseluncuran ke bawah dari tebing satu demi satu. Bukan hanya Orc. Ada Undead juga yang mungkin mengikuti Zan Dogran dari Mt. Grief.
“Master...!” teriak Yume.
Dengan cepat Itsukushima mundur, Haruhiro pun mengikutinya. Jika kau tidak cepat, maka kau akan tenggelam oleh gerombolan Orc dan Undead yang berlarian maju seperti arus deras.
“Dwarf...!”
Kepala Penjaga Roen menarik pedang hebatnya dan menebas ke arah Zan Dogran.
“Aku akan menahan mereka! Yang Mulia, kumohon lari lah dari sini...!”
Anggota-anggota keluarga House of Bratswood memiliki Senjata Api, Kapak dan Senjata Bergagang Panjang. Ada sekitar setengah dari mereka. Kisaran 10 dari mereka mengarahkan moncong Senjata Api mereka ke tebing. Sepuluh sisanya, ditambah si tua Utefan, mencoba terus lanjut menyusuri sisi sungai sambil mengelilingi Raja Iron dan para Elf.
“Kuuuooooohhhhhhh...!”
Roen mengayunkan pedangnya ke bawah pada suatu sudut. Zan Dogran mundur dan menghindarinya. Pedang si Kepala Penjaga menghantam tanah bersamaan dengan bebatuan dan air sungai yang terbang ke mana-mana. Saat dalam keadaan itu, Dogran coba mendekat ke Roen, tapi tiba-tiba dia dikejutkan oleh Roen yang menyundul kepalanya.
“Guh...”
Zan Dogran terhuyung-huyung saat ia terkena serangan sundulan Roen lagi di dada. Kemudian, Roen memutar tubuhnya hampir secara vertikal dan mengayunkan pedang besarnya. Sadar karena tidak dapat menahannya, Zan Dogran malah melompat dan meloloskan diri dari tebasan yang mengerikan itu.
Tidak, itu tak berguna. Roen terus menyudutkan Zan Dogran dan melepaskan serangkaian serangan oleh pedang besarnya itu.
Akan terlalu berlebih jika mengatakan pedang besar Kepala Penjaga Roen panjangnya sama seperti tinggi tubuhnya sendiri, tapi jika kau juga menghitung ukuran gagangnya, maka panjangnya sendiri hampir sama dengan tinggi tubuhnya. Bahkan Kuzaku, ataupun Orc yang lebih besar dari manuisa, mungkin tidak bisa menangani hal tersebut. Dia memegang pedang besanya dengan kedua tangan, dan terkadang hanya dengan tangan kanan. Bahkan ketika seluruh tubuhnya ditutupi oleh Armor Hitam, tubuh Dwarfnya terlihat sangat fleksibel. Pedang besarnya membentang seperti mahluk hidup. Dia menyerang Zan Dogran tanpa jeda.
“Ooh! Ooooh...!”
Zan Dogran sedang berada dalam posisi bertahan. Kelihatannya dia kewalahan berurusan dengan Roen.
Para Orc dan Undead lainnya tidak menduga ini akan terjadi. Kecakapan tempur Zan Dogran sangat lah menonjol bahkan ketika berada dalam pertempuran di kastil tua Mt. Grief. Anak buahnya pasti memujanya seperti semacam dewa perang. Itu lah sebabnya ketika si Dwarf Roen menyudutkannya, para Orc dan Undead itu terlihat kesal.
“Serang...!”
Ini dia, para penembak jitu Dwarf dari House of Bratswood mulai melepaskan tembakan sekaligus. Bahkan jika ada selusin tembakan tidak akan mengejutkan. Selain itu, pasukan musuh yang telah pindah dari Mt. Grief harusnya tidak kebal terhadap Senjata Api. Ada 2 sampai 4 dari mereka yang terkena peluru. Tapi, mereka tidak tampak tergoyahkan hanya karena itu.
“Haruhiro...!”
“Ya!”
Dia tidak butuh Ranta untuk memperingatunya. Haruhiro dan yang lain mengikuti Raja Iron dan yang lain yang telah lari lebih awal dengan lompat dari sana. Kuzaku telah diselamatkan oleh Setora, jadi dia baik-baik saja. Neil tidak bisa dilihat di manapun, tapi Itsukushima sudah berada di sisi Yume. Merry berada di depan Yume. Atau lebih tepatnya, Yume harus membiarkan Merry pergi duluan.
“Diiiieeeeehhhhhhh....!”
Penampilan Zan Dogran berubah. Rambutnya berdiri tegak dan tubuhnya memancarkan semacam listrik statis. Seingat Haruhiro, dia juga pernah terlihat seperti itu ketika bertarung dengan Renji. Meskipun dia bisa memakai pedang kembar raksasanya dengan mudah, tapi ketika dia berubah ke mode itu, dia jadi bisa memakainya seperti menggunakan tongkat bass saja.
“Itu...! Relik, kah...!?”
Dalam sekejap, Roen lah yang sekarang berubah dalam mode defensif. Bahkan jika dia ingin bertahan darinya, tapi apakah dia benar-benar bisa menangani sepenuhnya rentetan serangan pedang kembar raksasa Zan Dogran yang sangat cepat itu? Tidak ada waktu untuk mengkhawatirkan si Kepala Penjaga. Segera setelah Zan Dogran berhasil berdiri kembali, musuh dengan cepat mendapatkan momentum. Ranta melompat ke salah satu Orc berambut putih yang mengejarnya, mengabaikan para Penembak Jitu Dwarf dari House of Bratswood.
“Shaaah...!”
Ada lagi yang datang. Itu adalah Orc berambut putih. Haruhiro dengan cepat menendang lutut si Orc berambut putih itu. Dia pergi ke belakangnya dan mencengkram dagunya dengan tangan kiri, lalu pada saat yang sama dia menusuk belati di tangan kanannya pada tenggorokan si Orc. Saat dia mencabut belatinya, dia mendorong si Orc berambut putih itu menjauh. Kali ini ada Undead yang berlari ke arahnya. Haruhiro berguling ke depan untuk sampai di belakang punggung si Undead lalu menempel padanya kemudian menusuk lehernya serta memelintir kepalanya.
“Ranta...!”
“Ya, aku tahu...!”
Dia tidak ingin berpisah dengan teman-temannya.
Maaf, kurasa aku harus membiarkan Roen dan para Penembak Jitu itu menahan musuh sementara kita lari. Tapi lawannya adalah Zan Dogran. Bisakah mereka bertahan tepat waktu? Aku tidak tahu. Pastinya ada ratusan hingga ribuan pasukan Zan Dogran. Kami kalah jumlah dan kekuatan. Meskipun kami memiliki Senjata Api, itu tidak akan cukup untuk menghentikan mereka. Jadi kami harus melarikan diri. Itu lah satu-satunya solusi terhadap masalah ini.
Mereka telah ditemukan. Pasukan Ekspedisi Selatan mengetahui dimana Gerbang Walter berada. Kalau diingat-ingat, Itsukushima dan Yume pernah menemukan jejak kaki mahluk bukan berkaki empat saat hampir sampai di Gerbang Walter. Pasti itu adalah jejak kaki dari musuh. Pasukan Ekspedisi Selatan melepaskan serangan habis-habisan, dengan kombinasi Pasukan Zan Dogran yang diposisikan di dekat Gerbang Walter. Dengan kata lain, rute pelarian mereka sudah diketahui sejak lama. Haruhiro dan yang lain seperti tikus di karung.
Mereka menuruni sungai. Pijakan kakinya sangat lah buruk. Bebatuan yang mereka injak sering kali terpecah berai dan licin. Merry hampir saja jatu karenanya, tapi Yume membantunya.
“Maafkan aku!”
“Nyaa!”
Haruhiro tidak bisa melihat Raja Iron dan yang lain. Sepertinya mereka telah menuruni sungai dan pergi ke hutan di sebelah kanan. Kuzaku, Setora, Itsukushima, Yume, dan Merry mengikuti. Neal masih saja tidak bisa dilihat di mana pun. Kemana dia pergi? Apakah dia melarikan diri? Bagaimana dan kapan dia melakukan itu? Kecepatannya untuk melarikan diri, atau lebih tepatnya, bakatnnya yang itu benar-benar nyata.
Haruhiro dan Ranta juga memasuki Hutan. Itu adalah jalur yang belum pernah mereka lewati saat pergi ke Iron Kingdom. Apakah ini bahkan bisa disebut jalur? Mungkin mereka sengaja jalur yang membingungkan sebagai rute pelarian.
Yah, dia tidak punya pilihan selain mengikutinya. Sejujurnya, Haruhiro bahkan tidak yakin apakah dia mengikuti jalur yang benar. Dia tetap melihat kebelakang sambil berlari untuk melihat apakah ada musuh di sana. Sayangnya, dia tidak bisa menggoyahkan pengejar mereka. Dia bisa merasakan kehadiran musuh tidak hanya dari belakangnya, tapi juga dari kanan dan kirinya. Apakah musuh berpencar ke berbagai tempat di sini? Para Orc dan Undead terus-terusan terlihat dan menghilang dari pandangan saat dia terus melaju.
Hutannya. Ini bukan hanya hutan biasa. Ini adalah Sea of Trees. Batang-batang pepohonan dan akar-akarnya yang keluar dari tanah dan saling terjalin di atas atau pun di bawah. Di beberapa titik, ada retakan. Akan sulit bagi mereka untuk terkejar. Tapi begitupun dengan mereka, teritori Sea of Trees sangat lah susah dilalui. Kau harus membungkuk, memanjat, melompat, dan mengambil berbagai tindakan untuk bisa melarikan diri.
Kelihatannya para Dwarf yang pendek mengalami waktu-waktu yang sulit. Bahkan Raja Iron, yang menyembunyikan wajahnya dibalik helm, lumayan kesusahan saat dia melompat-lompat dengan diam dari suatu akar pohon ke akar lainnya, atau ketika berpegangan pada suatu batang pohon dan memanjatnya.
Yume melihat ke atas Haruhiro. Dia melihat ke atas melalui kumpulan batangan dan dedaunan pohon.
“Ada apa?” tanya Itsukushima.
Yume memiringkan kepalanya.
“Umm, yah, Yume tadi ngira liat seekor burung raksasa terbang.”
“Burung...” gumam Ranta dan segera melihat-lihat ke sekitar.
“Haha!”
Suara siapa itu? Di atas sana. Suaranya berasal dari atas sana.
Dia melompat. Apa itu? Dari atas pepohonan.
“Ranta!”
Kelihatannya dia melompat ke arah Ranta. Segera setelah Haruhiro memikirkan itu, sosok itu sudah hampir bertubrukan dengan Ranta. Ranta mungkin telah menyadarinya, dan daripada menghindarinya, dia malah menarik pedangnya untuk mencoba membalas.
“Kau masih lambat, ya, Ranta!”
Tapi sepertinya Ranta tidak bisa menahannya tepat waktu.
Tidak, mungkin tidak sepenuhnya.
Haruhiro mendengar suara dentangan pedang yang saling beradu. Pria itu hampir membuat pedang Ranta terlepas dari tangannya seolah-olah dia mencoba mengambilnya darinya, kemudian menebas lagi. Dia menebas ke arah Ranta, dan segera setelah dia mendarat, dia melompat kembali seolah-olah dia melayang dengan tenang. Si Pria tua bermata dan berlengan satu yang mendarat di salah satu akar pohon itu terlihat segar dan juga terlihat sedikit santai, seperti baru saja mandi.
“Kau masih belum mengeluarkan semuanya, kan, Ranta?”
“Urgh...”
Luka yang dialami Ranta tidak lah ringan. Bahunya. Lehernya. Darah menyembur keluar darinya. Dia terkena serangan di arteri. Dari awal juga dia hanya lah seseorang yang cepat, tapi tidak kuat.
Tidak bagus.
“!”
Merry mulai berlari. Dia telah menggambar tanda heksagram di udara dan menyiapkan sihirnya. Dia akan menggunakan sihir cahata. Jika tidak, maka Ranta akan mati.
Apa yang Haruhiro dan yang lain harus lakukan? Tentu saja, jangan biarkan musuh menghalangi Merry. Mereka akan melindunginya. Tidak peduli apakah mereka bisa mengalahkan Takasugi atau tidak, mereka tetap harus menahannya agar bisa membiarkan Merry menyembuhkan Ranta. Yume sudah mencoba menempatkan panah di busurnya.
“Sialan...!”
“Biarkan aku tunjukkan padamu apa yang bisa kulakukan.”
Takasagi mengangkat pedangnya dengan tangan kiri, ujung pedangnya tampak menari.
“Teknik Rahasia, Fall Haze.”
Apa-apaan itu. Apa yang barusan dia lakukan? Takasagi hanya berdiri di sana, mengayunkan katananya. Benarkah begitu? Tubuh Takasagi juga bergerak dengan cara seperti menari.
Yume menembakkan satu panah, dua, lalu tiga dengan cepat. Itsukushima juga mengikutinya.
Tapi mereka tidak mengenai apa pun.
Padahal jarak antara mereka tidak lah begitu jauh sampai-sampai Yume dan Itsukushima bisa salah bidik. Jarak antara mereka hanya lah kurang dari 10 meter. Jadi kenapa mereka tidak bisa mengenai targetnya? Apakah itu lah yang Takasagi incar? Namun, Takasagi hanya bergerak-gerak ke sana-sini tanpa tujuan. Seolah-olah Yume dan Itsukushima dibuat sengaja meleset dari target pada detik-detik akhir. Apakah itu lah Jurus Rahasia Takasagi? Jika memang begitu, itu tidak masuk akal. Dia tidak mengerti kenapa bisa jadi begitu. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Jangan kehilangan ketenanganmu. Pendam emosimu.
Haruhiro menenggelamkan dirinya, begitupun dengan kesadarannya. Dia pun jadi bisa melihat-lihat ke sekitar dari pandangan atas karenanya.
Merry akan mencapai Ranta dengan segera. Setora akan melindunginya dengan tombaknya. Kuzaku hendak mengayunkan pedang besarnya ke arah Takasagi. Cara dia menerjang Takasagi sangat lah ceroboh. Meskipun pada dasarnya Kuzaku adalah seorang pria yang tidak pikir panjang, kali ini tindakannya terlalu sembrono.
Kelihatannya si tua Utefan dan Dwarf lainnya memfokuskan dirinya untuk melindungi Raja Iron, para pelayannya, dan 2 Elf itu, hanya untuk berjaga-jaga pada Takasagi, tapi tidak ada yang menyerang. Hanya ada beberapa Dwarf yang terlihat bertanya-tanya apaka mereka harus mengangkat Senjata Apinya atau tidak.
Haruhiro bergerak ke belakang Takasagi.
“O Cahaya, Semoga Perlindungan Lumiaris Ada Padamu...”
Tangan Merry menyentuh bahu Ranta.
“Dwahh...!”
Kuzaku menerjang Takasagi. Dia mencoba mengayunkan pedang besarnya kebawah sekuat tenaga dari atas kepalanya. Namun, tidak peduli seberapa kuat serangannya, harusnya dia tidak boleh menyerang dengan bodoh dan langsung seperti itu. Jadi serangan dia dapat dengan mudah ditebak. Dan juga apa rahasia di balik gerakan tidak menentu dan tidak jelas dari Takasagi?
“Sacrament!”
Merry mengaktifkan sihirnya. Sekumpulan cahaya keluar menutupi Ranta, dan menyembuhkan lukanya.
Seperti yang telah diduga, tebasan Kuzaku dari atas gagal mengenai Takasagi. Takasagi menghindar ke samping, dan membiarkan pedang besar Kuzaku melewati tepat di sisinya. Pada saat yang sama, Takasagi menebas sisi tubuh Kuzaku dengan katananya.
“Hoh? Cepat juga kau...”
“Argh...!?”
Kuzaku dengan cepat melompat ke samping dan berguling. Kelihatannya dia terkena tebasan yang cukup dalam, tapi setidaknya tubuhnya tidak terpotong jadi dua. Haruhiro ragu apakah dia bisa berdiri.
Haruhiro menatap punggung Takasagi. Jaraknya kisaran 3 meter jauhnya. Dia berjalan ke arah belakangnya. Dia bisa merasakan nafas Takasagi. Bahkan ketika dia telah menebas Kuzaku, nafas Haruhiro sama sekali tidak terganggu. Taksagi terlihat seperti berdiri diam saja di sana. Namun, itu salah. Dia bergerak secara konstan. Pusat gravitasinya terus berubah-ubah. Sulit untuk mengatakan bagain tubuh dia mana yang ketat dan lembek. Jika Haruhiro mencoba berdiri seperti itu, mungkin saja dia akan meremukkan punggungnya. Akan sangat sulit baginya bahkan untuk berjalan, apalagi sambil menebas. Pada pandangan pertama, tidak terlihat seperti itu, tapi Takasagi melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dan luar biasa. Mungkin dia menggunakan berbagai macam mekanisme tubuh yang berbeda untuk menggerakkan tubuhnya lebih dari yang kebanyakan Manusia biasa lakukan.
“Daaaaahhhh...!”
Luka Ranta telah disembuhkan. Dia berlari secepat kilat, mungkin untuk membalas serangan Takasagi tadi. Merry akan mencoba menyembuhkan Kuzaku. Setora akan mengikuti Merry.
Haruhiro semakin mendekati Takasagi. Sensasi ketika Haruhiro melakukan ini sangat lah enak. Sekarang, tidak ada satu pun orang, bahkan sekutunya, menyadari keberadaan Haruhiro. Haruhiro sendiri telah kehilangan indra bahwa dia ada di sana.
Dia tidak berpikir bisa melakkan sesuatu seperti itu. Dia bahkan tidak memikirkannya.
Ini dia.
Haruhiro mulai menusukkan belatinya ke punggung Takasagi. Pada posisi dan sudut ini, belati Haruhiro akan menusuk ginjal Takasagi. Hal tersebut akan menyebabkan Takasagi kehilangan kesadarannya secara instan dan mati dalam waktu singkat. Itu adalah serangan yang benar-benar fatal.
“Eh...”
Ketika dia merasa belatinya menusuk menembus tidak hanya pada pakaian Takasagi, tapi juga kulitnya, tiba-tiba dia malah diangkat oleh Takasagi.
Apa maksudnya ini?
Dia tidak tahu benihnya, triknya, atau bahkan sumber dari kekuatannya.
Apakah mungkin untuk melakukan hal seperti ini meskipun dia hanya Manusia?
“Kalau begitu... bersiap-siap lah... toh...”
Takasagi melempar Haruhiro yang ada di belakangnya. Bagaimana dia bisa melakukan itu ketika dia hanya memiliki satu lengan dan lengannya juga sedang memegang Katana? Haruhiro kesal pada ketidak masuk akalannya itu.
“Ugh...”
Haruhiro dengan cepat mengangkat kepalanya ke atas sekuat mungkin untuk melindunginya dari benturan, tapi punggung dan pinggulnya tetap terkena hantaman akar tanah yang keras, jadi dia pun terbatuk-batuk.
“Aku juga punya mata di punggung, lho.”
Takasagi melihat Haruhiro dari atas.
“Salah satunya hilang, tapi aku masih punya satu lainnya.”
Kemudian dia menutup matanya. Dia terlihat begitu sombong sambil menepuk-nepuk bahunya sendiri dengan bagian tumpul katananya.
“Jurus Rahasia...!”
Ranta melompat seperti tupai terbang dan menebas Takasagi.
“Jurus rahasia, jurus rahasia. Berisik banget, ya.”
Takasagi menekuk pergelangan tangan dan sikunya lalu memutar-mutar pedangnya seperti ular. Pedang Ranta terpental dibuatnya.
“!?”
Pedang Ranta terlepas dari tangannya, berputar-putar menjauh, dan menusuk salah satu batang pohon raksasa di kejauhan.
“Bukan lah salahmu karena kau terlalu cepat 'tuk coba mengatasi segalanya.”
Takasagi menusukkan ujung pedangnya pada tenggorokkan Ranta.
“Kita orang biasa setidaknya harus mencoba merobekkan diri kita sendiri dan membangunnya kembali dari awal. Dengan kata lain, jika kau berhenti mencoba, tamat sudah. Karena terlalu mengandalkan insting dan perasaan dirimu sendiri, kau berakhir jadi orang brengsek yang sombong.”
Ranta coba mengatakan sesuatu sebagai balasan. Tapi yang bisa dia lakukan hanya lah mengeluarkan helaan nafas menyedihkan dan menggertakkan giginya.
Apa yang kau lakukan? Jangan menyerah.
Haruhiro coba melompat ke kaki Takasagi, tapi dia bahkan tidak meliriknya, dan hanya menginjak tenggorokkan Haruhiro kemudian menusuk pergelangan tangan kanannya dengan katananya.
“Argh... guh...”
“Jangan bergerak. Aku memberikanmu saran disini. Mungkin ini lah kesempatan terakhirmu.”
Takasagi tertawa. Pria ini bisa saja menhentikan nafas Haruhiro sekarang jika mau. Dia juga bisa membunuh Ranta. Bukankah dia berniat untuk melakukan itu? Tapi dia tidak terlihat punya niat untuk membunuh Haruhiro dan yang lain. Pasti begitu. Dia sudah memutuskan itu dari awal.
“Kumohon hentikan...!” teriak Merry.
Kelihatannya penyembuhan Kuzaku telah selesai. Kuzaku sudah bisa berdiri kembali. Takasagi mengangkat bahunya.
“Kami pun tidak suka melakukan ini, tapi ketika harus melakukannya, maka kami akan melakukan itu secara keseluruhan, sesuai moto kami. Ketika kami bermain-main, maka kami harus melakukannya dengan serius, jika tidak maka itu akan membosankan, kau setuju? Itu lah kebijaksanaan orang dewasa.”
“Menyerah lah!”
Terdengar suatu suara yang bukan dari Takasugi.
“Jumbo.”
Ranta berbalik. Haruhiro juga berbalik ke arah suara itu berasal.
Yume mengatakan dia melihat seekor burung besar terbang tadi. Jadi begitu, ya. Itu adalah si Elang Besar ini.
Sesosok Orc datang ke arah mereka. Tidak diragukan lagi dia adalah Orc, tapi dia terlihat begitu berbeda dari pandangan Orc yang Haruhiro bayangkan pada umumnya. Dia terlihat seperti itu mungkin karena rambut hitam bergelombangnya yang rapih, kulitnya yang berwarna hijau keabu-abuan, mata jingganya yang cerah dan indah, serta wajahnya yang tegas. Dia mengenakan Kimono berwarna biru gelap dengan bunga-bunga silver yang tertatahkan di Kimononya, dan dia membawa katana di sisinya. Dia terbilang kecil jika dibandingkan dengan Elang Hitam Besar yang bertengger di bahunya. Dia tidak memiliki aura luar biasa seperti, katakanlah, Zan Dogran. Namun, dia tetap tak tertahankan untuk dilihat mata.
“Tidak ada harapan bagi kalian. Jadi menyerah lah, atau aku akan membunuh kalian semua.”
“Menyerah?”
Raja Iron meninggikan nada suaranya.
“Aku tidak akan, bertekuk lutut pada orang-orang keji seperti kalian yang dengan kejam membunuh orang-orangku dan tetap hidup.”
Raja Iron mengatakan itu dengan percaya diri. Suaranya terdengar sangat tegas dan tanpa ragu-ragu sedikit pun.
Kau pasti bercanda denganku.
Haruhiro merasa kesal. Dia sangat kesal, sampai-sampai dia merasa akan kehilangan akal sehatnya.

Meskipun dia bisa mengerti alasan Raja Iron melakukan itu. Dari awal, Iron Kingdom menggunakan Senjata Api untuk tetap membuat musuh di teluk. Karena Senjata Api mereka direbut, dengan cepat mereka berada dalam keadaan hampir dihancurkan sepenuhnya. Sekarang, mereka tidak punya pilihan selain bertarung sampai mereka dibinasakan demi melindungi harga diri mereka, atau jika ada para Dwarf yang berhasil bertahan hidup, mereka akan pergi ke Raja Iron dan mempertahankan keberadaan mereka.
Pastinya menjadi keputusan yang menyakitkan bagi Raja Iron untuk harus melarikan diri dari Iron-Bloded Kingdom. Namun, jika dia menolak proposal Axelberd, maka semua Dwarf pasti akan mati dalam pertempuran. Mungkin dia melarikan diri bukan karena takut mati. Mungkin akan lebih mudah baginya untuk mengambil pedang dan bertarung bersama orang-orangnya dan mati juga bersama mereka. Demi kepentingan rasnya, demi mempertahankan keberadaan ras Dwarf, dia memutuskan untuk melarikan diri ke Gunung Yari. Jika Haruhiro berada dalam posisinya, apakah dia bisa membuat keputusan yang sama? Jika itu adalah Haruhiro, mungkin dia akan jadi depresi dan mencoba berbagi nasibnya dengan orang-orangnya. Dia akan bertarung bersama mereka dan mati juga bersama mereka. Bahkan jika Kerajaan itu akan hancur dan ras mereka musnah, dia tidak akan takut jika dia bisa mati bersama semuanya.
Bahkan jika itu menyakitkan bagi Raja Iron untuk memilih kabur agar bisa bertahan hidup, dia tetap memilih keputusan itu.
Tentu saja, bukan berarti dia menyerah. Tidak ada jaminan dia juga akan hidup jika menyerah pada musuh. Mungkin dia akan dipermalukan dengan berbagai cara yang mengerikan. Lebih dari itu, ditangkap dan dipermalukan oleh musuh pastinya akan sangat tak tertahankan bagi Raja Iron. Bahkan jika ada beberapa Dwarf yang sedang bertempur sekarang berhasil bertahan hidup dan lari dari Iron Kingdom, cepat atau lampat mereka akan mendapatkan informasi tersebut. Raja mereka telah meninggalkan orang-orangnya, melarikan diri, dan menyerah pada musuh.
Tidak ada kata menyerah. Haruhiro mengerti itu. Tapi memang apa gunanya jika dia mengatakan itu sekarang?
“Aku mengerti.”
Jumbo mengangguk.
Si Elang Hitam Besar terbang menjauh dari bahunya.
Tiba-tiba si tua Utefan mengangkat tongkat seperti palunya ke atas. Mungkin dia sedang mencoba menyuruh para Dwarf dari House of Bratswood untuk mulai menembaki Jumbo. Tapi, ketika beberapa Dwarf mencoba untuk mengarahkan Senjata Apinya ke Jumbo. Mereka tidak menembak. Atau lebih tepatnya mereka tidak bisa.
Jumbo mulai berlari.
Langkah pertamanya masih terbilang biasa saja.
Namun langkah berikutnya berubah drastis, dan dia berlari secepat angin.
Para Dwarf, termasuk pelayan Raja Iron, dibuat terbang ke udara. Daripada dibuat terbang satu per satu, mereka malah terlihat dibuat terbang sekaligus.
Apa yang Jumbo lakukan? Dia tidak tahu. Jumbo masih belum menghunuskan pedangnya. Tangan kosong. Apakah dia memukul mereka? Melempar mereka? Atau kah dia menggunakan kakinya? Seperti menendang mereka? Dia bahkan tidak tahu lagi. Jumbo melakukan sesuatu. Hanya itu yang dia tahu secara pasti.
“Kepala Elf...!”
Kelihatannya Kepala House of Merkurian, El Talich, hampir saja menghunuskan pedangnya untuk mencoba melindungi Kepala Elf Harmerial. Namun, dia gagal. Sebelum dia bisa menghunuskannya, El Talich sudah mati. Kepalanya dibuat berbalik kebelakang.
Kemudian Jumbo mencengkram kepala Raja Iron dengan tangan kanan dan kepala Harmerial dengan tangan kiri lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
Para Dwarf yang dibuat terbang diawal mulai berjatuhan seperti hujan yang mengerikan.
“Atau...”
Apaka itu adalah suara Jumbo, yang terdengar seperti bisa menembus jauh melewati berbagai macam dimensi?
Apa yang dia lakukan sangat lah kejam dan tak kenal ampun seperti penghakiman surga.
“Mungkin itu adalah keputusan yang bijak. Jika kalian menyerah, maka kami akan dipaksa untuk menyerahkan kalian ke Raja Dif Ogun, dan kalian akan mengalami hal yang mengerikan lebih dari kematian. Aku akan menanggung semua beban karena membawa kematian pada orang-orang ini. Selamat tinggal.”
Orc itu pikir dia siapa? Dia terlihat tidak memiliki niat jahat. Tidak ada sedikitpun tanda-tanda permusuhan darinya. Mungkin dia adalah sosok yang melampaui etika, akal sehat, emosi, dan hal-hal lain yang mereka anggap remeh, dan berada di sisi lain dari itu semua. Jika memang begitu, tidak aneh mengapa dia bisa melakukan semua ini. Bahkan jika Haruhiro didorong oleh kemarahan dan mengeluarkan 10 juta kata untuk mengutuknya, hal tersebut sama sekali tidak akan mempengaruhi Orc ini.
Jumbo mengangkat kepala Raja Iron dan Kepala Elf Harmerial sedikit ke atas, kemudian menghancurkannya dengan cengkraman kuat.
Dia tidak melepaskan mereka. Jumbo tetap mengangkat kedua tubuh mereka selama beberapa waktu, mungkin sampai dia kehabisan suatu hal.
Kemudian dia menekuk lututnya, membungkuk, dan dengan lembut menurunkan mayat mereka ke tanah.
“Jangan... lakukan... itu...”
Kuzaku gemetaran. Haruhiro bingung. Kelihatannya Kuzaku lagi kesal. Kenapa dia marah? Aneh jika kau marah pada sosok seperti Jumbo. Dia berbeda. Dia tidak seperti mereka. Semisal saja ada tuhan yang maha tahu dan kuasa di suatu tempat. Dia mengetahui segalanya dan bisa melakukan apa saja, mengapa dia tidak membantu mereka? Bahkan jika orang tak berdaya seperti Haruhiro mengeluh seperti itu, Tuhan tidak akan merasa tersinggung. Dia bahkan tidak akan menjawabnya. Seolah-olah dia mengatakan kalau ada banyak maksud untuk tidak membantu mereka. Itu baik-baik saja, itu hal yang benar, bahkan jika dia terlalu bodoh untuk bisa mengerti semua maksudnya.
Leher Haruhiro sedang diinjak Takasagi dan pergelangan tangan kanannya sedang ditusuk oleh katana Takasagi. Ketika dia mencoba menghunuskan belati api dengan tangan kiri, dengan cepat tindakannya diketahui oleh Takasagi. Kemudian lagi-lagi, Takasagi tidak melirik Haruhiro untuk kedua kalinya, dan hanya mencabut katanaya dari pergelangan tangan kanan Haruhiro tanpa ampun kemudian menusuknya ke pergelangan tangan kirinya kali ini.
“Akh...”
Haruhiro lebih membenci Takasagi ketimbang Jumbo. Dia bisa melihat melalui kepala pria ini. Dia merasa bisa mengerti pria ini. Jika harus dikatakan, pria ini mungkin sama seperti Haruhiro. Pengamatan. Pertimbangan. Pembelajaran. Penajaman. Penyaringan. Dia bekerja keras, dan sampai ke titik dimana hanya seseorang yang berpengalaman dan profesional yang bisa melihatnya. Tapi dia tidak bisa pergi ke tingkatan yang lebih tinggi dari itu. Karena ada sesosok Orc bernama Jumbo yang tidak akan pernah bisa kau capai dengan usaha apa pun itu. Pastinya dia telah mengakui kekuatan tidak masuk akalnya itu, terpesona olehnya, dan menjadi salah satu orang yang mengaguminya.
Dibandingkan dengan Haruhiro dan yang lain, Takasagi berada pada posisi yang jauh lebih tinggi. Namun, masih ada sesuatu yang normal darinya. Kelihatannya Takasagi membantu Jumbo dengan memanfaatkan kenormalan dirinya yang tak terhindarkan itu. Karena sebagian besar, atau lebih tepatnya hampir semua manusia adalah manusia biasa, jadi pastinya ada masalah dalam kelompok Forgan yang tidak bisa diselesaikan oleh sosok super seperti Jumbo. Takasagi bisa memberikan kontribusi yang cukup untuk Jumbo. Haruhiro mengira itu lah hal yang membuatnya merasa terpenuhi. Haruhiro sendiri tidak keberatan jika hidup dengan cara seperti itu. Malahan mungkin saja hanya orang biasa lah yang bisa hidup dengan cara seperti itu.
Justru karena Haruhiro memahami itu semua, dia jadi tidak bisa tidak membenci Takasagi. Jika kau dapat mengumpulkan pengalaman ang cukup selama 10 tahun, atau sekedar 5 atau 3 tahun, kau bisa saja melampaui Takasagi. Dia akan bisa membunuhnya dengan tangannya sendiri. Bukannya dia merasa percaya diri. Dia hanya berpikir itu mungkin. Karena itu lah dia merasa frustasi. Saat ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mau tak mau dia hanya bisa membenci dirinya sendiri karena begitu lemah.
“Oi, idiot—”
Ranta meninggikan suaranya ketika melihat Kuzaku mulai berlari. Karena tenggorokan Haruhiro diinjak, dia tidak bisa berbicara, tapi meski Ranta tidak seperti Haruhiro, suara dia terdengar teredam tidak seperti biasa.
“Sial... lan!”
Kuzaku mulai menerjang Jumbo. Setora dan Merry mencoba menghentikannya.
Tapi Kuzaku terlalu cepat.
Dia adalah pria yang baik. Lebih dari siapa pun, Kuzaku adalah pria yang sangat baik. Dia adalah pria yang pantas dihormati. Dia seorang pria yang menyenangkan. Dia seorang junior yang lucu, dan merupakan teman yang sangat penting dan bisa dipercaya. Tidak hanya dia tinggi, tapi dia juga sangat kuat. Haruhiro lebih suka jika dia lebih pintar sedikit, lebih cerdik, dan lebih perhitungan. Jika saja dia bisa memanfaatkan tubuh besarnya secara penuh, dia bisa menjadi sosok yang luar biasa. Bahkan jika tidak, Kuzaku masih memiliki kekuatan yang mengerikan. Ketika Kuzaku mengeluarkan semuanya, tidak ada cara untuk menghentikannya.
“Zaaahhh...!”
Haruhiro tidak bisa mengikuti pergerakan Kuzaku ketika dia mengayunkan pedang besarnya. Itu adalah tebasan yang terlihat seperti bisa menebas batu raksasa, yang tidak bisa diganggu gugat, dan yang bisa mengancurkan hati siapa pun yang melihat.
Mungkin saja itu adalah tebasan yang bisa mengancam Jumbo. Jika memang begitu, maka Kuzaku terlalu berlebihan. Kenapa dia harus mengeluarkan seluruh kekuatannya di sini? Tentu saja, mungkin karena Kuzaku sangat marah. Kuzaku tidak terintimidasi oleh kekuatan tidak masuk akal Jumbo. Dia tidak peduli apa saja yang bisa Jumbo lakukan, meskipun musuhnya pun jauh dari jangkauannya. Namun, Kuzaku tidak berpikir seperti itu. Kuzaku sedang marah, seperti Kuzaku yang biasa. Dia tidak bisa memaafkan Jumbo. Karena memang begitu lah hal yang harusnya manusia rasakan.
Jumbo menghunuskan pedangnya.
Pedang yang Jumbo hunuskan tidak hanya berhasil menahan pedang besar Kuzaku, tapi juga menghancurkannya. Jika dia bisa menahannya tanpa menghancurkan pedangnya, maka pasti akan dia lakukan. Lagian juga ini tuh Jumbo yang dibicarakan.
Akibatnya, tebasan pedang Jumbo terus melaju ke bawah secara diagonal.
Pedang Jumbo menebas lurus dari bahu kiri Kuzaku sampai ke pinggul kanannya.
Kuzaku.
Oh, Kuzaku.
Tubuhmu terlepas dari tempatnya.
Kau akan jatuh.
Kau terbelah jadi dua, Kuzaku.
“Kau...!”
Setora marah besar. Si Setora yang kalem itu. Kau sangat disukai, ya, Kuzaku? Dia memang orang yang mengesalkan, tapi ketika hal ini terjadi padanya, Setora pun tidak bisa diam saja. Tapi apakah cuma itu saja? Ini adalah Setora yang sedang dibicarakan. Mungkin dia berniat untuk menarik perhatian saat dia melakukan itu. Tapi apa yang dia harapkan dari Haruhiro pada saat dia mencoba mengalihkan perhatian? Apa yang harus Haruhiro lakukan? Apa yang bisa dia lakukan? Mungkin Setora memang telah benar-benar kehilangan ketenagannya.
Setora menerjang Jumbo dan melemparkan tombaknya. Jumbo menepis tombaknya ke samping dengan tangan kiri, tapi pada saat itu Setora telah menghunuskan pedang di tangan, lalu mendekat pada Jumbo.
“Rueahh...! Twahhh...!”
Tak peduli sebetapa tajamnya Setora mengayunkan pedangnya, itu bahkan tidak menggores Jumbo. Jumbo menghindari setiap serangannya seperti menari.
“Aku tidak bisa melihat ini.”
Takasagi tertawa. Kenapa Setora harus ditertawakan oleh orang seperti ini? Momen ketika Haruhiro memikirakan itu, dia merasakan beban Takasagi di lehernya. Dia bahkan tidak diperbolehkan bernafas dengan bebas. Sekali lagi Haruhiro diingatkan oleh fakta tersebut.
“Breng... sek!”
Mungkin Ranta berniat untuk mengambil pedangnya, tapi Takasagi tidak akan membiarkannya. Takasagi menggunakan leher Haruhiro sebagai pijakan, melompat, dan menebas Ranta. Ketika Takasagi melompat, Haruhiro hampir pingsan. Jadi dia tidak bisa mengetahui apa yang barusan terjadi, tapi sepertinya Ranta mengalami luka di wajah.
“Ngh... guh...!”
Apa yang Itsukushima dan Yume sedang lakukan? Apakah Haruhiro mengharapkan sesuatu dari mereka? Jika memang begitu, maka itu adalah kesalahan besar. Apa hak Haruhiro, yang tidak bisa melakukan apa-apa, untuk mengharapkan sesuatu dari siapa pun itu?
“Graahh...!”
Harusnya Setora sadar bahwa tidak peduli seberapa banyaknya dia mengayunkan pedangnya, itu tidak akan berguna. Bagaimana bisa dia tidak menyadari itu? Tapi Setora tidak bisa berhenti sekarang. Apa yang bisa dia lakukan dengan pedang itu? Dia tidak akan berhenti sampai dia kehabisan tenaga, atau jika seseorang memaksanya untuk berhenti.
“Ahh...”
Merry tersungkur ke bawah dan melihat ke langit.
“Kumohon... tolong aku... tolong aku... tolong aku...!”
“Cukup sudah.”
Jumbo mengambil pedang Setora, tapi kelihatannya seperti Setora lah yang sengaja memberikan pedangnya pada Jumbo, daripada pedangnya di ambil.
“!”
Setora masih saja menyerang Jumbo. Dia menempel ke punggung Jumbo. Tangannya melilit ke sekitar leher Jumbo dan dia mencoba mencekeknya. Dia juga mencoba menggigit telinga kanan Jumbo. Darimana dia mendapatkan obsesi semacam ini? Dan juga mengapa Haruhiro bisa menyerah begitu saja ketika Setora bertindak sejauh ini?
“Kubilang cukup!”
Jumbo melemparkan pedang yang dia ambil dari Setora lalu mencengkram kepala Setora dan melemparnya.
“Arkh, kuhh...”
Si Elang Hitam Besar meluncur ke bawah dimana Setora berada, yang dengan cepat melompat berdiri.
Si Elang Hitam Besar itu mengepak-ngepakkan sayapnya, mencengkram kepala Setora, dan sedikit mengangkatnya. Dia melepaskannya, lalu tanpa jeda, dia menekan tubuh Setora ke bawah dan mematuk-matuk wajahnya tanpa ampun.
“Aaaaaahhhhhhhhhh....!”
“Forgo!”
Jumbo memanggil namanya seakan-akan menegurnya, dan dengan segera si Elang Besar Hitam pun terbang menjauh dan bertengger di bahu Jumbo.
Yume telah menempatkan panah di busurnya dan sedang mengarahkannya pada Jumbo atau mungkin si Elang Hitam Besar. Tapi busurnya gemetaran. Panahnya juga tidak ditempatkan dengan baik.
“Dia telah menerimaku.”
Seseorang berbicara.
Yume merendahkan busurnya dan melihat ke suatu tempat.
Dia melihat ke arah Merry.
Beberapa saat yang lalu, Merry sedang duduk diam. Sekarang tidak lagi. Dia sedang berdiri.
“Mungkin dia tidak berniat untuk melakukan itu, tapi karena dia meminta bantuan, maka aku pun harus meresponnya, karena aku ada.”
Dia... bukan Merry.
Caranya berbicara, berdiri, semuanya tentang dia sangat berbeda dari Merry.
“Siapa kau...?”
Haruhiro bangun.
“Aku tidak punya nama. Tapi aku punya julukan.”
Sesuatu yang bukan Merry itu menggerak-gerakkan lehernya untuk melihat ke sekeliling. Kemudian dia mengangkat dagunya, terlihat murung. Mungkin itu adalah kebiasaan sesuatu yang bukan Merry.
“Hmm...”
Takasagi tiba-tiba menekuk lututnya dan tampak seperti berjaga-jaga terhadap sesuatu. Kelihatannya dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
“Umu.”
Bagaimana dengan Jumbo? Dia masih saja kalem seperti biasa, atau setidaknya terlihat seperti itu.
Sesuatu yang bukan Merry itu mengangkat tangan kannnya, dan hanya menatapnya.
“Aku telah mengetahui bahwa hidup bisa kualami setelah percobaan trial & error yang lama.”
Dengan perlahan, dia mengepalkan tangan kanannya.
“Aku awalnya tidak hidup, kan? Aku adalah sesuatu yang lain, tapi akhirnya aku membentuk kehidupan dan menjadi hidup. Itu lah aku. Aku berharap. Aku bisa bersama kalian selama mungkin. Hanya itu lah yang aku inginkan, tapi aku dijauhi, atau mungkin ditakuti. Mereka memanggilku—”
No-Life King.
Nama itu terlintas di benak Haruhiro sebelum sesuatu yang bukan Merry itu bisa katakan.

Haruhiro selalu saja curiga, mengira kalau hal tersebut mungkin saja benar, dan benar saja, karena kejadian Merry hidup kembali sangat lah aneh, harusnya Merry sudah mati. Orang mati tidak hidup kembali, namun, dia berhasil hidup kembali. Tidak, mungkin tidak tepat bila disebut hidup kembali. Sosok yang dipanggil ‘No-Life King’ memasuki tubuh Merry, yang tidak lagi memiliki tanda-tanda kehidupan. Dia membuat ulang sel-sel yang sudah mati. Karena dia meminjam tubuh Merry, maka berarti dia masih memiliki ingatan dan kepribadian Merry. Namun, sekarang dia mungkin sudah bukan Merry lagi, tapi No-Life King.
Tidak juga. Merry masih ada.
Dengan kata lain.
Dia benar-benar hidup kembali.
Merry masih hidup.
Dia menerimaku, ucap No-Life King, dia meminta bantuanku, jadi aku pun meresponsnya.
Memang benar, bahwa Merry sempat meminta tolong beberapa kali tadi. Tidak ada yang bisa Haruhiro lakukan. Dari awal pun, fokus Haruhiro tidak berada pada Merry saat itu. Jadi artinya, dia meminta tolong pada No-Life King yang ada di dalam dirinya. No-Life King meresponnya. Itu lah sebabnya kenapa dia bisa muncul sekarang.
Jadi, di mana Merry?
Kemana Merry pergi?
Apakah dia memberikan tubuhnya ke No-Life King?
Jika memang begitu, dimana Merry yang asli?
“Aku adalah, kehidupan itu sendiri.” Ucap No-Life King. Dia tidak hanya terlihat murung. Bahunya terlihat lemas. Dia terlihat sangat terluka, dan sedih.
“Mereka mengatakan bahwa aku tidak hidup.
Mengatakan bahwa aku adalah sesosok monster abadi.
Para manusia menakutiku. Mereka tidak mau menerimaku.
Padahal aku tidak ingin bermusuhan dengan mereka, tapi mereka ingin menghancurkanku.
Pada saat dulu sekali, aku menjadikan seorang pria bernama Enad George sebagai wadahku. Dia adalah Raja Kerajaan Manusia bernama Arabakia. Raja itu melarikan diri dari kerajaannya setelah dikhianati oleh rekan dekat dan bawahannya. Kemudian, dia akhirnya bertemu denganku.
Pada saat itu, dia sedang sekarat. Aku memutuskan untuk menyelamatkannya. Dia menerimaku.
Aku tidak ingin tinggal di sana hanya sebagai kehidupan yang lain.
Enad pun tidak ingin mati dengan meninggalkan keinginannya dan berbagai macam hal lainnya.
Keinginan kami pun selaras.
Di satu sisi, aku menjadi Enad, dan di satu sisi lainnya, Enad menjadi aku.
Enad memiliki dendam terhadap orang-orang yang memberontak padanya dan mencoba membunuhnya. Namun, dia tidak ingin memusnahkan mereka. Enad adalah seorang Raja. Dia sadar kalau dia harus disambut sebagai Raja Kerajaan yang telah dia bangun. Setelah mempelajari seluk-beluk sifar manusia saat menjadi Enad, kupikir dia mungkin sedikit berlebihan.”
Apa yang dia bicarakan?
Bukannya Haruhiro tidak mengerti sepenuhnya cerita yang disampaikan No-Life King. Dia ingat cerita yang Hiyomu sampaikan tentang penemu Kerajaan Arabakia, sejarahnya.
Menurut mitos, ras manusia percaya tentang eksistensi dunia ideal bernama Arabakia. Seorang pria bernama Theodore George, yang tinggal di sana, menemukan tanah yang indah dan membangun kerajaan di sana.
Sedangkan ceria aslinya, Enad, yang memanggil dirinya sebagai keturunan Theodore George, adalah penemu sekaligus Raja pertama Kerajaan Arabakia.
Namun, Enad George dikhianati oleh rekan dekatnya Ishidua Zaemon dan bawahannya, kemudian melarian diri. Setelah itu, keberadaanya tidak diketahui.
Enad itu menjadi No-Life King. Apakah itu yang terjadi? Atau kah dia mungkin merupakan mahluk pertama yang No-Life King si parasit jadikan wadah? No-Life King sempat menyebut kata ‘wadah’ sebelumnya. Dengan menggunakan si Raja Enad yang jadi buronan sebagai wadah, mungkin dia jadi bisa memperoleh wujud, bentuk, atau semacamnya si No-Life King.
Kenapa No-Life King membicarakan itu sekarang?
Dan juga kenapa Haruhiro dan yang lain tetap mendengarkan No-Life King bercerita dengan diam?
Apakah karena ceritanya pantas untuk didengarkan? Dia tidak bisa bilang kalau dia tidak tertarik. Lagian juga ini tuh No-Life King. Sejarahnya telah terungkapkan dari mulut No-Life King sendiri. Dia sendiri sedang berada dalam bentuk Merry. Setidaknya dari luar dia tampak seperti Merry.
Udaranya terasa tegang dan aneh, seperti membuatmu ragu-ragu untuk bergerak.
Tidak, bukan udaranya. Tapi karena suaranya. Tidak terdengar suara sedikit pun. Tidak ada suara burung atau pun serangga yang terdengar, ataupun suara dedaunan yang tertiup angin. Kesunyian ini sangat tidak normal. Apakah karena itu lah udaranya terasa begitu tegang?
“Aku bukan lah musuh manusia, tapi mereka melihatku sebagai musuh.
Enad ingin menjadi Raja Manusia.
Aku berbeda.
Ada sesuatu tentang bahasa manusia yang terdengar benar.”
Haruhiro berpikir bahwa No-Life King selalu menyampaikan sesuatu dengan cara yang berbelit-belit.
Sudah berapa lama ini terjadi?
Sekarang Haruhiro baru menyadarinya.
No-Life King menekuk siku kanannya, dengan punggung tangan mengarah ke bawah. Kemudian, dengan ringan dia mengepalkannya.
Ada sesuatu yang keluar dari pergelangan tangan kanannya.
Terlihat seperti kumpulan benang tipis jatuh dari pergelangan tangan kanan Merry berupa cairan.
Apakah itu darah?
“Aku hanya ingin berteman.”
Tiba-tiba Forgo si Elang Hitam Besar yang bertengger di bahu Jumbo melebarkan sayapnya lalu mengeluarkan suara melengking bernada tinggi.
Darah No-Life King yang mengalir keluar dari tubuh Merry, tidak tepat bila disebut darah saja. Itu adalah sesuatu yang jauh lebih mengerikan, sesuatu yang bisa saja merupakan No-Life King itu sendiri.
Sesuatu mirip darah itu terus bertetesan ke bawah dalam jumlah yang sedikit.
Untuk apa dia melakukan itu?
Apa yang No-Life King sedang lakukan?
“Kwaaaahhh...!”
Dia mendengar suara Kuzaku.
Tidak mungkin.
Dia tertebas oleh Jumbo. Dia terbelah jadi dua. Dia sudah mati. Haruhiro tidak ingin mengakuinya, dan dia mencoba untuk melarikan diri dari kenyataan itu, tapi Kuzaku memang sudah mati saat itu. Haruhiro telah kehilangan teman lainnya. Dia kehilangan seorang teman penting yang harusnya tidak boleh hilang dari sisinya.
“Gahh...! Krgghh...! Wahhhhhh...!”
Namun, sekarang Kuzaku sedang menggeliat-liat. Mengapa? Bagaimana bisa? Harusnya dia sudah tidak bisa bergerak. Harusnya dia sudah mati. Tapi sekarang dia sedang bergerak-gerak dan juga membuat suara. Kepalanya bergerak ke atas dan bawah, dan lengan kanannya sedang memberontak. Bukan hanya kepala dan lengan kanannya, lengan kiri dan kakinya pun begitu.
“Kenapa, itu bisa terjadi...?” ucap Ranta yang sedang jatuh terduduk.
“No-Life King.” gumam Takasagi.
Memangnya kenapa jika dia adalah No-Life King? Kejadian ini tetap lah tidak masuk akal. Kuzaku tertebas lurus dari bahu kirinya sampai ke pinggul kanannya. Dia tidak bisa mengatakannya dengan yakin, tapi dia pikir jantung Kuzaku pun kena tebas juga. Jadi dia pasti langsung mati. Tubuh Kuzaku terpisah jadi dua. Bagian tubuh Kuzaku terpisah, tapi mengapa sekarang malah mulai menyatu?
“Uwaaaaaaahhhhhhhhhhh...!!!”
Kuzaku akhirnya bangun terduduk dengan terlihat seperti didorong paksa oleh kekuatan yang tidak terlihat.
“Aaaaaahhhhh... ah?”
Kuzaku meraba-raba bekas lukanya dengan kedua tangan. Selain ada banyak noda darah, tanda bekas luka yang Jumbo lakukan juga masih belum hilang, malahan masih terlihat jelas. Sesuatu yang berwarna merah kehitaman menggeliat-liat di tubuh Kuzaku, dan sedang menyatukan anggota tubuh yang terpisah awalnya.
“Wahahaha!”
Kuzaku mulai tertawa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menampar-nampar pipinya dan menjambak-jambak rambutnya. Dia mengayunkan kepalanya dari sisi ke sisi serta terus mengangkat dan merendahkan bahunya.
“Ahahaha! Gihihi! Gahahahahahaha! Bwahahahahah! Gwahahahahah! Ahihi! Fuahahaah! Dwahahaha! Bahaha! Grahahahaahahaha!”
Kuzaku terus tertawa. Tawa macam apa itu?
“Kuzaku-kun...!” seru Yume.
“Ahahahaha! Dhahaahaha! Brahahaah! Gwahahaaha!”
Kuzaku tidak mendengarkan. Dia terlihat tidak bisa mendengarnya. Dia menutupi wajahnya dengan lengan, bersandar ke belakang dan terus tertawa. Apa hal yang begitu lucu? Apakah dia tertawa bukan karena lucu? Jika memang begitu, maka apa alasannya? Perhatian Haruhiro sepenuhnya teralihkan pada Kuzaku.
Sebelum dia mengetahuinya, Setora sudah berdiri di sana. Atau lebih tepatnya, dia sedang berjalan-jalan di sana.
“Se-Setora...?”
Suara Haruhiro serak dan teredam.
“Gihihi! Ihihihihi! Dwahah! Uwahahah! Gahahah! Zwahahahahh!”
Kuzaku terus tertawa.
Setora bertindak aneh. Dia sedang berjalan melingkar, yang diamertenya begitu kecil berkisaran 40 atau 50 cm sambil membisikan sesuatu dengan cepat.
Muka Setora dikacaukan oleh Forgo si Elang Hitam Besar. Dari area mata kanannya hingga ke hidung di atas bibirnya, dikacaukan sepenuhnya oleh Forgo yang mematuk-matuk kulit, daging, tulang, dan bola matanya. Sungguh hal yang mengerikan, tapi baru saja sampai sekarang, Haruhiro tidak tahu seberapa parahnya luka yang dialami Setora dan fakta bahwa dia masih bernafas atau tidak. Mungkin Forgo telah menyebabkan luka fatal pada Setora. Seperti Kuzaku, mungkin Setora juga harusnya akan mati karena itu.
Muka Setora berada dalam keadaan yang mengenaskan, tapi area yang rusak itu tertupi oleh sesuatu yang berwarna merah kehitaman yang mirip seperti yang berada pada tubuh Kuzaku.
“Tidak, tidak, tidak...”
Yume terjatuh. Itsukushima dengan cepat mencoba menahannya, tapi pada akhirnya mereka berdua juga terjatuh.
“Sudah lama sekali, ya.”
No-Life King mengangkat pergelangan tangan kanannya dengan lengan kiri.
“Akan butuh beberapa waktu untuk mereka supaya terbiasa dengan ini. Kuharap aku memang telah melakukan hal yang dia inginkan. Sayangnya, hanya ini lah yang bisa kulakukan.”
“Tunggu dulu—”
Jumbo membuat Forgo terbang menjauh dan mengarahkan ujung pedangnya ke No-Life King.
“Apa yang telah kau lakukan?”
“Aku hanya membagikan darahku dengan mereka.”
Mata No-Life King tertuju ke bawah, dan dia tetap mengangkat pergelangan tangan kanannya dengan tangan kiri.
“Owahaha! Ofuhuhuhu! Gohihi! Gufufuhihiihi! Gahihihihi! Gwahaahaha!”
Kuzaku masih saja terus tertawa. Setora pun masih berjalan melingkar sambil menggumamkan sesuatu dengan cepat.
“Tidak seperti Enad, aku tidak membenci manusia, aku juga tidak berniat jadi Raja mereka. Aku hanya ingin menjadi teman mereka. Tapi mereka takut padaku dan membenciku. Mereka melihatku sebagai musuh dan ingin menghancurkanku. Jadi aku pun tidak punya pilihan selain melawan.”
No-Life King mengangkat wajahnya, atau dagunya, dan dengan cara uniknya menatap seseorang, dia menatap Jumbo, kemudian Takasagi, Haruhiro, Ranta, Yume, dan Itsukushima secara berurutan.
Dia bukan Merry, tapi itu juga salah. Contohnya saja, tidak ada suaranya yang langsung bergema di benaknya, atau kilatan misterius di matanya. Dia Merry, tapi itu pun juga salah. Karena itu lah Haruhiro hanya bisa berpikir ‘Apakah dia benar-benar Merry? Apakah dia benar-benar bukan Merry? Apakah ada semacam kesalahan di sini?’
Jauh di atas, Forgo mengeluarkan suara melengking tinggi. Entah sejak kapan nafas Haruhiro jadi sangat dangkal dan kasar. Dia tidak tahu mengapa dia bisa bernafas secepat ini. Penglihatannya pun jadi buram. Pendengarannya terasa aneh. Ada suatu suara bernada rendah namun berat terdengar di telinganya, dan dia terus-menerus mendengar suara itu. Apakah itu bahkan sebuah suara? Mungkin lebih ke semacam getaran. Selain itu, kelima panca indra Haruhiro juga terasa sangat menyakitkan. Tidak heran jika dia menjadi gila. Karena semua yang terjadi ini sungguh tidak masuk akal. Malahan akan aneh jika dia tidak jadi gila.
Tapi bukan hanya Haruhiro yang merasakan sesuatu, Jumbo, Takasagi, Ranta, Yume, dan Itsukushima juga terlihat merasakan sesuatu. Haruhiro pikir dia kehilangan akal sehatnya. Semuanya serba salah di sini.
“Bukan hanya manusia.”
No-Life King mengangkat kedua alisnya.
“Aku dibenci oleh dunia ini.”
Sesuatu mendekat. Ada sesuatu. Sesuatu yang Jumbo dan yang lain rasakan. Haruhiro juga merasakannya. Dia tidak tahu apa itu. Tapi dia bisa merasakannya. Dari mana asalnya? Dari mana dia akan datang? Dia tidak bisa mengatkannya dengan pasti. Karena rasanya seperti datang dari berbagai arah. Suatu suara bernada rendah namun berat yang harusnya tidak mungkin dipancarkan oleh mahluk hidup mengeluarkan semacam getaran yang bisa dirasakan dari depan, kanan, kiri, atau belakang seperti ‘NNNNNNNNNNNNNNNNNNNN...’ mirip suara bass tinggi dan getaran yang mengelilingi Haruhiro dan yang lain lalu lama-lama terasa semakin mendekat.
“Dunia ini menolakku, dan Sekaishu pun mencoba membasmiku.” Ucap No-Life King.
Sekaishu. Benar. Sekaishu. Seperti saat itu.
Hitam. Dia melihat sesuatu berwarna hitam. Di balik pepohonan. Hanya hitam. Sosok itu tidak memiliki bentuk. Hanya massa hitam. Dia datang. Sekaishu datang. Mereka harus lari. Mereka tidak bisa melawannya. Mereka tidak bisa mengalahkannya. Jadi mereka harus lari. Mereka harus lari dan melepaskan diri dari mahluk itu. Lari. Tapi kemana? Bagaimana merka bisa lari ketika massa hitam itu datang ke arah mereka dari berbagai arah?
“Wahaha! Ahahaahaha! Ihihihi! Gwahaha! Guhihi! Gyahaahahaha!”
Dia juga tidak bisa meninggalakan Kuzaku yang terus-menerus tertawa, Setora juga masih saja terus berjalan melingkar
“Kapten, kelihatannya ini gawat.” Panggil Takasagi.
Jumbo menyarungkan pedangnya dan mulai berlari. Takasagi pun mengikuti. Haruhiro hampir saja berteriak, tunggu dulu! Kemana kalian akan pergi? Apa kalian berniat untuk melarikan diri?
Jika memang begitu, kumohon jangan tinggalkan kami disini.
Haruhiro tertarik kembali pada kenyataan. Dia tidak pernah sesekecewa ini pada dirinya sebelumnya. Dia baru saja mencoba bergantung pada Jumbo dan Takasagi. Tidak mungkin kalau mereka akan membantu Haruhiro. Mereka tidak punya alasan untuk melakukannya.
“Oi, Kuzaku...!”
Ranta mencengkram lengan Kuzaku, dia tidak menepis lengan Ranta, dan malah menggerakkan wajahnya sangat dekat padanya dan terus tertawa lebih keras.
“Uhehe! Guhaha! Bofufuh! Ahihi! Yahaha! Dohihihi!”
“Orang ini, sialan...!”
“Setora! Hei, Setora...!”
Yume menempel pada Setora, tapi dia terus melanjutkan jalanan melingkarnya dengan tak acuh.
“Yume!”
Itsukushima mencoba menarik Yume menjauh dari Setora.
Haruhiro tidak melakukan apa-apa. Dia bisa saja membantu Ranta atau Yume. Kenapa dia tidak melakukan itu? Kenapa dia hanya menonton?
Suatu massa hitam, seperti ombak, Sekaishu, mendekat.
Aku dibenci oleh dunia, ucap No-Life King tadi.
Kupikir dunia ini juga tidak menyukaiku.
Begitupun denganku.
Aku bisa merasakannya.
Aku membencinya.
Komentar
Posting Komentar