Bab 8: Hanya Untuk Sekarang

Haruhiro hanya bisa berpikir bahwa dia beruntung bisa bergabung lagi dengan kelompok.

 

Delegasi kehilangan 4 kuda. Namun, Vicky Sand mampu mengatasi kudanya dengan baik memakai keterampilannya, sedangkan kuda Itsukushima, Yume, dan Setora yang lari sedikit jauh mampu mereka kejar dan tangkap. Neal si Scout yang melarikan diri saat kejadian itu juga telah kembali. Di atas semua itu, tidak ada korban jiwa. Haruhiro dan yang lainnya sungguh beruntung.

 

“Mungkin aku masih terlalu memanggap enteng Dataran Quickwind.” Ungkap Itsukushima dengan penyesalan. “Biasanya aku pergi ke Dataran Quickwind sendirian, tapi jika aku membawa para anjing serigala bersamaku, aku cenderung menurunkan penjagaanku. Sudah menjadi aturan paling utama untuk tidak lengah ketika melakukan aktivitas luar ruangan. Namun....”

 

Ketika seseorang tergabung dalam sebuah kelompok, mereka cenderung terlalu menggaggap enteng masalah ke depannya. Sudah menjadi sifat 3 manusia untuk bertindak seakan mereka adalah kelompok 10 orang, dan 10 orang bertindak seakan mereka adalah kelompok 100 orang. Cara Itsukushima memikirkannya mungkin agak ekstrim, tapi Vicky Sand dan yang lainnya mengangguk setuju.

 

“Orang-orang yang lahir dan dibesar di kota berbatu ber-ilusi jika semakin banyak dinding batu dan bangunan yang mereka tingkatkan akan membuat mereka terlihat hebat. Kita cenderung lupa berpikir bahwa begitu kita melangkah keluar dari kota itu, kita hanya lah mahluk lemah yang bahkan tidak bisa membela diri. Kita harus lebih berhati-hati.”

 

Neal mendengarkan dengan ekspresi kosong di wajahnya, tapi dia tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Vicky Sand benar. Fakta bahwa pria seperti Sand terpilih menjadi duta mungkin bisa di anggap sebagai salah satu orang yang beruntung. Si Duta ini juga pemimpin delegasi ini. Jika pemimpinnya tidak kompeten atau punya kepribadian busuk, pasti misi ini akan berakhir mengerikan. Tidak dapat disangkal bahwa Neal adalah seorang bajingan, tapi Vicky Sand adalah orang yang baik. Hanya berpikir begitu membuat Haruhiro tenang.

 

Delegasi melanjutkan perjalanan ke utara melalui Dataran Quickwind, sambil lebih berhati-hati dari sebelumnya. Kelihataannya ada banyak Raksasa Ramping di sekitar Gunung Kanmuri. Apakah Gunung Kanmuri adalah salah satu tempat tinnggal mereka? Mereka tidak yakin karena Itsukushima bilang dia tidak tahu, tapi untuk sekarang, akan lebih baik untuk tidak mendekat ke Gunung Kanmuri dan hanya melewatinya saja lalu pergi ke timur laut tempat Irot berada dari sana.

 

Kata ‘untuk saat ini’ sangat lah penting. Setelah ada masalah terjadi, maka itu sudah terlambat. Jika seseorang merasa tidak nyaman atau punya firasat buruk, maka kau harus segera memberitahukan itu pada mereka dan mendiskusikannya. Jika memang memungkinkan untuk mengubah rencana, maka mereka harus tanpa ragu melakukannya.

 

Itsukushima bilang ketika dia berpergian sendirian di Dataran Quickwind, dia hampir tidak pernah mengalami hal membahayakan. Itu karena dia memprioritaskan untuk menghindari bahaya dengan bersedia mengubah arah kemana dia akan pergi dan tujuan dia.

 

Namun, tidak akan mudah ketika kau berpergian dengan kelompok yang punya tujuan masing-masing di benak mereka. Kali ini, mereka mencoba pergi ke Pegunungan Kurogane dengan jalur tercepat yang ada. Rencana perjalanan yang dioptimalkan untuk tujuan seperti ini tidak memiliki rencana lain yang bagus, membuatnya sudah jelas sulit bagi mereka agar bertindak jika gagal.

Vicky Sand memutuskan untuk membiarkan Itsukushima menjadi pemimpin ketimbang pemandu. Karena itu, sudah jelas kalau perjalanan ini akan dipimpin oleh Itsukushima dan Pochi si anjing serigala yang bekerja sama untuk menentukkan jalan yang harus dilalui, sedangkan yang lain hanya mengikutinya saja.

 

Butuh waktu 3 hari bagi mereka untuk sampai di sisi utara Gunung Kanmuri. Tidak ada satu pun hari di mana mereka tidak bisa melihat Raksasa Ramping dari kejauhan, tapi Itsukushima mengatur jalur bagi mereka agar terjauh dari Raksasa-raksasa itu. Berkat hal ini, mereka berhasil menghindari ancaman dari Raksasa Ramping.

 

Delegasi pergi ke arah timur laut dari sana. Setelah kisaran 1 setengah hari, mereka mulai bisa melihat banyak bukit dengan pohon-pohon rimbun kecil dan semak-semak belukar. Karena tanah nya tidak rata, mereka tidak bisa melihat dengan leluasa, tapi kelihatannya ada hutan yang membentang dari timur ke timur laut. Menurut Itsukushima, mereka sudah tidak jauh lagi dari    Irot.

 

Tak ada Raksasa Ramping dalam pandangan. Matahari pun akan segera terbenam.

 

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Vicky pada Itsukushima.

 

Setelah penyerangan Raksasa Ramping, Vicky Sand hanya mengendarai kudanya sesekali. Kuda nya digunakan untuk membawa barang-barangnya. Hanya Neal saja yang selalu memandang rendah Haruhiro dan yang lainnya dari atas kuda.

 

“Tidak masalah.” Itsukushima mengangguk.

 

“Ayo kita bangun perapian dan berkemah disini. Besok kita akan sampai di Irot.”

 

“Yoshaaa!”

 

Ranta melompat-lompat kegirangan.

 

“Api Unggun! Serius nih!? Serius, serius!? Aku dah rindu banget sama api! Api adalah keadilan! Tidak, tapi kejahatan! Hidup Skullhell!!!”

 

Haruhiro dan yang lainnya mengumpulkan kayu-kayu di sekitar dan menyalakan api di bawah pohon yang Itsukushima tunjuk. Butuh waktu kisaran 1 jam agar Yume dan Pochi bisa mendapatkan beberapa tikus gemuk dan rubah dengan bentuk mata seperti kacamata. Itsukushima dan Yume menguliti buruannya dengan keterampilan luar biasa, lalu menawarkan sebagiannya pada Eldricht si Serigala Putih dan memasak sisanya. Bumbunya hanya sedikit garam dan rempah-rempah, tetapi mereka bagi makannya secara merata, dan menikmatinya.

 

Setelah menghabiskan makanannya, Vicky Sand mulai merawat ke-5 kuda yang tersisa. Dia membawa sikat kuda dalam perjalanan ini. Dan juga, setiap ada kesempatan, dia akan membersihkan kuda-kuda itu, memanggil nama-namanya, dan menyentuh-nyentuh tubuhnya untuk memastikan tidak ada yang salah. Kelihatannya dia sangat menyukai kuda. Begitupun dengan para kudanya ke Vicky. Para kuda juga sangat menyukai Vicky.

 

“Bukankah kuda itu lucu?”

 

Ketika Kuzaku memanggilnya sambil mendekat, Vicky Sand tersenyum seakan dia lah yang di puji. Alisnya yang menyatu terlalu aneh, dan senyumnya unik. Sejujurnya itu terlihat konyol, tapi dia memancarkan aura kebaikan.

 

“Kau tahu? Kuda itu, tidak seperti manusia, menyukaimu sebanyak kau menyukai mereka. Mereka sungguh mahluk yang lucu.”

 

“Aku mengerti, aku mengerti. Muka mereka lucu, kan? Kayak matanya.”

 

“Mereka punya mata yang tak akan berbohong, kau setuju?”

 

“Oh, aku setuju. Aku merasakannya. Aku tidak akan berani berbohong pada mereka dengan mata seperti itu.”

 

“Aku telah merawat banyak kuda sampai sudah tak bisa kuhitung, beberapa dari mereka kasar, beberapa dari mereka sulit di atur, dan beberapa dari mereka juga kejam. Tapi aku tidak pernah melihat kuda pembohong.”

 

“Sungguh? Kurasa begitu. Jadi kuda itu tidak membohong, ya? Itu bagus untuk diketahui.”

 

“Huh...?”

 

Ranta berjongkok di dekat api sambil tersenyum setengah hati.

 

“Apakah pria itu dibodohi oleh wanita, atau kah seseorang memberinya pengalaman memalukan yang membuatnya tidak mempercayai orang lain? Mana yang bener nih?”

 

“Dia orang gila.”

 

Neal, yang berdiri tidak jauh dari perapian, menyeringai padanya.

 

“Bahkan ada rumor dia pernah nge-seks sama kuda.”

 

Ranta hanya menatap Neil tanpa merespon. Neal mungkin mengira bahwa dia berhasil membuat lelucon, tapi itu terlalu garing.

 

“Apa-apaan itu, dasar bajingan...” Neal mendecakkan lidahnya.

 

Dia mungkin mencoba pergi ke suatu tempat. Namun, pada akhirnya dia berhenti dan duduk di tanah sambil bersandar pada pohon terdekat.

 

“Ah! Hey, hey, Merry-chan, Setora-chan!”

 

Yume menarik tangan Merry dan Setora mendekat padanya sambil mengatakan, “Boleh, kan?”. Ke-3 wanita itu duduk bergandengan tangan di dekat api unggun. Setora terlihat sedikit jengkel, tapi dia tidak menolak, jadi dia pun ikut. Kelihatannya Merry sedang berada dalam mood yang bagus.

 

“Aku akan melihat-lihat ke sekeliling. Kalian tidur lah.”

 

Itsukushima membawa Pochi menjauh dari perapian.

 

Vicky Sand, yang telah merawat kudanya dengan hati-hati serta Kuzaku yang membantunya, kembali ke perapian.

 

“Kuda sungguh lucu. Kayaknya aku akan mulai menyukainya.”

 

“Kau cocok, lho.”

 

Ketika Vicky Sand menepuk punggungnya dan memujinya, Kuzaku terlihat sangat senang.

 

“Wow, apa kau serius?”

 

“Kau akan menjadi pengembala kuda yang baik jika serius berlatih.”

 

“Yah, aku gak mau berlatih dan juga pengembala kuda.”

 

“Pengembala kuda yang baik berarti penunggang yang baik juga.”

 

“Oh, mayan juga tuh.”

 

“Hey...”

 

Ranta kelihatan ingin mengatakan sesuatu, tapi mengangkat bahunya dan berbaring.

 

“Aku akan tidur. Bangunkan aku jika terjadi sesuatu.”

 

“Yang jaga adalah---”

 

Haruhiro mengangkat tangannya sebelum disebut oleh Vicky Sand.

 

“Aku yang akan jaga pertama. Setelah itu, kita akan berganti. Itsukushima-san sedang melihat-lihat sekeliling, jadi kupikir ini baik-baik saja.”

 

“Ok.”

 

Vicky Sand setuju dan menarik 2 selimut dari koper. Dia meletakkan 1 di tanah lalu menumpuk yang lain di atasnya. Setelah masuk ke selimut, dia membalikkan punggungnya, dan menggunakan koper sebagai bantal, kemudian mengarahkan wajahnya ke arah Haruhiro dan yang lainnya.

 

“Selamat Malam.”

 

Ketika Haruhiro dan yang lainnya juga mengucapakan selamat malam, Vicky Sand mengangguk dan menutup matanya. Dia pria yang baik.

 

“Kalau gitu Yume juga bakalan tidur, oke? Maaf, ya, Haru-kun.”

 

Yume, Merry, dan Setora pun berbaring.

 

Kelihatannya Merry menjadi sedikit lebih baik. Haruhiro lega. Mungkin saja kau berpikir bahwa dia hanya berpaling dari masalah utama, dan mungkin ini bukan lah saatnya untuk merasa lega. Kalau gitu, maka apa yang harus dia lakukan tentang Merry? Dan juga bagaimana dengan Shihoru? Haruhiro juga memikirkan itu semua, tapi sejujurnya, dia tidak bisa menemukan solusinya.

Kuzaku menguap dengan keras di sebelah Haruhiro.

 

“Pergi lah tidur.”

 

Ketika Haruhiro menyuruhnya tidur, Kuzaku menjawabnya dengan setengah ngantuk, “Benar”.

 

Neal sedang duduk bersandar pada pohon, tapi postur tubuhnya masih tidak berubah cukup lama, jadi mungkin dia sudah tertidur. Dia adalah Scout, jadi mungkin saja dia bisa tidur tanpa berbaring.

 

“Hey, Haruhiro.”

 

Kuzaku menguap lagi saat mengatakan itu.

 

Haruhiro menatap ke perapian saat Kuzaku memanggilnya.

 

“Kau ingat semuanya, kan?”

 

“Ya, sepertinya begitu...”

 

“Enak, ya...”

 

“Apa?”

 

“Aku hanya bersyukur. Karena, itu bagus.”

                                                       

“Ya.”

 

“Gimana ya, kan kalo Haruhiro ingat tuh lebih baik ketimbang aku yang ingat, kan?”

 

“Mungkin... kau benar.”

 

“Pasti benar. Itu lah sebabnya aku bersyukur.”

 

“Pergi lah tidur.”

 

“Oke, aku akan tidur.”

 

Kuzaku bangun dan mulai berjalan beberapa langkah dari perapian, tapi terjatuh seakan telah kehilangan semua energinya, dan tertidur sambil mengorok.

 

“Tidak mungkin...”

 

Itu mengejutkan, tapi sifat Kuzaku yang sederhana, kekanak-kanakan, dan yang paling bagus, terus terang sangat mendukung Haruhiro. Ada saat-saat ketika dia diselamatkan oleh sifatnya itu.

 

Kalau dipikir-pikir lagi, Haruhiro cenderung lemot dalam menghadapi segala hal dan tidak ingin maju atau berdiri di atas orang lain. Namun, terlepas dari semua itu, dia mampu menjadi pemimpin dengan rasa kepemimpinan karena keinginanya untuk melindungi teman-temannya yang berharga, dan itu berkat Kuzaku.

 

Entah karena alasan apa, Kuzaku benar-benar mempercayai Haruhiro dan mendukungnya. Kuzaku, yang lebih tinggi dari Haruhiro, selalu menghormati Haruhiro. Setiap saat, hanya Kuzaku yang selalu berada di bawahnya. Kepada Kuzaku, dia harus bertindak sebagai seorang senior, pemimpin, saudara tertua, dan superior.

 

“Dasar aneh...”

 

Akhirnya Haruhiro mengalihkan pandangannya dari perapian. Apinya mulai melemah, jadi Haruhiro menaruh beberapa cabang pohon ke sana.

 

Kuzaku mencintai Merry. Haruhiro pernah curiga apakah mereka sudah berhubungan intim. Dia sangat cemburu dan depresi. Ada saat-saat seperti itu dulu.

 

Ketika Kuzaku mengatakan padanya bahwa tak ada hubungan apa-apa di antara mereka, Haruhiro pun langsung merasa lega.

 

Tetap saja, malam di tengah-tengah Dataran Quickwind sungguh berbeda. Pertama-tama, hampir tidak ada angin menerpa. Rasanya tidak terlalu dingin. Juga tidak ada tanda-tanda predator ganas di kegelapan malam. Ada suara serangga-serangga berdengung, tapi itu sangat tenang. Tentu saja, dia harusnya tidak boleh terganggu hanya karena itu. Tapi dia mulai merasa ngantuk.

 

Merry bangun dan mendekati perapian. Dengan lembut dia duduk di samping Haruhiro.

 

“Apa kau bisa tidur?” tanya Haruhiro.

 

Merry mengangguk.

 

“Ya.”

 

“Aku mengerti.”

 

“Kau mau aku menggantikanmu berjaga?”

 

“Ah...”

 

Haruhiro menggosok-gosok dagunya.

 

“Tidak... Aku masih kuat kok.”

 

“Ok.”

 

“Ya.”

 

“Maaf...”

 

“Tentang apa...?”

 

Merry hanya menggelengkan kepalanya dan diam saja.

 

Seseorang menghela nafas. Bukan Haruhiro atau pun Merry.

 

Itu Neal.

 

“Sialan... Apa-apaan ini, sungguh sialan.”

 

Neal berjalan mendekat sambil menggerutu lalu duduk di dekat api unggun.

 

Haruhiro saling bertatapan dengan Merry.

 

Apa-apaan itu, harusnya kita yang ngomong gitu.

 

Neal menghela nafas lagi. Dia mendecakkan lidahnya dan menghela nafas lagi. Dia juga meludah.

 

“Kalian menghalangi.”

 

“Ap—”

 

Haruhiro tidak kehilangan ketenangannya, tapi dia memang kesal. Apa-apaan dengan kepribadian busuknya itu?

 

“Jadi...”

 

Neal menarik rumput dari tanah dan melemparkannya ke udara.

 

“Pergi lah jalan-jalan kemana gitu. Aku akan berjaga. Lagian juga kau butuh waktu istirahat juga.”

 

Kelihatannya dia khawatir padanya. Butuh beberapa waktu bagi Haruhiro untuk memahami itu.

 

Mengapa Neal mengkhawatirkanku? Kekhawatiran macam apa itu? Aku tidak tahu. Tapi pada saat yang sama, dia juga benar.

 

Haruhiro tiba-tiba melihat ke sekeliling. Dia sedikit terkejut saat melihat Ranta sudah setengah bangun.

 

Ranta diam-diam menunjuk ke samping dengan dagunya.

 

Seperti mengatakan, ‘pergi lah’.

 

Haruhiro ingin mengatakan ‘padahal kau hanya Ranta’, tapi urung melakukannya.

 

“Yah, aku akan kembali tidak lama.”

 

Saat Haruhiro berdiri, Merry pun berdiri.

 

Dia tak punya ide ke mana dia harus pergi, jadi dia pergi saja ke tempat kuda-kuda berada. Berkat Vicky, kuda-kuda itu jadi jinak.

 

Dia tak bisa menahan keinginan untuk melihat Merry.

 

“Tenang saja.”

 

Merry tertawa sambil membelai-belai leher kuda.

“Sekarang aku adalah Merry.”

 

Haruhiro tidak pernah berpikir bahwa Merry yang saat ini bukan lah Merry yang dia kenal. Tapi dia merasa salah jika mengatakan bahwa dia tidak curiga sama sekali.

 

“Aku tahu.”

 

Haruhiro juga membelai-belai leher kuda.

 

“Gimana ya, entah kenapa, kupikir aku mengerti apa maksudmu.”

 

Merry batuk kecil sambil bilang, “Jadi begitu.”

 

Apa yang dia maksud ‘Jadi begitu’? Haruhiro tidak terlalu mengerti. Meskipun dia baru saja mengatakan dia mengerti, sejujurnya dia sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.

 

Haruhiro mendongak ke langit malam.

 

“Bulannya sungguh terang hari ini...”

 

Merry juga mendongak ke atas. Muka Merry terlihat jelas di bawah sinar bulan. Dia menyipitkan matanya sedikit.

 

“Benar.”

 

Haruhiro tersadar kalau dia sudah terlalu lama menatap Merry.

 

Haruhiro pun jadi panik saat Merry mengalihkan pandangannya ke arahnya.

 

“Gimana kalo kita jalan-jalan?”

 

Saat Haruhiro mengatakan itu dengan cara yang aneh, dia jadi malu sendiri.

 

Merry tersenyum tipis, meskipun mungkin saja dia tidak berniat untuk melakukan itu.

 

“Oke.”

 

“Cuacanya gelap, jadi awasi langkah kakimu.”

 

Kata-kata itu keluar begitu saja.

 

Merry mengangguk, lalu dia menunduk untuk sesaat.

 

Mungkin dia menunduk untuk mememeriksa apakah dia bisa melihat pijakan tanah. Tak peduli seterang apa bulan merah di langit, atau pun seberapa banyaknya bintang-bintang yang bersinar di atas sana, malam di Dataran Quickwind tetap lah sangat pekat. Merry melangkah maju, tapi kelihatannya dia menginjak batu atau apa pun itu dan kehilangan keseimbangannya meskipun hanya sedikit.

 

Dengan cepat Haruhiro memegang tangannya dan membantunya.

 

“Terima kasih.” Suara Merry sangat dekat dengannya. “Genggam lah tanganku.”

 

Haruhiro tak menyangka Merry akan mengatakan itu. Tanpa merespon balasan Merry, Haruhiro menggenggam tangannya. Dia tak pernah menyangka akan bisa melakukan ini.

 

Merry menunduk dan mengangguk. Dia pun balik genggam tangan Haruhiro.

 

Mereka berdua berjalan berdampingan sambil bergandengan tangan di kegelapan malam. Haruhiro tidak bisa menentukan arah dengan melihat bintang-bintang seperti Itsukushima dan Yume, tapi dia bisa melihat api unggun dari kejauhan, jadi dia tak perlu khawatir tersesat.

 

Ada bukit kecil yang memiliki jalur yang mudah untuk didaki. Ada juga pohon di atas bukit tersebut. Haruhiro menarik tangan Merry naik ke bukit itu. Seperti yang telah dia duga, dia bisa mendakinya tanpa kesulitan. Puncak bukit itu sedikit berangin.

 

“Apa kamu kedinginan?” tanya Haruhiro

 

Merry menggelengkan kepalanya.

 

“Aku mengerti.”

 

Pada saat-saat seperti ini, dia merasa malu pada dirinya sendiri karena buruk dalam pembicaraan. Dia berharap bisa seperti Ranta, yang bisa mengoceh berjam-jam tanpa kesulitan.

 

“Di dalam diriku...”

 

Pada akhirnya, Haruhiro tetap diam sampai Merry berbicara.

 

“Di dalam... Merry?”

 

“Bukan aku, ada orang lain.... sesuatu yang lain. Kamu sudah tahu itu, kan?”

 

Haruhiro menggenggam tangan Merry erat-erat dengan pelan.

 

“Ya.”

 

“Mereka...”

 

Merry mulai menjelaskan padanya sesuatu.

 

“Bukannya mereka selalu memaksa berganti denganku... Aku gak tahu gimana jelasinnya. Ada sesuatu yang bukan aku, tapi tidak sepenuhnya sesuatu yang lain juga. Aku merasakannya. Mereka selalu ada di sana. Mungkin mereka sedang mengawasiku, atau mungkin mencoba bertingkah tidak melakukan itu padahal sedang mereka lakukan. Terkadang aku berpikir kalau mereka itu berniat membantuku. Tapi mungkin juga tidak. Ada beberapa orang di dalam—”

 

“Kau tidak sendirian, kan...?”

 

“Ya.”

 

Merry mengangguk.

“Ada banyak orang. Mungkin mereka itu terpisah awalnya.”

 

“Jessie adalah salah satunya...?”

 

“Ya.”

 

‘Dia tidak ada disini.’

 

Itu bukan Merry. Sesuatu dalam Merry lah yang mengatakan itu.

 

“Benar.”

 

Merry mengangguk.

 

“Ingatan Jessie telah hancur.”

 

“Ketika kita berhasil kembali ke Grimgar, Master Menara Terlarang memberi kita semacam pil atau apa lah itu. Siapa yang terkena obatnya saat itu? Merry atau Jessie?”

 

“Aku lari. Aku lari ke dalam diriku sendiri, dan membiarkan orang lain menggantikanku. Aku tak mau keluar.”

 

“Jadi itu lah sebabnya kau tidak terlalu ingat tentang kejadian di Parano, ya?”

 

“Yang kurasakan hanya lah perasaan samar saja dari tempat itu.”

 

“Jessie sudah mati kah...”

 

Ada lebih dari 1 orang dalam diri Merry yang bukan Merry. Haruhiro pernah melihat sesuatu seperti hal milik Jessie pada Merry. Jessie juga tidak sendirian. Ada beberapa orang di dalam Jessie dari awal. Dan mereka di transfer pada Merry.

 

Dengan kata lain, titik awal yang berasal dari seseorang atau sesuatu, sebut saja si A, memasuki si B. Pada titik itu, si A berada dalam diri si B.

 

Selanjutnya, si B masuk ke si C. Kemudian si A dan B juga jadi berada dalam si C.

 

Haruhiro bertanya-tanya apakah dia bisa menanyakan hal yang mengganjal di benaknya pada Merry. Setelah ragu-ragu sejenak, Haruhiro pun bertanya pada Merry.

 

“Apa kau tahu berapa banyak orang yang ada dalam dirimu?”

 

Merry tidak langsung menjawab. Yang ada dia malah bertanya.

 

“Bisakah aku duduk?”

 

“Tentu saja.”

 

Haruhiro menemukan batu kering yang cocok lalu dia dan Merry pun duduk di atasnya. Dia sama sekali tak punya keinginan untuk melepaskan tangan Merry. Saat mereka mulai duduk sambil bergandengan tangan, bahu mereka pun jadi saling bersentuhan.

“Aku ingat dengan jelas wanita itu. Seorang Tentara Sukarelawan. Dia punya pacar. Teman-temannya... semuanya mati. Hanya dia yang bertahan. Dia sekarat... lalu dia pun berhenti bernafas. Namanya Ageha.”

 

“Itu, uh, orang sebelum Jessie?”

 

“Aku pun berpikir begitu. Selanjutnya... seorang pengguna sihir, Mage. Dia juga seorang Tentara Sukarelawan. Yasuma. Ada Wizard di Guild Mage bernama Sarai, dan dia adalah muridnya. Kalau tidak salah, yang mengajarkan Shihoru sihir juga Wizard Sarai.”

 

“...Jadi, dia sudah setua itu, ya.”

 

“Sarai mengambil pekerjaan di guild saat masih muda dan menjadi pemimpin para Mage. Seingatku Yasuma belajar padanya kisaran 20-30 tahun yang lalu.”

 

Lalu, ada seorang pria dari Desa Tersembunyi. Namanya Itsunaga. Dia dan ibunya diusir dari desa ketika dia masih kecil setelah keluarganya melanggar peraturan. Kemudian, ibunya pun mati dan dia ditinggal sendiri. Dia punya dendam besar kepada orang-orang dari desanya dan telah berkeliaran tak menentu untuk waktu yang lama sambil menjaga sumpah balas dendamnya di hati.

 

Dia berhasil bertahan hidup dengan bekerja sebagai Thief dan pembunuh, tapi sudah merupakan nasib mereka yang menggunakan pedang akan dibunuh oleh pedang itu sendiri. Dia menjadi sasaran pembunuhan setelah dia membunuh pemimpin kelompok bandit. Dia melarikan diri, dan ketika dia melakukan itu, dia terlibat dalam perkelahian dan terluka parah. Saat dia terbaring sekarat, seorang Orc muncul di hadapannya.

 

Diha Gatt.

 

Orc itu lah yang membuat Itsunaga hidup kembali.

 

“Aku tidak terlalu tahu banyak tentang Diha Gatt. Karena dia jarang muncul. Namun kelihatannya dia sudah berpetualang ke banyak tempat.”

 

Haruhiro menghitung dengan jarinya.

 

Merry.

 

Jessie.

 

Ageha.

 

Yasuma.

 

Itsunaga.

 

Diha Gatt.

 

“Hanya itu?”

 

Yang ada di pikiran Haruhiro hanya lah pertanyaan, siapa dia? Di depan Menara Terlarang, dia mengatakan pada Haruhiro dan yang lainnya untuk merawat Merry.

Ini bukan salahnya. Ini bukan pilihannya. Dia juga mengatakan ini, Aku pun tidak memilihnya.

 

Normalnya, harusnya dia itu Jessie. Jessie lah yang membangkitkan Merry. Tapi Jessie sudah tidak ada. Jika itu masalahnya, maka siapa dia?

 

Entah kenapa, dari cara dia bertindak, Haruhiro tidak berpikir dia adalah wanita. Mungkin bukan Ageha. Jadi mungkin saja itu Wizard Yasuma. Atau kah si Itsunaga dari Desa Tersembunyi? Atau si orc Diha Gatt?

 

“Tidak...”

 

Merry terdiam sejenak.

 

“Itu masih belum semuanya.”

 

“Masih ada lagi?”

 

“...Kupikir begitu.”

 

Merry mengangguk, tubuhnya menegang. Kelihatannya dia tertekan. Dia mengatupkan giginya dan bernafas melalui hidung. Haruhiro ingin melakukan sesuatu untuk membantunya. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Haruhiro mengenggam tangan kiri Merry dengan tangan kanannya. Setelah itu, dia juga meletakkan tangan kirinya. Kemudian dia lepaskan tangan kanannya. Dengan gugup, Haruhiro meletakkan telapak tangan kanannya di punggung atau lebih tepatnya pinggang Merry. Haruhiro curiga bahwa dia mungkin melakukan ini bukan hanya demi membantu Merry. Dia tidak bisa menyangkalnya. Namun, Merry membuka mulutnya dan menghela nafas. Dia terlihat seolah-olah tubuhnya jadi sedikit rileks.

 

“Tikus...” kata Merry.

 

“Tikus?”

 

“Ya, tapi... aku tidak terlalu tahu tentangnya. Mungkin saja dia... adalah semacam ras Tikus atau semacamnya. Di dalam Tikus... ada dia.”

 

“Dia?”

 

“Dia adalah...”

 

“Siapa dia?”

 

Nafas Merry semakin cepat. Haruhiro menggosok-gosok punggung Merry.

 

“Kau tidak perlu memaksakan dirimu.”

 

“Kau... tidak boleh... pergi... lebih jauh... dari situ.”

 

“Apa?”

 

“Jangan lihat... Jangan bertanya... Lebih sedikit kau tahu... lebih baik. Kau... tidak boleh tau. Sesuatu... mencoba mencegahku melakukan—” kata Merry.

Jangan pergi lebih jauh dari situ.

 

Merry mengulangi perkataan itu lagi dan lagi.

 

“Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ Jangan pergi lebih jauh dari situ—”

 

Kecepatan Merry mengulangi perkataannya semakin meningkat. Dia penasaran kenapa lidahnya tidak tergigit. Aneh. Tentu saja, ini bukan saatnya untuk mengatasi penasarannya itu.

 

“Berhenti, Merry! Sudah cukup! Ayolah, kau lupakan saja perkataanku tadi. Kurasa kau tidak harus memikirnya terlalu serius. Merry! Merry!”

 

“Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak...!”

 

Merry menggeleng-gelengkan kepala dan rambutnya. Haruhiro merasa takut. Itu bukan lah perasaan takut akan hal yang tidak dia ketahui. Dia tidak tahu apa yang Merry katakan, apa yang coba dia katakan, atau pun siapa ‘dia’. Semua hal tersebut adalah sesuatu yang tidak jelas. Tapi ketakutan yang Haruhiro rasakan adalah hal yang dia ketahui dengan jelas. Jika Merry terus seperti ini, maka Merry mungkin akan berubah seperti saat itu. Itu lah yang Haruhiro takutkan. Dengan kata lain, Merry mungkin tidak akan bisa menjaga egonya. Karena itu, Merry akan tenggelam, dan ‘sesuatu’ yang lain menggantikannya.

 

“Merry!”

 

Haruhiro mencengkram ke-2 bahu Merry dengan kuat dan membuat tubuhnya agar saling berhadapan. Mungkin saja Haruhiro melakukan itu karena refleks, Merry kelihatan menunjukkan perlawanan. Tapi Haruhiro tetap tidak melepaskannya.

 

“Merry! Lihat lah aku! Merry! Merry! Merry!”

 

“Haru...”

 

“Benar. Aku Haruhiro. Kau mengenalku, Merry. Lihat lah aku.”

 

Dia mengangguk beberapa kali dengan dagunya yang bergetar.

 

“Tarik nafas... lepaskan. Pelan-pelan saja. Ya, itu benar. Tarik nafas... lepaskan.”

 

Merry melakukan apa yang Haruhiro suruh. Saat dia melakukan itu, dia jadi terlihat semakin tenang.

 

“Jika saja egoku lebih kuat, maka hal seperti ini tak akan terjadi... Jadi, mungkin semuanya tergantung padaku.”

 

“Kau salah.” Haruhiro segera membantah.

 

Merry berkedip 2 atau 3 kali.

 

“Apa...?”

“Kau salah, Merry. Kau memiliki kami. Kau juga memiliki aku di sini.”

 

“Haru... di sini.”

 

“Kau benar. Ini tidak tergantung padamu saja. Aku gak akan biarin kamu mengemban beban sendirian. Aku bukan lah orang yang sama seperti ketika aku mengajakmu bergabung ke Party. Kupikir aku telah banyak berubah, meskipun aku masih tidak terlalu bisa di andalkan.”

 

“Aku gak pernah mikir kamu gak bisa di andalkan.”

 

“Kalau begitu kau bisa lebih banyak mengandalkanku. Aku ingin kau lebih mengandalkanku. Hey, Merry...”

 

“Ya?”

 

“Aku harus meminta maaf padamu. Karena membiarkanmu mati, dan membangkitkanmu kembali. Hanya karena keegoisanku sendiri.”

 

“Itu... tapi...”

 

“Dengarkan aku.”

 

“Ya.”

 

“Namun, aku tetap tidak menyesali keputusanku saat itu. Aku ingin Merry hidup, tak peduli dengan cara apa pun itu. Aku tak bisa menahan perih ketika memikirkan tidak bisa melihatmu lagi. Aku ingin tetap bersamamu. Aku tahu, kalau perpisahan pasti akan datang. Bahkan hal yang paling berharga pun akan hilang pada akhirnya.”

 

“Aku tahu. Kita... semua sadar akan hal itu.”

 

“Ya. Tapi kau tahu? Aku ingin tetap bersamamu selama mungkin, bahkan jika hanya semenit atau pun sedetik. Akan kulakukan apa pun untuk bisa mempertahankan itu. Itu lah seberapa pentingnya kamu bagiku.”

 

Haruhiro bertanya-tanya mengapa dia mengatakan semua itu langsung di depan Merry.

 

“Karena aku mencintaimu, Merry.”

 

Setelah mengatakan itu, Haruhiro terkejut. Namun, terlepas dari keterkejutannya, dia tidak menyesal.

 

Yah, lagian juga itu emang bener, jadi gak perlu menyesal.

 

Perasaan Haruhiro kepada Merry sudah terlalu jelas kelihatan. Jika saja Merry lumayan peka, maka dia pasti akan mengerti perasaan Haruhiro tanpa repot-repot diberitahu.

 

Haruhiro punya perasaan ke Merry dari dulu. Haruhiro tidak tahu apakah parasnya kah yang membuat dia tertarik, atau kah kebaikannya yang tersembunyi di balik kata-kata tajamnya dan tindakan dinginnya, atau pun kesungguhan dan ketulusannya yang membuat Haruhiro tertarik. Intinya, semakin banyak Merry melakukan hal-hal itu, semakin besar pula Merry jadi bagian besar dalam kehidupan Haruhiro.

 

Bahkan ketika Mimori dan Setora jelas-jelas menunjukkan sebetapa cintanya mereka pada Haruhiro, Hati Haruhiro tidak pernah goyah pada mereka. Bahkan tidak sedikit pun. Dia menyukai Mimori dan Setora sebagai teman. Namun, tidak sebagai kekasih. Haruhiro mencintai Merry. Dia mencintainya dengan segenap hati. Jadi tidak mungkin dia bisa jatuh cinta pada orang lain ketika cintanya pada Merry sebesar ini.

 

“Aku sungguh mencintaimu. Semua mengenaimu aku suka. Aku tidak berpikir perasaan ini akan berubah. Lebih tepatnya, ini tidak akan pernah berubah.”

 

“Haru.”

 

Merry menutup matanya. Air mata keluar dari kedua matanya. Haruhiro menduga bahwa dia mencoba untuk tidak menangis, tapi gagal.

 

“Aku juga mencintaimu, Haru.”

 

“Satu kali lagi...”

 

Haruhiro memeluk Merry.

 

“Aku tidak akan melepaskanmu...”

 

Merry bukan lah wanita yang kecil. Tapi ketika Haruhiro memeluknya seperti ini, dia begitu pas di dekapannya. Tubuhnya sangat lah lembut. Semua itu terasa seimbang, sehingga membuatnya merasa nyaman. Saat Haruhiro memeluknya erat-erat, Merry menghela nafas di telinganya. Merry memeluk Haruhiro kembali. Kemudian dia menggosok-gosokkan wajahnya ke pipi Haruhiro seperti kucing. Haruhiro merasa terpenuhi. Dia merasa sangat puas. Namun dia juga merasa frustasi. Mereka sedang berpelukan, tapi mereka tidak bisa terus seperti ini. Saat keduanya mundur sedikit, pipi mereka saling bersentuhan.

 

Pipi Merry basah oleh air matanya.

 

Jika aku menggerakkan wajahku sedikit, maka sesuatu akan terjadi.

 

Tapi aku tidak boleh lakukan itu.

 

Meskipun dia berpikir seperti itu, dia malah melakukannya.

 

Ketika dia menggerakkan wajahnya sedikit, bibirnya merasakan sesuatu yang sangat lembut samar-samar.

 

Dia berpikir untuk mundur.

 

Tapi dia ragu.

 

Haruhiro sendiri tidak tahu bagaiamana dia bisa mengenyahkan keragu-raguannya itu.

 

Dia menempatkan bibirnya ke bibir Merry.

Apa sensasi yang kurasakan ini ketika berciuman dari mulut ke mulut dengannya? Aku penasaran.

 

Aku mencintai Merry.

 

Aku sangat mencintainya sampai-sampai hatiku terasa mau meledak, dan tubuhku hancur.

 

Satu-satunya orang yang bisa menyatukan hatiku dan tubuhku yang hancur mungkin hanya Merry.

 

Karena aku sangat mencintainya.

 

Merry menarik mukanya menjauh, jadi bibir mereka pun terlepas. Namun, itu hanya berlangsung sesaat. Merry dengan cepat mencium bibirnya lagi.

 

Haruhiro tidak tahu bagaimana dan kapan bibir mereka akhirnya terlepas. Dia tidak bisa mengingatnya.

 

Namun, mereka masih saling berpelukan. Mereka sudah berpelukan cukup lama, jadi mereka telah terbiasa. Keduanya pun bisa saling berpelukan dengan baik sambil menjaga jarak sedekat mungkin dari satu sama lain.

 

“Aku menyukainya.” Kata Merry.

 

Seperti mimpi saja. Tapi aku tahu kalau ini bukan lah mimpi.

 

“Haru. Aku menyukaimu. Jangan pernah lepaskan aku.”

Komentar