Bab 8: Kesenjangan Dapat Terbentuk di Mana Saja

Pintu keluar Halaman Dalam Ruang berada di lantai dua, bukan pertama. Tidak ada tangga yang bisa dilihat di mana pun, jadi semua orang naik ke lantai dua melalui lubang tempat balkon runtuh lantai dua. Namun ada satu pengecualian.

 

Anna-san membuat keributan karena dia tidak mau memanjat sendiri, jadi Tada menggendongnya di punggung. Tada bisa saja membiarkannya, tapi bukankah dia terlalu sering membiarkan Anna-san melakukan apa pun semaunya? Dia terlalu memanjakannya, kan? Namun kelihatannya itu adalah kebijakan Tokkis, jadi bukan lah tempat bagi Haruhiro untuk ikut campur tentang hal tersebut. Tetapi bahkan setelah mereka semua berhasil naik ke lantai dua dan berkumpul di depan pintu ke area berikutnya, Anna-san masih saja bertengger di punggung Tada. Apakah itu baik-baik saja?

 

"Apa?" kata Tada dengan nada mengancam, sementara Anna-san menatap Haruhiro dengan tatapan ejekan dari punggung Tada, kelihatannya dia menikmati posisinya yang tinggi.

 

"Eh, tidak, bukan apa-apa."

 

“Parupiro!” Si Dark Knight bertopeng melangkah maju, lalu meletakkan tangannya di lekukan pintu. “Biarkan aku yang melakukan ini! Ups! Aku sudah melakukannya! Gah ha ha ha! Oh?!"

 

Pintu terbuka dengan bagian-bagiannya yang terlipat ke sisi dinding.

 

“Kelihatannya Shinohara-kun dan Renji-dono sudah membuka pintu mereka sendiri,” kata Kimura, lalu kacamatanya pun berkelip. “Kalau begitu, kupikir aku telah mengetahui seperti apa kemampuan kalian ini... Tapi! Semua ini hanyalah pembuka untuk apa yang akan datang. Ujian sebenarnya dari Makam adalah Ruang Makam. Bukan lah hal yang berlebihan untuk mengatakan bahwa kita baru saja memulai ini. Bahkan kami Orion pun hanya berhasil melewati Koridor ini, Ruang Depan, dan hanya Ruang Tengah Ruang Makam. Aku ingin agar kalian semua bersiap terhadap pertempuran sebenarnya yang akan terjadi di sana.”

 

 “Apa koridornya berbentuk seperti ini…?” kata Haruhiro sambil membuat bentuk persegi dengan jarinya. "Pintu yang kami buka dan pintu yang dibuka Shinohara dan yang lain terpisah satu sama lain dengan saling berhadapan dari pintu kami saat ini."

 

"Benar. Pintu ke Ruang Depan kira-kira berada di titik tengah koridor.”

 

"Pertempuran sebenarnya, ya?" Tada menekan bingkai kacamatanya dengan jari telunjuk kiri. "Gak buruk juga. Anna-san, turunlah.”

 

“Aww …” Anna-san dengan enggan turun dari punggung Tada dengan ekspresi wajah yang bisa kau sebut kecewa. “Why aku harus berjalan pakai kakiku sendiri, yeah? Itu gak adil, yeah!"

 

Dan memangnya apa kau pikir Tada punya alasan untuk terus menggendongmu? adalah apa yang Haruhiro pikirkan dengan jujur, tapi dia tidak mengatakannya.

 

“Oke, kalau begitu...” Haruhiro mencoba untuk bergerak maju menyusuri koridor, tapi Tokimune menghentikannya.

 

“Tunggu, Haruhiro.”

 

“Eh, apa?”

 

Koridor itu setinggi tiga meter dan lebar tiga meter, terlihat hampir sama dengan koridor lain yang mereka temui sejauh ini. Tidak ada cahaya di dalamnya. Meskipun ada cahaya yang bersinar terang dari Halaman Dalam Ruang, tapi cahayanya tidak bisa menembus jauh kegelapan Koridor ini.

 

Ada suatu suara. Haruhiro coba mendengarkan dengan seksama. Suara apa itu?

 

Suaranya semakin dekat, kan?

 

Terdengar seperti tap, tap, tap.

 

Langkah kaki?

 

"Mereka datang," kata Tada, lalu melangkah maju dengan palu perang di bahu.

 

 “...Kenapa kamu jadi priest, Tada-san?”

 

"Hah?" jawab Tada tanpa menengok ke belakang. “Bukannya sudah jelas? Supaya aku bisa menyembuhkan diriku sendiri jika terluka.”

 

"Oh, benar juga, ya." Haruhiro menyesal karena sudah bertanya.

 

Suara itu semakin dekat dan dekat. Tada berlari ke depan.

 

“Murgh?!” Kacamata Kimura berkilat. "Musuh-musuh ini...!"

 

“Grahhh!” teriak Tada saat dia mengayunkan palunya dengan tajam ke bawah. Tepat sebelum dia bisa menghantamkannya, Haruhiro bisa melihat musuhnya samar-samar.

 

Mereka terlihat cukup menyeramkan, penampilan mereka mirip sepasang kaki putih kurus yang bisa berjalan. Oke, sebenarnya bukan hanya kakinya, tapi lebih seperti bagian bawah tubuh seseorang, seperti itulah penampilan mereka.

 

“Mati—” Teriakan Tada disela oleh suara ledakan, karena saat palu perangnya menghantam sepasang kaki putih itu, mahluk tersebut meledak.

 

“O Cahaya, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamuuuuu!” Kimura menggambar tanda heksagram di dahinya. Tada, yang terhempas oleh ledakan, setidaknya bisa bereaksi tepat waktu untuk menutupi wajahnya dengan lengan kiri. Tapi bagian depan tubuhnya teriris-iris dan robek-robek, yang mana meninggalkan dia dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Kimura mengarahkan telapak tangannya ke rekan sesama priest dia yang sedang terkapar.

 

"Sakramen!"

 

Cahaya yang sangat terang pun memancar keluar, dan langsung menyembuhkan luka-luka Tada dalam sekejap.

 

“Tada!” Tokimune tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali! Diledakkan seperti itu tepat setelah kau mengatakan bisa menyembuhkan lukamu sendiri!”

 

“Kau hampir masuk surga, yeah!” Anna-san mencengkeram sisi tubuhnya saat dia tertawa terbahak-bahak. Tunggu, kenapa mereka malah menertawakan hal ini?

"Diam lah!" Tada melompat berdiri dan menyiapkan palu perangnya. “Apa-apaan itu?! Yang tadi itu hanya sakit sedikit!"

 

Oh bung, setelah menerima serangan seperti itu, dia bilang itu hanya sakit sedikit? Pria ini gila. Jika Sakramen Kimura telat sedikit, Tada bisa saja mati instan. Dan juga, mengingat Anna-san adalah seorang priest, dia harusnya tidak berada dalam posisi untuk menertawakannya.

 

"Specter," ucap Kimura. “Keahlian spesial mereka adalah meledakkan diri. Sebenarnya, hanya itu yang bisa mereka lakukan, tapi mereka musuh yang berbahaya.”

 

“Jadi kita gak bisa bertarung dekat dengan mereka?!” teriak Kuzaku.

 

“Nyaaaa!” Yume berlutut dan menembakkan salah satu panah ke koridor. Kemudian diikuti dengan yang lain, dan yang lain.

 

Ada dua, lalu tiga ledakan berturut-turut. Apakah panah-panah Yume lah yang menyebabkan para Specter itu meledak? Tapi koridornya gelap, jadi dia tidak bisa melihat mereka. Yume hanya menembak secara acak dan berharap tembakan dia akan mengenai mereka.

 

Specter-specter yang tidak terkena panah melaju ke arah mereka.

 

"O Kegelapan, O Lord of Vice...!" Si Dark Knight bertopeng melepaskan semacam miasma tak enak dilihat dari ujung katananya. "Dread Wave!"

 

Para Specter yang terkena oleh miasma dari Ranta meledak.

 

"Nya, nya, nya, nya, nya, nya, nya...!" Yume mengikutinya dengan melepaskan lagi panah lebih dari sepuluh, dan kisaran empat atau lima dari panahnya mengenai Specter yang menyebabkan mereka pun langsung meledak. Setelah itu tidak ada lagi yang mendekat.

 

“Heh! Sudah kelar nih!?” Sambil menggenggam katana kesayangannya, Ranta melangkah maju dengan penuh kemenangan, dia bertindak seolah-olah dia lah yang bertanggung jawab atas hasil ini, tapi kemudian, "Wuhh?!" dia hampir terjatuh ke depan.

 

“Shadow!” Setora menusukkan tombaknya ke kaki Ranta. Salah satu ular hitam datar yang disebut Shadow terlihat sedang meliliti kaki Ranta.

 

"A-Aku gak butuh bantuanmu!"

 

“Napa coba kau gak tinggal bersyukur aja? Huh?!" Kuzaku berbalik. Kelihatannya ada Shadow yang melilitinya juga. "A-aku gak bisa bergerak...!"

 

"Lakukan lah sesuatu sendiri!" bentak Setora.

 

“Kenapa kamu kasar aja padaku, Setora-san...?!”

 

“Wa ha ha!” Ranta menebas Shadow-shadow yang meliliti kedua kaki Kuzaku. “Dia membencimu! Peka lah dikit, tolol!”

 

"Apa!?" Kuzaku mengayunkan katana besarnya ke atas, dan sejumlah Shadow pun jatuh dari langit-langit.

 

"Wow!" Kikkawa mengarahkan lenteranya ke tanah. Ada banyak Shadow yang merayap tanpa suara di lantai. Tidak, bukan hanya di lantai, di dinding juga. Kuzaku baru saja menebas banyak dari mereka, tapi ada juga Shadow yang bergegas ke arah mereka dari langit-langit.

 

"Serangan abis-abisan, ya?!" Tokimune memutar pedang panjangnya, dan membelah para Shadow di tanah seperti mesin pemotong rumput, lalu menghancurkan beberapa yang ada di dinding dengan perisai. “Ada Specter juga, lho!!”

 

Dia benar. Haruhiro bisa mendengar suara langkah mereka.

 

Yume tidak membuang waktu untuk melepaskan panah lainnya, yang menyebabkan beberapa dari mereka langsung meledak.

 

“Haru-kun! Yume dah hampir kehabisan panah!”

 

"Mengerti!" jawab Haruhiro, tapi memanganya apa yang bisa dia lakukan tentang itu?

 

"Aku punya ide." Tokimune mulai bertindak dengan penuh semangat.

 

Para Specter pun berdatangan lagi.

 

"Nyaaa!" Yume coba menembakkan panah lagi, tapi Tokimune menghalanginya dengan berdiri di depan Yume. Namun, mustahil pria seperti Tokimune tidak sadar bahwa dia sedang menghalangi jarak tembak Yume. Pasti dia sengaja berdiri di depannya. Jangan tembak, akan kuatasi yang satu ini, beritahunya.

 

“Apa kalian sadar?! Ada jeda sebelum para Specter meledakkan diri!” Tokimune melompat ke udara sambil menebas salah satu Specter dengan pedang. Dia juga menghantamnya dengan perisai pada saat yang hampir bersamaan. Kemudian dengan cepat melompat mundur agar bisa menjauh dari Specter itu.

 

Akibatnya, ketika si Specter meledakkan diri, Tokimune sudah menjaga jaraknya agar bisa terhindar dari ledakan.

 

"Yap." Tokimune berbalik ke arah mereka dengan kilatan putih di giginya. “Begitulah cara melakukannya. Apa kalian mengerti? ”

 

“Tentu... tapi bukan berarti kami semua bisa melakukan itu,” jawab Haruhiro.

 

"Begitukah? Padahal sangat mudah dilakukan lho. ”

 

Mungkin bagi Tokimune sih mudah, tapi tidak bagi orang lain.

 

“Itu layak dicoba.” Mimorin bergegas maju ke depan.

 

"Hah?"

 

Mengapa Mimorin? Para Shadow pun mulai menyerangnya dengan mencoba meliliti kakinya dan menghentikan dia agar bisa dia berlari ke depan.

“Mimoriin?!” teriak Anna-san. “Gooo! Yeah?!"

 

Mengapa mereka tidak menghentikannya? Tokkis sungguh tidak bisa dimengerti.

 

Haruhiro bisa saja menghentikannya sendiri, tapi dia sudah sepenuhnya kehilangan kesempatan agar bisa melakukan itu. Mimorin sudah berlari melewati Tokimune, dan salah satu Specter pun mulai melaju ke arahnya.

 

Dia datang. Aku beritahu kau, itu berbahaya!

 

Mimorin memang sangat lah luar biasa dengan kategorinya sendiri, tapi dia berada dalam kategori yang berbeda dari Tokimune. Benar-benar berbeda. Jelas sekali bahwa dia tidak bisa melakukan trik yang sama seperti yang dilakukan Tokimune.

 

“Marc!”

 

Saat Mimorin berlari, dia menggambar semacam lambang elemen dengan ujung pedangnya.

 

“Em Parc!”

 

Magic Missile terbang melaju ke si Specter dan langsung melenyapkannya. Tidak, Magic Missile tidak memiliki kekuatan sebesar itu. Si Specter lenyap pasti karena meledakkan diri.

 

"Ohh, benar juga... dia itu seorang Mage, ya." Haruhiro benar-benar lupa.

 

"Kau benar-benar kreatif!" kata Tokimune sambil tertawa santai.

 

Ya kau benar. Eh, gak juga, kan?

 

“Marc em Parc!” Mimorin memutarkan tubuhnya sambil menggambar lambang elemen dengan ujung pedangnya, lalu menembakkan Magic Missile lainnya.

 

“Marc em Parc!”

 

Ledakan, ledakan, dan ledakan lagi. Haruhiro tidak bisa melihat Specter yang sedang berlarian di koridor yang gelap ini, tapi mungkinkah Mimorin berbeda dan dia bisa melihatnya?

 

“Marc em Parc!”

 

Atau kah dia hanya menembak secara membabi buta? Apa pun itu, ada Specter lain yang baru saja meledakan diri lagi karenanya.

 

“Marc em Parc!”

 

Dan dia pun terus lanjut. Tapi tetap saja, mengapa Mimorin harus memutarkan tubuhnya setiap kali dia akan menembakkan Magic Missile? Padahal terlihat tidak ada gunanya.

 

“Marc em Parc!”

 

Apakah Haruhiro terlalu konyol karena memikirkan hal-hal kecil seperti itu? Mungkin saja benar.

 

“Marc em Parc!”

 

“Aww, yeah!” Kikkawa mulai menari-nari. “Ledakan bunuh diri mereka bermekaran seperti bunga! Kekuatan bunga! Yeah, Mimorin-san, yeah, yeah!”

 

“Tokkis hanya terlalu keren,” ucap Tokimune sambil mengangkat bahu dan menebas-nebas lebih banyak Shadow. “Jadi kita harus menjaga kekerenan kita dengan cermat!”

 

Kebetulan, Party Haruhiro sedang sibuk mengatasi para Shadow yang datang ke arah mereka baik dari lantai maupun dari dinding. Mereka tidak punya waktu untuk melakukan tarian seperti Kikkawa. Yang mana, tunggu dulu, mengapa dia harus menari-nari di saat-saat seperti ini?

 

“Ugh…!” Entah karena apa, Inui terlilit oleh para Shadow, dan sama tidak bisa bergerak. Bukankah semua Tokkis harusnya keren? Apakah Inui bahkan ada gunanya di sini?

 

“Hmm...” Kacamata Kimura berkilat, lalu menyeringai. "Nyaman sekaliiiii."

 

Dan pria ini bahkan lebih tidak bisa dimengerti ketimbang Tokkis.

 

“Tada!” Apa yang Anna-san, yang sedang berlari menghindari para Shadow, rencanakan?

 

"Kesini lah, Anna-san!" Tada menyambut baik dirinya. Menyambutnya? Buat apa dia berjongkok kalau begitu? "Kita akan bersatu!"

 

"Yeah...!" Anna-san melompat ke atas Tada.

 

Dia naik di bahunya.

 

Power Up! Yeah!"

 

“Seratus kali lipat! Hoorah!”

 

Dengan Anna-san di pundaknya, Tada mengayun-ngayunkan palu perangnya ke sekitar, dan menghempaskan para Shadow ke udara baik dari bawah atau pun atas. Apakah dia benar-benar jadi bisa memiliki kekuatan seratus kali lipat? Anna-san kecil tapi tidak lah ringan. Jadi harusnya dia membebani Tada meski sedikit.

 

“Rah!” Terlepas dari masalah beban itu, Tada menghantamkan palu perangnya ke dinding dengan penuh semangat, tapi karena melakukan itu, dia menyebabkan sejumlah Shadow menghujani Mimorin dari langit-langit.

 

"Ngh...!" Mimorin tidak bisa dilihat lagi dalam sekejap karena terkubur oleh para Shadow.

 

“Haruhiro!” desak Tokimune dengan ekspresi serius di wajahnya. "Kumohon bantu dia!"

 

"Aku?!"

 

Sejujurnya, Haruhiro ingin menolak, tapi jika dia membiarkan Mimorin terkubur di tumpukan ular hitam yang luar biasa banyak itu, mungkin saja dia akan mati karena kehabisan nafas. Jika Haruhiro hanya membiarkan itu terjadi, maka hal tersebut akan membuatnya tidak bisa tidur. Haruhiro tidak terlalu menyukai Mimorin. Cinta sepihaknya yang sangat kuat membuatnya super bingung, tetapi Haruhiro tidak ingin dia mati karenanya.

"Tetapi tetap saja...!"

 

Kenapa harus Haruhiro? Bisa saja Tokimune yang pergi sendiri, Anna-san dan Tada yang sedang berpasangan, Kikkawa, atau bahkan Inui. Oke, mungkin Inui tidak bisa dihitung. Bukan itu, lebih tepatnya itu memang tidak mungkin.

 

Haruhiro mulai berlari. Dia menginjak-nginjak para Shadow di lantai saat dia melaju, atau hanya melompatinya dan mendiamkannya saja.

 

Dia mengabaikannya, lalu melingkarkan lengannya di sekitar Mimorin dan menariknya.

 

“Haruhiro!”

 

“Grahhhh!” Ketika dia berteriak, salah satu Shadow masuk ke dalam mulutnya. “Gwagh?!”

 

Sudah jelas kalau hal itu membuatnya sulit bernapas. Si Shadow sedang mencoba untuk memblokir lubang tenggorokannya, tetapi Haruhiro tidak akan membiarkan itu terjadi, dia menggigit makhluk itu saat dia mencoba membebaskan Mimorin dari tumpukan Shadow yang mengerikan, tapi Shadow itu tetap saja bertahan di tenggorokannya.

 

“O Cahayaaa, semoga perlindungan ilahi Lumiaris ada padamuuu!”

 

Kimura. Suara itu pasti milik Kimura.

 

"Scold!"

 

“Gah!”

 

“Ngh!”

 

Cahaya apa itu? Haruhiro merasa kalau cahaya itu seperti menahan mereka. Seluruh tubuhnya terasa mati rasa, dan dia tidak bisa menggerakkan satu jari pun. Bukan hanya Haruhiro, Mimorin juga terpengaruh sepertinya, begitu pula para Shadow yang sedang menyelimuti mereka berdua.

 

"Hmm..."

 

Kimura. Apa yang sudah kau lakukan, Kimura?

 

“Kelihatannya itu tidak banyak membantu. Yah, aku sudah menduga sebanyak itu sih... "

 

Apa maksudmu kalau kau sudah menduga sebanyak itu? Apa kau bilang bahwa tadi itu akan sia-sia saja? Oh begitu, ya. Jadi ini kah yang dia maksud.

 

Ketika Haruhiro merasakan mati rasanya berkurang, dan tubuhnya mulai bisa bergerak lagi, itu tidak berlaku hanya pada dirinya dan Mimorin, para Shadow pun begitu. Jadi pada akhirnya, yang dilakukan Kimura hanyalah membekukan mereka semua selama beberapa detik tanpa mengubah situasi sedikit pun.

 

“Bwehhh?!”

 

Tidak, situasinya bahkan lebih buruk. Saat mereka sudah bisa bergerak, si Shadow mulai turun ke tenggorokannya.

 

“Mnngh!” Mimorin panik tentang sesuatu.

 

Oh sial. Aku tidak bisa melihat. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Shadow. Mereka ada di wajahku.

 

“Haru!”

 

Merry. Itu Merry, kan?

 

Dia menarik Shadow yang telah masuk ke tenggorokannya dan juga para Shadow yang sedang menutupi wajahnya.

 

"Kimura! Kau juga bantu sini!" perintah Merry tanpa sopan.

 

“Ya!” balas Kimura, dan anehnya dia dengan cepat menuruti Merry.

 

Merry sedang menyeret Haruhiro ke belakang dengan menarik kedua ketiaknya dengan lengan, sementara Kimura melempar tongkat dan perisainya ke samping agar bisa menarik para Shadow dari Mimorin dengan tangan kosong.

 

“Kelihatannya masih ada lebih banyak yang datang!” Tokimune melesat ke udara sambil menebas-nebas para Specter dengan pedang, dan mendorong mereka menjauh dengan perisai, lalu membiar kan mereka meledakkan diri.

 

“Fwoo!” Yume menembakkan rentetan panah dengan cepat, dan mengenai dua Specter, yang menyebakan mereka meledak. "Sekarang panah Yume dah habis!"

 

"Tapi aku masih ada di sini!" Ranta berlari lebih jauh ke dalam dari Tokimune, lalu melompat dengan cepat ke dinding kanan dan kiri.

 

Boom salah satu Specter meledak. Rupanya Ranta lah yang menebasnya.

 

"Ha ha ha!" Ranta tertawa. “Ini semua gak masalah selama aku beraksi! Woho, aku keren banget!"

 

“Oooh. Kamu emang keren sih barusan.” kata Yume.

 

"B-Begitukah? A-A-Aku keren, ya? Yah, tentu saja. Maksudku, ini aku lho yang melakukannya..."

 

"Ya! Tapi kita tetap tidak membuat kemajuan sama sekali!" keluh Kuzaku.

 

Kuzaku benar, pikir Haruhiro. Kita sama sekali tidak membuat kemajuan.

 

Berkat Merry, dan mungkin juga Kimura, sebagian besar Shadow yang menyelimuti Haruhiro dan Mimorin telah diusir, diinjak, atau dipotong-potong. Tapi mereka terus saja menyerang dari lantai, dinding, dan langit-langit, ditambah para Specter yang secara berkala datang ke arah mereka untuk melakukan serangan bom bunuh diri. Kelompok ini hampir tidak bergerak maju sejak memasuki koridor Ruang Makam. Mereka terjebak di titik yang sama selama ini.

 

Sekarang, mereka masih belum terlalu lelah. Setidaknya secara fisik. Tapi ketika panah Yume sudah habis, maka opsi mereka untuk mempertahankan pertarungan dijamin akan habis pada akhirnya.

Mereka bisa saja mundur dan kembali lagi ke sini nanti, tetapi pertanyaannya adalah seberapa jauh mereka harus mundur. Musuh sudah pasti akan mengejar. Selain itu, menurut informasi Orion, selama Lich King, yang berada di suatu tempat di Ruang Makam, masih ada, maka musuh di Makam bisa meregenerasikan diri mereka sendiri tanpa batas. Jika mereka mundur, maka sangat mungkin bahwa musuh yang telah mereka kalahkan akan muncul kembali.

 

Itu bukan lah hal yang baik. Jika mereka akan mundur, maka itu harus dilakukan setelah mereka berkumpul kembali dengan Shinohara dan yang lain. Untuk saat ini, satu-satunya cara untuk bisa membuat kemajuan adalah dengan terus mendorong maju di sini. Mereka tidak punya pilihan lain.

 

“Tokimune-san! Ayo kita mendorong maju sedikit demi sedikit! Kita harus berkumpul dengan yang lain secepat mungkin!”

 

"Ya, serahkan saja padaku!"

 

Haruhiro harap dia bisa menjadi tipe orang yang bisa tersenyum dan mengatakan itu tanpa ragu di situasi seperti ini. Tapi dia merasa kalau itu akan terlalu sulit baginya.

 

Tokimune tiba-tiba membuat dua Specter meledak, dan maju lima atau enam meter ke depan dalam prosesnya. Kunci dari metode yang dia lakukan adalah menebas, mendorong mereka, kemudian menjauh. Jika kau maju selangkah, maka kau juga harus mundur selangkah. Namun Tokimune bisa meledakkan sepasang Specter dan juga berhasil membuat kemajuan sebanyak itu, tapi meniru dia lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan, dan Tokimune juga telah menebas banyak Shadow saat melakukannya.

 

“Semuanya! Ikuti aku! Kita tidak perlu mundur!”

 

Tokimune tidak memberitahu mereka untuk tidak mundur, dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak perlu mundur. Haruhiro tidak pernah terpikir untuk mengatakan kalimat seperti itu, dan meskipun pada akhirnya dia mungkin bisa meniru cara Tokimune berbicara, jika dia tidak bisa mendukung kata-kata itu dengan tindakan, maka hal itu tidak akan ada gunanya.

 

“Hah!” Tokimune membuat Specter lain meledak. Hebatnya kali ini, setelah menebas dan mendorongnya, dia tidak mundur. Kelihatannya dia coba menahannya dengan perisai, tapi hal itu membutuhkan nyali agar bisa dicoba.

 

“Kita bisa melakukan ini! Maju!"

 

“Yey! Aku juga! Aku juga!" Kikkawa menebas salah satu Specter dan mendorongnya dengan perisai.

 

“Whoa…?!” Saat Specter itu meledak, Kikkawa terjatuh dengan bokong lebih dulu. Tapi dia langsung bangun dalam waktu singkat, jadi mungkin saja tadi itu bukan lah masalah yang besar.

 

“Bagus, Kikkawa!” Kelihatannya Tokimune coba menyemangatinya ketimbang memberitahunya, Jangan bermimpi. Kau tidak bisa melakukan aksi yang sama sepertiku.

 

 "Cheeers!" Kelihatannya pujian itu membuat Kikkawa menginginkan 'tuk melakukannya lebih banyak.

 

Bagaimana jika dia mengacau? Bukannya akan berbahaya? Begitulah yang Haruhiro pikirkan, tapi Tokimune pasti memercayai rekan-rekannya. Jika tidak berhasil, maka dia dan anggota party lainnya akan menggantikan Kikkawa. Itulah yang dilakukan Tokkis selama ini. Memang terlihat sembrono, tetapi mereka tidak kehilangan satu orang pun karenanya. Mereka pasti memiliki garis yang mereka anggap terlalu berbahaya, dan tidak melewatinya. Tapi setelah menghadapi berbagai macam kesulitan dan situasi hampir mati berkali-kali atas kemauan mereka sendiri, Tokkis telah mengembangkan rasa unik mereka sendiri tentang bagaimana cara mengatasi bahaya.

 

“Jurus Rahasia!” Si Dark Knight bertopeng mulai berlari. Dia menebas dua, tiga Specter dengan tebasan berkecepatan tinggi, dan membuat mereka meledak. “Sudden Cicada Serenade! Sial, aku keren banget!”

 

Ranta sangat mirip dengan Tokkis. Itu lah sebabnya dia dan Haruhiro tidak cocok.

 

"Aku...!" Kuzaku mengayunkan katananya yang besar, mengiris para Shadow yang ada di atas kepalanya, di bawah kaki, dan dinding. “gak harus repot-repot mencoba itu, kan?!”

 

“Ya, menyerahlah,” ucap Setora atas nama Haruhiro.

 

Jika dia sadar bahwa tidak harus mencoba hal seperti itu, maka Kuzaku pasti tidak akan pernah bisa menjadi salah satu dari Tokkis. Dan juga, Haruhiro tidak ingin Kuzaku bertingkah seperti mereka. Akan menjadi masalah jika hal itu terjadi.

 

“Hm?!” Tokimune menangkis sesuatu dengan perisainya. “Whoa, tahan dulu…”

 

Bukannya Haruhiro mengendurkan kewaspadaannya. Tetapi bahkan dia menjadi sedikit bersemangat karena kemajuan mereka, tapi ada sesuatu yang menganggu kemajuan itu. Apa yang barusan ditangkis oleh Tokimune?

 

"Peluru!?"

 

Ada Haunt di sini. Karena ada peluru, yang mana sedang berterbangan kemari, dan terus bertambah.

 

“Kikkawa, kita akan menahannya! Kimura, kau juga!” teriak Tokimune sambil menahan peluru-peluru dengan perisainya.

 

"Ya pak!" Kikkawa, yang juga membawa perisai, melakukan hal yang dia suruh.

 

“Umph!” Kimura membelokkan salah satu peluru dengan perisainya. Dia bahkan menghantamnya juga di udara dengan tongkat.

 

"Anna-san! Waktunya berpisah!"

 

"Kalau kita harus, yeah!" Anna-san melompat turun dari bahu Tada.

 

Apakah mereka bahkan perlu bersatu seperti itu sejak awal? Karena beban yang terlepas dari bahunya, Tada mulai mengayunkan palu perangnya lagi, dan menjatuhkan tiga atau empat peluru dalam satu ayunan.

 

“Mrrgh!” Kuzaku nyaris memblokir salah satu peluru dengan bagian datar katana besarnya.

 

“Cih…!” Ranta melompat-lompat dengan gesit untuk menghindari peluru-peluru. "Jika kau terus menahannya dengan pedangmu, maka pedangmu akan hancur dalam waktu singkat!"

 

"Ah!" Haruhiro secara refleks berjongkok untuk menghindari salah satu peluru.

Peluru-peluru para Haunt memiliki ukuran, berat, dan kekerasan tertentu yang cukup gawat jika kena serangan langsung. Perisai Tokimune bisa menahannya tanpa masalah. Tidak ada risiko bahwa itu akan rusak. Tapi menjatuhkannya dengan pedang akan sulit. Bukan bisa dibilang tidak mungkin, kecuali kalau senjata itu memiliki bilah yang cukup kokoh, maka mungkin pelurunya akan hancur atau bengkok.

 

“Rah!” Tokimune menangkis salah satu peluru, kemudian segera menebas salah satu Specter dan menggunakan perisai untuk mendorongnya menjauh. Specter. Ada Specter juga di sini. Sepasang kaki itu meledak, dan Tokimune terlihat seperti akan terhempaskan, tapi dia tetap bisa menahan pijakan di sana. “Ugh…!” Tanpa jeda, dia memblokir peluru berikutnya dengan perisai, dan Specter yang berikutnya pun sudah datang lagi.

 

 “Marc em Parc!” Mimorin melepaskan Magic Missile pada Specter itu dan membuatnya meledak, tapi Tokimune mungkin akan berada dalam bahaya di sana. “Marc em Parc! Marc em Parc!” Lebih banyak Magic Missile mencegah dan meledakkan beberapa lagi sebelum bisa mendekat.

 

"Keep it up! Lakukan yang terbaik, yeah!" Anna-san melakukan apa pun yang dia bisa untuk menyemangati Mimorin.

 

“Bwuh!” Kikkawa gagal memblokir salah satu peluru dengan perisai yang mana membuatnya terkena hantaman di perut.

 

"Kau masih bisa lanjut, kan!?" Tokimune tidak membuang waktu untuk menyemangatinya.

 

“Benar sekali! Yohooo!”

 

Jika Kikkawa bisa menjawab secepat itu, maka mungkin dia baik-baik saja. Tidak seperti Haruhiro yang merupakan Thief, Kikkawa yang merupakan Warrior mengenakan baju besi, jadi selama tembakan itu tidak mengenai titik yang sangat fatal, maka dia tidak akan terbunuh secara langsung jika terkena satu peluru saja.

 

“Heh!” Inui merangkak maju. Terlalu cepat.

 

Kecepatannya sungguh tidak normal.

 

“Akhirnya, waktuku telah tiba!”

 

Karena posturnya yang sangat rendah sampai ke tanah, peluru-peluru Haunt bahkan tidak menyerempetnya. Apakah Inui berencana untuk mendekati para Haunt dengan kecepatannya yang menyeramkan ini lalu menghabisi mereka?

 

“Augh!”

 

"Uh, hey, masih ada Shadow di sini, kau tahu?"

 

Inui tertangkap oleh segerombolan Shadow, yang berubah menjadi massa hitam legam hanya dalam beberapa saat. Bagaimana bisa pria ini gagal begitu banyak? Tidak ada yang menegurnya karena itu, sebab mereka tidak bisa meluangkan waktu sekarang. Haruhiro sedang sibuk menghindari peluru sesekali dan menebas-nebas para Shadow yang datang dari setiap sudut. Jika dia menurunkan rasa kekhawatirannya terhadap situasi sekarang, maka mungkin dia punya energi cadangan untuk dikerjakan. Tapi bisakah dia melakukan sesuatu yang menentukan dengan itu? Dia juga penasaran. Dia tidak bisa memikirkan apa yang mungkin bisa dia lakukan dengan itu. Apakah ada cara bagi kelompok ini agar bisa keluar dari situasi ini?

 

Situasi ini kelihatan sungguh buruk... bukan?

 

Tokimune sedang berada di garis depan, dan menempatkan dirinya dalam bahaya. Kimura juga. Bisakah salah satu dari mereka melihat gambaran lengkap tentang apa yang sedang terjadi sekarang? Terlepas dari kekurangannya, Kimura adalah salah satu pemimpin Orion, begitupun Tokimune. Meskipun begitu, Haruhiro merasa bahwa dia seharusnya tidak mempercayai mereka begitu saja untuk membuat semua keputusan. Dia lah yang sedang memperhatikan semua orang saat ini. Bahkan jika dia mungkin tidak terlalu pantas, bukankah dia lah yang harus membuat keputusan sekarang ini?

 

Kelihatannya mereka tidak bisa bergerak maju. Musuh terlalu kuat.

 

Jika mereka tetap di titik mereka saat ini, maka pada akhirnya mereka hanya akan kehabisan tenaga.

 

Dalam kasus tersebut, maka mundur adalah satu-satunya pilihan. Tapi mereka tidak bisa, atau tidak boleh, jadi mereka mencoba untuk terus maju. Namun mereka masih saja belum bisa membuat kemajuan dan hanya akan terus tersudutkan jika mereka tetap tinggal, jadi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mundur.

 

Jika mereka bisa mundur ke Halaman Dalam Ruang, maka mereka tidak akan dipaksa lagi untuk menghadapi gelombang musuh ini di ruangan sempit ukuran 3x3 meter. Tetapi bahkan jika mereka melarikan diri untuk sementara, lalu apa lagi selanjutnya? Apa yang akan mereka lakukan? Apakah dia punya ide? Tidak juga. Dalam hal itu, maka dia hanya berputar-putar tidak jelas. Tetapi jika dia tidak membuat keputusan sekarang, maka dalam beberapa saat lagi seseorang mungkin akan mati. Ya. Mungkin saja rekan-rekannya bisa kehilangan nyawa mereka di sini. Tapi jika Haruhiro tiba-tiba meminta mereka mundur, maka itu juga bisa menyebabkan kekacauan. Mereka semua berhasil bertahan entah bagaimana sampai saat ini. Tapi perubahan sekecil apapun itu bisa membuat keseimbangan ini runtuh. Apakah Haruhiro berniat untuk mengacaukan keseimbangan itu? Tentu saja dia tidak ada niat untuk itu, tetapi bagaimana jika itu lah yang dia akibatkan pada akhirnya?

 

Sejujurnya, Haruhiro berpikir mereka tidak punya pilihan selain mundur.

 

Jika hanya ada rekan-rekannya di sini, maka mungkin dia sudah memerintahkan mereka mundur sejak beberapa saat yang lalu.

 

Tapi Tokkis juga ada di sini. Tokimune ada di sini, dan begitu pula Kimura. Bisakah dia melakukan perintah itu dengan mereka di sini? Tokimune dan Kimura mungkin telah menunggu saat yang tepat untuk melakukan itu juga. Ketika saatnya sudah tiba, mungkinkah salah satu dari mereka akan mengatakan sesuatu?

 

Meskipun dia pikir mereka perlu mundur, dia pun tidak begitu yakin, karena dia tidak berpikir bahwa jika mereka mundur maka mereka mungkin akan menemukan cara untuk mengatasi masalah ini. Tapi di sini juga kelihatan tidak ada yang bisa mereka lakukan, jadi Haruhiro yakin kalau mereka tidak punya pilihan selain mundur. Dia memiliki penilaian yang benar-benar pesimis terhadap situasi saat ini.

 

Berkat itu, Haruhiro tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak dalam posisi untuk menertawakan Inui. Setidaknya Inui masih mencoba untuk melakukan sesuatu.

Itu adalah hal yang tidak buruk. Sementara Haruhiro membuang-buang waktu, mungkin saja akan ada tragedi yang tidak akan pernah bisa dia berhenti sesali seumur hidup.

 

“Rahhhhhhhh!”

 

Jauh di depan—uh, yah, tidak jauh juga sih, tapi intinya di depan, ada kilatan ungu yang menembus kegelapan.

 

Dan juga ada suara seseorang. Manusia. Mungkin laki-laki. Dan terdengar familiar. Sebenarnya, Haruhiro tahu siapa itu.

 

“Hahhhh!”

 

Apakah itu pedangnya, yang meninggalkan kilatan listrik di belakang saat diayunkan?

 

“Renji!” teriak Ranta. "Dia disini! Si bajingan itu berhasil!"

Tags: Anime, Shiranori, Hai to Gensou no Grimgar, Renji (Hai to Gensou no Grimgar), Official Art, Novel Illustration

Komentar